Rabu, 14 Desember 2011

Sejenak di San Francisco


Artikel berikut ini adalah cerita perjalanan mengikuti rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berkunjung ke Amerika Serikat, Meksiko, Brasil, dan Peru pada November 2008 untuk mengikuti KTT G-20 di Washinton dan KTT APEC di Lima. Saya tampilkan lagi dalam blog ini. Sementara foto di atas adalah foto di depan toko buku terkenal Barnes dan Noble di Washington.

Pesawat Kepresidenan Air Bus A 330-341 mendarat di San Fracisco International Air Port, Kamis 13 November 2008 pada pukul 14.55 waktu setempat atau Jumat 14 November tengah malam waktu Jakarta (waktu San Francisco 15 jam lebih lambat dari waktu Jakarta). Suhu di darat dilaporkan 14 derajat selcius. Sebelum landing, kami menyaksikan kota San Francisco dari atas udara yang dibelah oleh teluk menjadi dua. Keduanya dihubungkan jembatan. Dari udara kelihatannya indah dan jembatan itu ramai dilalulalangi kendaraan.

Presiden SBY dan Ny Ibu Ani Yudhoyono, rombongan resmi, dan rombongan khusus transit di VIP room San Francisco International Air Port. Mereka disambut Walikota San Francesco. Sementara rombongan lain seperti wartawan dan perangkat pengamanan presiden tunggu di dalam pesawat. Tapi dasar bandel, beberapa wartawan termasuk saya, sempat turun dari pesawat hanya untuk berfoto di dekat mobil petugas bandara bertuliskan “San Francisco International Air Port”.

Padahal seorang tentara AS berpakaian stelan jas menjaga di ujung tangga dengan raut wajah serius. Sesekali dia dengan bahasa isyarat melarang wartawan untuk keluar makin jauh mendekati mobil itu. Padahal di pintu keluar belakang pesawat Garuda Indonesia Air Bus 330 sudah dipasang police line.

Kami menyaksikan hiruk pikuk di bandara internasional yang terletak di tepi pantai dan membentang luas di lembah San Francisco itu. Sangat ramai. Dua pesawat bisa susul menyusul take off. Atau dua sampai tiga pesawat bisa take off pada waktu bersamaan, meski dari run way yang berbeda tapi berdekatan. Sungguh jauh berbeda dengan bandara-bandara di Indonesia, Soekarno Hatta International Airport sekalipun.

Kami berangkat dari San Francisco menuju Washington DC ketika senja tiba. Matahari sudah tenggelam di balik bukit kota San Francisco. Dan setelah menempuh penerbangan selama 4 jam 15 menit, akhirnya pada pukul 24.58 waktu Washinton Pesawat Kepresiden mendarat dengan mulus di Andrews Air Force Base, Maryland (seperti Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta. Suhu pada saat itu dilaporkan 11 derajat celcius. Maryland baru saja diguyur hujan. Landasan dan lapangan parkirnya basah.

Setelah pesawat benar-benar berhenti, Presiden dan Ny Ani Yudhoyono bersama rombongan resmi dan rombongan khusus pergi terlebih dulu. Kemudian diikuti rombongan lain yang visanya sudah lengkap. Sedangkan kami 12 orang, beberapa wartawan (Saya, Mas Dodi dari Kantor Berita Antara, Michael dan Arif Suditomo dari RCTI, Ramadhan Pohan dari Jurnal Nasional, Arifin dari Detikcom) serta beberapa Paspampres, bahkan ajudan Presiden harus berurusan dengan pihak Imigrasi AS karena visanya bermasalah. Untunglah ada orang Kedutaan Besar Indonesia untuk AS yang membantu. Kami harus mengisi lagi dua formulir. Satu formulir yang lebih kecil hanya mengisi nama depan, nama belakang, tempat tanggal lahir dan tanda tangan. Satu lagi formulir lebih besar dari itu, sebenarnya sudah diisi oleh pihak kedutaan besar, tetapi kami tinggal isi nama depan saja plus tanda tangan. Setelah itu selesai, kami boleh pergi.

Saat itu, jam sudah menunujukkan pukul 02.00 pagi waktu Washington (Washington beda 12 jam dengan Jakarta atau tiga jam lebih cepat dari waktu San Francisco). Dengan tiga mobil ford baru dengan suara mesin sangat-sangat halus, nyaris tak terdengar, kami diantar staf Kedutaan Besar Indonesia membelah kehengingan malam dan kedinginan Washington yang sudah terlelap dan berkabut menuju penginapan.

Presiden Yudhoyono dan Ny Ani Bambang Yudhoyono, rombongan resmi serta rombongan khusus nginap di The Ritz Charlton Hotel. Sedangkan wartawan termasuk para pemimpin redaksi yang ikut dalam kunjungan itu nginap di Hotel Palomar yang beralamat di 2121 P St NW Washington DC. Letaknya tidak jauh dari The Ritz Charlton. Dalam perjalanan malam itu, kami melewati gedung parlemen AS (Capitol), manumen nasional, dan melewati George Washington University yang luas sekali. Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi universitas itu masíh tampak lalu lalang di tengah malam yang dingin dan sepi itu.

Di pojokan lain, dekat hotel Palomar, segerombolan orang laki-laki berkumpul. Hanya ada bebera perempuan. Kata seorang staff Kedutaan Besar Republik Indonesia, tempat itu adalah tempat tongkrongan para gay dan lesbian. Yah di situ masíh ada sisa-sisa kehidupan malam kota besar.

Kami tiba di hotel Palomar pukul 03.00 pagi. Dari luar, hotel itu terkesan sederhana. Tetepi setelah memasuk kamar 425, wah ternyata mewah sekali. Dan benar. Setelah saya cek di brosurnya, harga satu kamar dengan single bed adalah 999 dolar Amerika Serikat per malam. Sedangkan tarif untuk satu kamar dengan double bed, 1.029 dolar Amerika Serikat per malam.

Saya lalu bertanya kepada Mas Dodi dari Kantor Berita Antara yang sudah senior dan sering mengikuti kunjungan Presiden, siapa yang akan membayar hotel itu. Karena kalau bayar sendiri, budjet kantor saya yang hanya 150 US dolar per malam pasti tidak cukup. Tetapi, kata Mas Dodi, dibayar APBN. Lagi pula, dalam order of the day yang dibagikan ke setiap kamar disebutkan bahwa untuk sarapan silahkan pesan, nanti di-charge ke kamar.

1 komentar: