Rabu, 27 Februari 2013

Akhirnya, Serangan Anas Pun Dimulai

Artikel sebelum ini, saya menulis tentang kemungkinan Anas Urbaningrum akan melakukan serangan balik kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saya melukiskan, serangan itu ibarat sebuah gaya total football dalam sepakbola. Serangan itu dilakukan setelah kendali Partai Demokrat yang semula dipegang Anas diambil alih oleh Ketua Dewan Majelis Tinggi yang juga pendiri partai, SBY.

Pengambilalihan ini diikuti oleh penetapan Anas sebagai tersangka dalam kasus gratifikasi kasus Hambalang hanya beberapa minggu setelah Anas "diamputasi" dan disusul pemberhentian dirinya dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Tetapi pada akhir artikel berjudul, "Menunggu Serangan Total Football Anas Urbaningrum" itu, saya menulis bahwa ini hanya dugaan yang belum tentu terjadi.

Tetapi ternyata serangan Anas ini tidak perlu menunggu waktu terlalu lama. Dia mulai menyebut nama putra bungsu Presiden SBY, Edhi Baskoro Yudhoyono atau Ibas. Ini untuk pertama kalinya nama Ibas disebut-disebut mengetahui tentang kasus Hambalang. Nama lain yang disebut Anas adalah Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin yang tahu tentang posisi Ibas dalam kasus tersebut. Kedua nama ini muncul dalam pemberitaan berbagai media massa, terutama teks berjalan media televisi, Rabu, 27 Februari 2013 pagi.

Dengan menyebut nama Ibas, lagi-lagi ibarat sepakbola, Anas ternyata tidak menggunakan taktik serangan dari sayap kiri atau kanan. Tetapi serangannya langsung dari tengah ke jantung pertahanan lawan. Apakah ini akan menghasilkan "gol"? Belum tentu.

Sebab ceritanya masih akan sangat panjang. Tetapi paling tidak pemunculan nama Ibas dalam sengkarut kasus korupsi Republik yang melibatkan para petinggi partai penguasa ini menjadi tusukan tajam untuk SBY yang selama ini distigmakan sebagai orang bersih dan anti korupsi. Ibas adalah anak kandung yang sudah pasti menjadi orang paling dekat dengan SBY.

Peluru lain yang dipakai Anas adalah aksiTim Pengawas skandal Bank Century yang berencana memanggil Anas untuk me-"kilik-kilik" kasus tersebut yang sudah lama tidur itu. Selama ini, kasus tersebut diduga juga melibatkan orang-orang sangat penting republik ini.

Jadi, Anas tidak hanya mengeluarkan pelurunya satu demi satu, tetapi sekaligus dua atau bahkan tiga. Saya hanya khawatir, pada titik tertentu, Anas akan kehabisan amunisi dan pada saat itulah serangan balik mematikan ala catenacio dalam sepakbola Italia akan sangat mematikan langkah Anas. Kita tunggu saja hasil akhirnya nanti seperti apa. (Alex Madji)



Senin, 25 Februari 2013

Menunggu Serangan Total Football ala Anas Urbaningrum

Anas Urbaningrum menjadi perbicangan publik dalam beberapa pekan terakhir. Terutama sejak jabatannya sebagai ketua umum Partai Demokrat "diambil paksa" oleh Ketua Majelis Tinggi yang juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai dia menyatakan diri berhenti dari jabatan itu karena sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus gratifikasi mobil Harrier dari PT Adikarya terkait kasus Hambalang.

Lebih menghebohkan lagi ketika Anas membuat pidato politik di kantor DPP Partai Demokrat pada Sabtu, 23 Februari 2012. Dalam pidatonya, Anas menyindir secara tajam SBY. Anas menilai, keputusan KPK yang menetapkannya sebagai tersangka bukan murni keputusan hukum, tetapi karena ada intervensi kekuasaan.

