Rabu, 07 Desember 2011

Republik (Impor) Indonesia


Pemberitaan media massa beberapa waktu terakhir tentang barang-barang impor sungguh membuat hati miris. Kadang-kadang bikin marah. Dan, sebagai anak seorang petani, ingin rasanya memberontak. Bayangkan, hampir semua kebutuhan pokok rakyat Indonesia dipenuhi dengan barang-barang impor.

Beras impor, gula impor, ikan impor, buah impor, garam impor, dan bawang impor. Lalu apa yang tidak impor? Kapan Indonesia mandiri dalam urusan pangan?

Ada banyak alasan pemerintah mengapa barang-barang seperti di atas tetap saja impor. Tetapi ada satu hal yang tidak pernah terungkap adalah bahwa banyak mafia yang bermain pada sektor ini. Dan, sangat boleh jadi pemerintah terperangkap dalam cara kerja mafia itu. Atau jangan-jangan pemerintah sendiri bagian dari mafia itu.

Karena itu pemerintah enggan menghentikan kebijakan impor. Sebab mereka juga meneguk untung. Atau bila pemerintah menghentikan impor kebutuhan-kebutuhan tersebut, sejumlah orang yang selama ini meraup untung dari bisnis itu marah. Repotnya lagi, para pemain di bisnis impor ini adalah politisi yang berperan penting dalam proses pengambilan kebijakan impor baik di pemerintah maupun di parlemen. Akhirnya, lingkaran setan mafia bisnis impor itu sulit dipotong karena semua pihak berkepentingan terkait dan bermain di sana.

Sementara petani penghasil beras, gula, garam, bawang, buah sudah teriak. Hasil jerih payah mereka menjadi tidak bernilai dan berharga karena masuknya barang-barang impor tersebut. Leher mereka tercekik dan nyaris tidak bisa bernapas oleh gempuran barang impor yang bahkan datang hingga ke pintu-pintu rumah mereka.

Ketika beras hasil jerih paya petani rendah, pemerintah seolah tidur. Tidak berbuat apa-apa. Itu dialami orang tua saya setiap tahun. Tetapi dia tidak bisa teriak. Dia menerima kenyataan itu sambil mengurut dada.

Yang dibutuhkan sekarang adalah kemauan dan keberanian dari pemerintah untuk lebih menghargai petani dalam negeri. Berantas mafia impor itu dan petani pasti mendukung pemerintah yang memihak mereka.

Dengan kata lain, hentikan impor berbagai macam barang itu dan pakailah produk petani dalam negeri. Sebab mayoritas penduduk negeri ini adalah petani. Masa hasil kerja mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia? Kalau tidak, persoalannya di mana? Carilah solusi yang bersifat jangka panjang. Bukan jalan pintas. Impor adalah adalah kebijakan jalan pintas dan kalau tidak segera dihentikan akan mengancam masa depan bangsa ini. Atau kalau tidak ubah saja nama negara ini menjadi Republik Impor Indonesia. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar