Kamis, 15 Desember 2011

Harian Detik


Persaingan bisnis media massa sekarang makin sengit dan ketat. Bukan hanya media online. Tetapi juga cetak. Media cetak mencoba memasuki dunia digital dengan membentuk situs berita online. Sebaliknya, media berita online terjun ke dunia cetak dengan mendirikan versi cetaknya. Padahal, di pihak lain, ada prediksi bahwa usia media cetak tidak akan lama lagi. Kematian akan segera menjemput mereka.

Contoh terbaru adalah Detik.com. Setelah diakuisi pemilik CT Group (pengganti Para Group), Chairul Tanjung, media berita online terbesar di Indonesia itu kini menerbitkan versi cetaknya dengan nama Harian Detik. Harian ini diterbitkan dalam dua edisi yaitu pagi (Harian Detik Pagi) dan sore (Harian Detik Sore). Harian Detik Pagi terdiri dari 11 halaman, sedangkan Harian Detik Sore, sedikit lebih tipis dengan 8 halaman.

Disainnya persis Koran Tempo. Mirip sekali. Maklum awaknya sebagian besar eks Tempo. Sang Pemimpin Redaksi yang juga pendiri Detik.com Budiono Darsono adalah eks Majalah Tempo. Beberapa staf redaksinya teman-teman Koran Tempo yang baru hijrah ke harian baru itu. Tidak tahu apakah mereka dibajak seperti biasa terjadi pada media massa ataukah mereka sendiri yang melamar. Ini musti ditanyakan ke teman-teman itu.

Harian Detik tampil dalam bentuk digital dan dibaca secara gratis. “Harian Detik tampil dalam bentuk digital dan dapat dibaca gratis melalui browser atau iPad Anda,” begitu tulisan yang terbaca pada hariandetik.com.

Munculnya Harian Detik, sebenarnya bukan baru. Mereka pernah mencoba beberapa tahun lalu. Dicetak lalu dijual eceran di jalan. Tetapi tidak lama. Setelah itu senyap. Apakah ini juga akan dicetak? Belum ada jawaban pasti.

Tetapi kemungkinan iya. Sebab Chairul Tanjung berkeinginan untuk memiliki media cetak setelah memiliki media elektronik dan online. Isu yang beredar menyebutkan bahwa dia sedang berupaya mengakuisisi media cetak nasional yang berbasis di Jakarta, tetapi belum ada kesepakatan hingga kini.

Karena itu, saya menduga, bila upaya itu gagal maka Harian Detik versi digital akan menjelma menjadi versi cetak. Bila itu terjadi maka persaingan media cetak akan menjadi semakin sengit. Malah ada juga isu yang menyebutkan bahwa Chairul Tanjung sudah membeli koran tua Harian Merdeka yang sudah dua kali diterbitkan pasca cerai dari Jawa Pos, tetapi tidak bertahan lama.

Sebelum Harian Detik, media online pendatang baru, inilah.com, sudah menerbitkan media cetak versi koran dengan nama Inilah Koran dan majalah Inilah Review. Kedua media ini tidak hanya tampil e-paper, tetapi juga dicetak dan diedarkan.

Media-media ini harus berjuang dengan media-media cetak yang sudah ada. Dalam persaingan itu, kekuatan uang tentu akan sangat berperan, meski bukan satu-satunya. Siapa yang kuat secara finansial dialah yang akan memimpin pasar. Tetapi di atas itu semua, pasar yang akan menjadi hakimnya. Pasar punya mekanisme seleksi sendiri yang terkadang sulit diprediksi. Dia yang menentukan mana koran yang layak dibaca dan mana yang tidak. Pada akhirnya, yang ditolak pasar akan gulung tikar. Sebaliknya yang diterima akan eksis. Akhirnya selamat datang Harian Detik. (Alex Madji)

5 komentar:

  1. penampilan baru logo detik.com

    salam blogwalking

    hmsf08.blogspot.com

    BalasHapus
  2. @Bung Surya: Thanks sudah berkunjung. Kita tunggu kiprah harian detik epaper

    BalasHapus
  3. waaah, aku baru tau ada harian detik setelah baca sharing abang alex. seru seru. abang kok gak ikut gabung sih. apa kurang greget kalau kerja di online bang :D ....

    BalasHapus
  4. @Siswanto: Aku ga ditawari bos hehehehehe. Sekarang saya kerja di suarapembaruan.com. Jadi sebenarnya sudah kerja di online juga. Harian Detik itu edisi korannya, meski baru tampil e-paper.

    BalasHapus