Pasalnya, SBY mengambil kendali mengendalikan partai dari Anas dengan pertimbangan supaya Anas lebih fokus pada kasus hukum. Padahal, saat itu Anas belum ditetapkan sebagai tersangka. Pengambilalihan kendali partai itu diikuti oleh kebocoran surat perintah penyidikan atau sprindik di KPK yang menyebutkan bahwa Anas ditetapkan sebagai tersangka. Jadi, SBY sudah mendahului KPK karena KPK baru secara resmi menetapkan Anas sebagai tersangka pada Jumat, 22 Februari 2013.

Hal lain yang dikritik Anas adalah soal tagline Partai Demokrat yaitu menjalankan "politik santun" seperti yang selalu dikumandangkan SBY. Menurut Anas, pemaksaan agar dia melepaskan jabatannya dan "kriminalisasi" atas dirinya memperlihatkan bahwa Demokrat sudah sangat jauh dari politik santun tersebut.

Dan yang lebih panas lagi ketika Anas mengungkapkan bahwa kasus yang melibatkan dirinya bukanlah akhir dari cerita melainkan halaman pertama dari sebuah buku tebal dan cerita panjang tentang partai itu. Lalu, para pengamat menilai bahwa Anas akan melakukan serangan balik terhadap keluarga Cikeas. Sejumlah tokoh pun mendukung Anas untuk membuka secara blak-blakan terkait berbagai skandal yang melibatkan para petinggi Demokrat, termasuk keluarga Cikeas.

***

Anas adalah seorang penggemar sepakbola. Dia rajin menonton pertandingan sepakbola yang disiarkan televisi. Karena kesukaannya itu, kadang dia tampil sebagai pengamat sepakbola terutama pada turnamen-turnamen besar seperi Piala Dunia atau Piala Eropa. Saya masih ingat pada pemilu 2004, kami pernah nonton bareng Piala Eropa di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pernah pula main bola bersama di lapangan sepakbola DPR, ketika dia masih anggota KPU.

Sebagai pencinta dan pengamat sepakbola dadakan, Anas suka dengan permainan bola khas Belanda, total football. Sepak bola menyerang. Semua pemain bisa menjadi penyerang dan pada saat bersamaan sebagai pemain bertahan. Prinsip gaya sepakbola ini, menyerang adalah pertahanan yang terbaik.

Serangan bisa dibangun dari berbagai sisi. Dari tengah, dari sayap, atau bahkan langsung dari pertahanan. Syarat mutlak dari sistem ini keterampilan individu, terutama dalam penguasaan bola. Sebab mengandalkan operan-operan pendek dari kaki ke kaki. Tanpa ini, sepakbola menyerang sulit dijalankan.

Ibarat sepakbola ini, saya membayangkan, mengikuti analisa para pengamat politik republik ini, Anas akan menerapkan total football dalam pertarungan dengan kubu Cikeas. Anas akan menggunakan berbagai sumber daya yang dimilikinya dengan berbagai variasi serangan baik dari sayap maupun lewat serangan langsung dari tengah.

Hanya saja, persoalannya seberapa efektif serangan total football Anas ini terhadap Cikeas. Cikeas juga memiliki strategi sendiri meladeni gaya total football Anas. Kemungkinan Cikeas akan menerapkan gaya sepakbola Italia, Catenacio yaitu sistem pertahanan grendel, sambil mencari celah untuk melancarkan serangan balik cepat yang mematikan. Dan, inilah kelemahan sepakbola total football Belanda yaitu tak berkutik dengan serangan balik super cepat.

Maka, bila Anas keasyikan menyerang tanpa membangun pertahanan yang bagus maka yang terjadi adalah senjata makan tuan. Karena itu, serangan ala total football Anas harus dilakukan secara hati-hati dan terukur serta meminimalisir serangan balik cepat yang mematikan.

Tetapi ini semua baru pengandaian atau semacam preview. Permainan sesungguhnya baru akan terjadi dalam waktu-waktu ke depan. Atau paling apes, "pertandingan" ini tak jadi digelar. Masalah Anas dibiarkan begini saja. Status Anas digantung. Yang penting, mantan Ketua Umum HMI itu tidak lagi mengendalikan kebijakan partai dan tidak bersentuhan lagi dengan para pengurus di daerah. Dan, yang paling penting, Anas sudah langsung tersisih dari bursa calon presiden Partai Demokrat untuk Pemilu Presiden 2014 mendatang. (Alex Madji)

Sumber foto; Republika online (ROL)

Kamis, 21 Februari 2013

Mari Belajar Hidup dari Kodir dan Deny

Kamis, 21 Februari 2013 sore. Saya berjalan kaki melintasi Jalan Gatot Subroto dari Kuningan hingga kawasan Senayan, Jakarta. Di depan Polda Metro Jaya, saya mendapati seorang bapak sedang mengerek sebuah gerebak barang kecil ukuran persegi empat. Di bawahnya ada roda-roda kecil dan ditarik dengan nilon kecil.

Di atas gerobak itu tergeletak seorang pria dewasa tanpa kedua tangan dan kaki. Dia tertelungkup di atas sebuah kasur kapuk kecil sambil membaca sebuah buku. Dibolak baliknya halaman-halaman buku itu dengan lengannya yang mini. Dia mengenakan kaus kuning dengan celana pendek warna merah garis-garis. Kepalanya dengan rambut yang digunting pendek ditutupi topi kotak-kotak khas Jokowi-Ahok. Nama pria ini Deny. Sementara sang penarik adalah Kodir, ayahnya sendiri. Atau di Jakarta lebih dikenal dengan panggilan Bapa Deny. Mereka berasal dari Ciamis, Jawa Barat.

Selain menarik gereobak itu, Kodir menggendong sebuah kotak yang berisi rokok-rokok berbagai merek untuk dijajakan. Sambil menjual rokok, dia terus menarik putranya yang tergolek lemas itu.

Saya lalu mengajak Kodir dan Deny berbicara sebentar. Kodir pun berkisah tentang Deny. Menurutnya, Deny cacat sejak dalam kandungan ibunya. Dia dilahirkan dalam keadaan cacat seperti saat memasuki usianya yang ke-19 tahun saat ini. "Tidak punya keturunan seperti ini sebelumnya. Anak pertama saya, laki-laki lahir dan bertumbuh normal," ceritanya.

Tetapi Kodir tidak pernah menyesal memiliki anak seperti Deny. Tak tampak kesedihan pada wajahnya. Baik Kodir maupun Deny selalu tersenyum. Dia menerima kenyataan ini dengan lapang dada. "Allah sudah memberikannya seperti ini, ya mau gimana lagi," ujarnya sambil terus mengerek Deny dan membunyikan pluit bila hendak menyeberang jalan.

Dia melihat ini sebagai sebuah ujian. Ujian ini semakin berat ketika pada 2006 lalu, istrinya dipanggil Tuhan karena kanker kandungan. "Ibunya sudah dipanggil Tuhan, saya diberi yang seperti ini. Ya mau gimana lagi. Kesabaran dan ketabahan saya diuji," ujarnya.

Kadir dan putranya itu tinggal di bilangan Cipinang, Jakarta Timur. Pada sore itu, mereka keluar dari tempat tinggalnya pukul 14.00 WIB, di antar seseorang ke kuningan. Dari kuningan lalu Kodir berjalan kaki sambil menarik Deny di atas gerobak. Di atas Semanggi dia belok ke bawah Jembatan Semanggi lalu naik untuk pindah ke sisi jalan Gatot Subroto yang lain kembali ke kuningan dan selanjutnya kembali ke tempat tinggalnya di Cipinang.

Kodir menceritakan bahwa dia tidak meminta-minta dengan membawa Deny kemanapun dia pergi. Dia hanya menjajakan rokok. Tetapi kalau ada orang yang iba dengan Deny lalu memberikan tanda kasih mereka, Kodir tidak menolak. "Saya tidak meminta pak. Itu dosa buat saya. Tetapi kalau ada yang memberi sebagai ungkapan belas kasihan, saya terima," tuturnya.

Dengan cerita pengalaman ini, saya hanya ingin berbagi tentang perjuangan hidup, ketabahan dan ketekunan dalam menjalani hidup ini. Apapun pengalaman yang kita alami. Setiap peristiwa dan pengalaman selalu ada hikmahnya. Petik saja hikmah dari setiap pengalaman hidup Anda. Jangan banyak mengeluh. Tetap ceria dalam pengalaman seburuk apa pun seperti yang diperlihatkan oleh Kodir dan putranya, Deny. Mari memulai. (Alex Madji)

Deny sedang ditarik ayahnya Kodir (tak tampak) (Foto: Ciarciar)

Rabu, 20 Februari 2013

Mari Ber-Credit Union

Kali ini, saya ingin menulis tentang sebuah kegiatan pada Minggu 17 Februari 2012 lalu. Pada hari itu, saya menghadiri sebuah rapat credit union (CU) di Sentul, Bogor. Nama credit union ini adalah Wela Momang atau biasa mereka sebut Credit Union Wela Momang dan disingkat CUWM. Pelopornya adalah sekelompok orang dari sebuah kampung di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Wela.

CUWM memang belum berbadan hukum. Mereka sedang berusaha dan berjuang untuk mengurusnya. Itu sebabnya CUWM ini belum terbuka kepada orang luar. CU ini baru terbatas bagi semua perantauan dari Kampung Wela beserta istri atau suami dan keluarga mereka yang berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Ada juga satu dua orang yang tinggal di luar wilayah ini. Ada yang di Portugal, Brunai Darusalam, dan Kalimantan menjadi anggota CUWM.

CUWM berawal dari sebuah gagasan untuk membuat sebuah usaha bersama dalam sekala kecil beberapa tahun silam. Ketika itu disepakati bahwa setiap orang yang sudah bekerja mengumpulkan uang sebesar Rp 100.000 per orang per bulan. Pada satu tahun pertama, pengumpulan dana ini berjalan lancar. Memasuki tahun kedua, mulai mandek. Bahkan macet. Selanjutnya, uang yang sudah terkumpul dan berjumlah hingga belasan juta rupiah itu dipinjamkan di antara mereka yang mengumpulkan uang. Tetapi pengembaliannya pun lelet bahkan cenderung macet. Maka gagasan mendirikan usaha kemudian gagal total.

Lalu tiga tahun silam, muncul kesadaran dan gagasan untuk membentuk credit union. Dalam diskusi online dan off line gagasan itu mengerucut dan sepakat membentuk yang namanya CUWM. Kesepakatan ini kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang tentu saja masih jauh dari sempurna. Tetapi dalam ketidaksempurnaan itu mereka menjalankan aturan-aturan yang termuat di dalamnya.

Paling tidak aturan-aturan dasar credit union dijalankan, seperti simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Diikuti dengan pembentukan pengurus yang menjalankan CUWM. Pengurus yang terpilih lalu menjalankan tugasnya. Mereka mengumpulkan simpanan pokok dan simpanan wajib. Sementara uang yang terkumpul pada awal dijadikan simpanan sukarela masing-masing anggota karena jumlahnya bervariasi. Total dana yang terkumpul pada awal ini mencapai hampir Rp 30-an juta.

Sejak itu CUWM ini berjalan lumayan bagus. Paling tidak hal itu diukur dengan proses simpan pinjam yang berjalan lancar. Ukuran lainnya adalah jumlah aset yang dimiliki. Hingga tiga tahun kemudian, tepatnya pada 17 Februari 2013 lalu, jumlah aset CUWM ini mencapai Rp 71 juta. Bagi kelompok ini, dan bagi saya, angka ini luar biasa dan mencengangkan. Kenapa? Karena ruang lingkupnya masih sangat terbatas. Jumlah anggotanya baru 30 orang, tetapi akumulasi modalnya luar biasa. Dapat dibayangkan, bila terbuka secara luas, sesuai prinsip utama credit union dan koperasi pada umumnya, maka jumlah asetnya pasti akan berlipat ganda. Sejauh ini tiga per empat dari aset ini masih beredar di tangan anggotanya.

Lebih dari jumlah aset itu, keberadaan dan kehadiran CUWM ini terasa sangat membantu para anggotanya. Paling tidak hal itu terungkap dalam rapat tersebut. Dana-dana CUWM itu akhirnya bisa membantu memehuni kebutuhan para anggotanya untuk berbagai kepentingan. Ada yang meminjam dana ke CUWM untuk kredit motor. Ada pula yang meminjam untuk perbaikan rumah. Yang lain meminjam untuk investasi kecil-kecilan di bidang perkebunan serta untuk berbagai keperluan lainnya.

Dengan pengalaman kecil di atas saya hanya ingin berbagi dan mengajak ayo mari kita bentuk credit union. Orang-orang Wela itu sudah memulainya dan sudah berjalan bagus, meskipun masih sangat sederhana. Tetapi dari hal-hal sederhana seperti ini akan lahir hal-hal besar yang akan mengubah dunia. Mari mencoba. (Alex Madji)

Foto suasana rapat CUWM di Sentul, Bogor (Istimewa/Ciarciar)

Jumat, 15 Februari 2013

Politik Korban SBY

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Kamis, 14 Februari 2013 di Istana Negara membuat pernyataan bahwa dirinya selalu mendapat serangan, fitnah, dan hujatan. Bahkan keluarga dan teman-temannya pun ikut dihina dan dihujat.

“Saat-saat ini adalah masa-masa yang berat bagi saya dan keluarga, sebenarnya ini saya alami sejak tahun 2004 sepanjang masa, tetapi akhir-akhir ini luar biasa apakah serangan, apakah hujatan dan bahkan terkadang fitnah yang menimpa saya dan keluarga. Kalau saya sudah sangat siap dengan semuanya itu karena konsekuensi saya sebagai Presiden di negeri ini. Tetapi, yang tentu saya prihatin, keluarga dan bahkan teman-teman saya pun menjadi korban sekarang. Ini. Saya kasihan kepada mereka, oleh karena itu saya meminta maaf, karena saya sebagai Presiden, jadi keluarga dan teman-teman saya ikut menjadi sasaran, serangan, hujatan bahkan sumpah serapah dari sejumlah kalangan yang saya dengar langsung di acara-acara talkshow televisi, social media, SMS dan yang lain-lain,” kata SBY dalam pidatonya di Istana Negara Kamis, 14 Februari 2013(Detikom, 14 Februari 2012).

Ya, dua minggu terakhir memang pemberitaan media massa mengarah kepada SBY. Pertama, soal pajak SBY dan keluarganya. Diberitakan bahwa keluarga SBY "tidak taat pajak" atau kasarnya menunggak pajak. Berita ini membuat kuping SBY merah. Lalu muncul rumor tentang orang-orang yang dicurigai sebagai pembocor informasi pajak SBY. Paling sedikit ada lima orang. Tiga di antaranya adalah Dirjen Pajak saat ini, Misbakhun, dan Anas Urbaningrum.

Kedua, soal surat perintah penyidikan atau sprindik KPK terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Buntut dari pengambilalihan kendali partai oleh SBY, lalu muncul berita bahwa sprindik yang menyebutkan Anas sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dibocorkan oleh staf di Istana Kepresidenan. Dua orang dari istana yaitu Imelda Sari dan Wim Tangkilisan disebut sebagai pembocor. Kedua orang itu saya kenal dengan baik. Yang satu pernah liputan bareng dan yang lainnya mantan atasan.

Ketiga, masih terkait masalah internal Demokrat. SBY diduga sedang mempersiapkan adik iparnya Jenderal Pramono Edhi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat menggantikan Anas Urbaningrum. Gosip lain menyebutkan dia sedang memuluskan langkah putra bungsunya Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas menggantikan Anas, menyusul pengunduran dirinya dari DPR pada Kamis, 14 Februari 2013. Lalu muncul penilaian bahwa SBY mau mempertahankan pengelolaan Partai Demokrat sebagai partai keluarga.

Berita-berita itu kemudian "disimpulkan” SBY sebagai serangan, hujatan, dan fitnah terhadap dirinya, keluarga, dan teman-temannya. Tampaknya, SBY sedang memainkan kembali politik korban. Dia menempatkan dirinya sebagai orang yang dizolimi, orang yang disakiti. Korban. Pada posisi itu diharapkan dia mendapat simpati yang luas dari publik.

Politik korban ini sudah terbukti mujarab dalam perjalanan karier politik SBY hingga duduk di singgasana kursi Presiden. Menjelang pemilu 2004, SBY dikritik habis oleh suami Presiden Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas yang saat itu menjadi "Bapak Negara". SBY disebutnya sebagai jenderal yang kekanak-kanakan. Ledekan ini kemudian memaksa SBY mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan pada Pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Pernyataan Taufiq ini kemudian menimbulkan gelombang simpati yang luar biasa kepada SBY. SBY pun maju dalam pilres sebagai orang yang dizolimi oleh kekuasaan ketika itu. Pada saat bersamaan muncul perasaan anti Megawati. Singkat cerita, SBY kemudian keluar sebagai pemenang pada pemilu 2004 dalam dua putaran. SBY terpilih karena saat itu ada semboyan asal bukan Mega.

Begitu sampai di Istana, menjelang pemilu 2009, SBY kembali memainkan politik korban ini. Saya masih ingat menjelang pemilu 2009, kasus terorisme marak terjadi. Tiba-tiba, pada sebuah siang, di halaman tengah antara Istana Kepresidenan dan Istana Negara, persisnya di depan ruang tunggu wartawan dan tempat jumpa pers bagi para tamu presiden yang terletak di bawah kantor presiden, SBY menggelar jumpa pers.

Ketika itu dia menyebutkan bahwa dirinya menjadi sasaran para teroris. Lalu ditunjukkanlah gambar yang memperlihatkan fotonya menjadi sasaran tembak orang yang mukanya ditutup atau disebut teroris. Kemudian, merebak isu bahwa "teroris" yang dimaksud itu “diolah” oleh tokoh politik tertentu yang juga bakal ikut bertarung pada pemilu 2009.

Simpatik terhadap SBY pun kemudian mengalir sangat deras. Terlepas ada hubungannya atau tidak, yang pasti SBY kemudian kembali memenangkan pemilu 2009 hanya dalam satu putaran dengan perolehan suara hingga 60 persen.

Nah sekarang, kasus serupa kini terjadi lagi menjelang pemilu 2014. Beda dengan 2004 dan 2009, kini SBY menggunakan isu keluarga. Bahwa keluarganya sudah menjadi sasaran fitnah, hujatan, dan serangan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sejauh mana efektivitas dari pernyataan ini, memang belum bisa diukur sekarang.

Tetapi paling tidak ada sebuah pola yang sama berlaku sejak 2004 sampai 2014 ini. Pada 2014 mendatang SBY memang tidak akan maju lagi sebagai capres karena dibatasi konstitusi. Tetapi rumor yang selama ini beredar menyebutkan SBY akan mendorong istrinya Ny Ani Yudhoyono untuk maju sebagai capres guna melanjutkan program-programnya, meniru apa yang terjadi di Argentina. Meskipun, sebelumnya SBY beberapa kali menegaskan bahwa dia tidak akan mendorong istri maupun anaknya untuk maju sebagai capres. Tetapi, itukan pernyataan politik yang bisa berubah setiap saat.

Nah kita tunggu saja, apakah nanti Ibu Ani yang akan didorong pada Pilpres mendatang, setelah sukses menyingkirkan Anas Urbaningrum? Dan bila iya, apakah Ibu Ani bisa memenangkan Pilpres dengan politik korban yang dipraktekkan SBY seperti yang dilakukan pada 2004 dan 2009? Kita tunggu saja sampai pemilu 2014, sambil menikmati suhu politik yang mulai memanas menuju pertempuran yang sesungguhnya. (Alex Madji)

Selasa, 12 Februari 2013

Selamat Datang Paus Baru


Senin, 11 Februari 2013 pagi waktu Roma atau Senin sore WIB, Paus Benediktus XVI mengambil keputusan yang mengejutkan dunia. Dia mengundurkan diri sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik seluruh dunia. Mengejutkan karena ini untuk pertama kalinya dalam 600 tahun terakhir, seorang paus mengundurkan diri. Paus terakhir yang berhenti di tengah jalan adalah Paus Gregorius XII pada 1415. Setelah itu, paus selalu menjalankan tugasnya hingga menghembuskan nafas terakhir, termasuk Paus Agung Yohanes Paulus II yang digantikan Benediktus XVI ini.

Sebenarnya, peristiwa pengunduran diri ini bukan sesuatu yang baru terjadi dalam sejarah Gereja Katolik. Sudah ada preseden pada abad-abad sebelumnya dengan berbagai alasan.

Benediktus XVI mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Uskup Roma dan pengganti tahta St Petrus karena usia yang sudah uzur. Kekuatan fisik pria kelahiran Jerman ini 85 tahun silam itu menurun tajam. Padahal, kekuatan fisik juga dibutuhkan, selain kekuatan spiritual, untuk mengemban tugas kegembalaan yang sungguh berat ni. Paus secara resmi akan menanggalkan jabatannya pada 28 Februari 2013 pukul 20.00 waktu setempat.

Alasan pengunduran dirinya ini diterima baik oleh umatnya di seluruh dunia, terutama karena alasan kesehatan yang diajukannya. Benekditus XVI pun semakin dikagumi atas kerendahan hatinya itu yang sadar akan keterbatasannya. Selanjutnya dia mempersembahkan sisa hidupnya dalam doa tiada henti bagi gereja yang dicintainya dan tidak akan terlibat lagi dalam membimbing Gereja Kristus seperti yang diperankannya sejak April 2005 silam.

Yang ditunggu-tunggu saat ini adalah siapa penggantinya. Juru bicara Vatikan Romo Federico Lombardi SJ mengatakan bahwa Dewan Kardinal akan memilih paus baru 15 hari setelah Paus Benediktus XVI resmi mengundurkan diri. "Sebelum paskah, kita sudah memiliki paus baru," kata Lombardi yakin.

Konklaf
Paus dipilih oleh Dewan Kardinal yang jumlahnya tidak lebih dari 117 orang yang berumur di bawah 80 tahun. Tetapi jumlah ini kemungkinan akan berkurang menjadi 115 karena pada Maret 2013 karena ada dua kardinal yang memasuki usia 80 dan berarti tidak akan memilih dan dipilih. Kardinal-kardinal ini akan memilih paus baru dalam sebuah konklaf.

Konfklaf ini dimulai di Kapel Sistin. Pada pagi hari, Dewan Kardinal menyelenggarakan misa "Pro Eligendo Papa". Proses pemilihannya baru dimulai pada sore hari. Para kardinal memilih tiga orang di antara mereka untuk mengumpulkan kertas suara, tiga orang lain bertugas menghitung surat suara, dan tiga lainnya untuk melihat hasilnya.

Kertas-kertas suara kosong disiapkan dan dibagikan kepada para anggota Dewan Kardinal yang berjumlah 117 atau 115 pada Maret nanti. Pada pagian tengah atas kertas kosong itu tertulis dalam bentuk cetakan, bila memungkinkan, kata-kata ini, "Eligo in Summum Pontificem" yang berarti "Saya memilih sebagai Paus" lalu para kardinal menulis nama calon pada bagian tengah bawah kertas tersebut lalu melipatnya menjadi dua.

Setelah itu para kardinal itu naik ke altar lalu memasukkan kertas yang sudah diisi dengan nama pilihannya masing-masing pada sebuah disket kecil yang terbuat dari metal dan dimasukan dalam kalix. Lalu, surat suara itu dihitung dan hasil pilihan mereka dibacakan di hadapan Dewan Kardinal.

Bila ada satu dari para kardinal itu meraih suara dua per tiga plus satu, maka dialah yang akan menjadi paus baru menggantikan Paus Benediktus XVI. Kertas-kertas itu kemudian dibakar dengan dicampur sat kimia tertentu sehingga asal dari hasil bakaran itu menghasilkan asap putih yang keluar dari cerobong asap Vatikan untuk memberitahukan kepada umat yang menunggu di lapangan St Petrus bahwa paus baru terpilih. Bahasa simbol itu kemudian diikuti pengumuman, "Habemus Papam" yang berarti "Kita Punya Paus Baru".

Tetapi bila belum terpilih, surat-surat suara tadi dibakar dan dicampur dengan bahan kimia tertentu sehingga menghasilkan asap yang berwarna hitam pekat. Kemudian dilakukan pemilihan ulang dengan proses yang sama hingga terpilih seorang paus baru

Menurut ahli Vatikan yang juga koresponden CNN di Vatikan, John Allen, siapa pun paus berikutnya dan dari manapun dia berasal, sudah hampir pasti dia akan meneruskan kebijakan Paus Benediktus XVI dan akan melanjutkan tradisi konservatif yang dipelihara paus asal Jerman ini. Isu-isu tentang aborsi, KB, dan perceraian tetap akan menjadi prioritas utama paus baru.

Dan siapapun puas berikutnya, umat Katolik pasti akan menerima dan tunduk kepadanya. Akhirnya selamat datang paus baru. (Alex Madji/dari berbagai sumber)

Senin, 11 Februari 2013

Balotelli Itu Pria Murah Hati


Mario Balotelli selalu menjadi buah bibir. Dalam dua pekan terakhir, pria 22 tahun keturunan Ghana ini menjadi pusat pembicaraan karena dua golnya ke gawang Udinese Minggu 3 Februari 2012 menghantar kemenangan tim barunya AC Milan dan mendongkrak posisi klub tersebut ke peringkat keempat klasemen sementara.

Pada Minggu, 10 Februari 2013 kemarin, pemain yang baru didatangkan dari Manchester City akhir Januari 2013 itu kembali mencetak gol untuk menyelamatkan Milan dari kekalahan saat melawan Cagliari. Berkat golnya ini, Milan pulang ke San Siro dengan satu poin, meskipun harus terlempar lagi ke tempat kelima karena pada saat hampir bersamaan rival sekota yang juga mantan klub yang dibela Balotelli, Inter Milan, memetik kemenangan 3-1 atas Chievo Verona.

Balotelli memang selalu menjadi "news maker". Bukan hanya karena penampilan memukaunya di atas lapangan hijau, tetapi dan terutama karena kelakuan buruknya di luar lapangan. Bahkan, anggota skuat Tim Nasional Italia ini sudah distigmakan oleh media-media internasional sebagai seseorang yang berperilaku buruk. Itulah sebabnya, saat berada di Manchester City, setelah mencetak gol dia memperlihatkan tulisan pada kaus dalamnya, "Why always me?"

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Balotelli menjelaskan bahwa kata-kata itu ditujukan kepada semua orang yang selalu menilainya buruk. "It was to all the people who are always talking bad about me and say stuff that's not nice about me and they don't know me. I was just asking, 'Why always me?', "jelas Balotelli.

Balotelli hanya mau mengatakan bahwa penilaian itu tidak benar. Balotelli tidak melulu berisifat negatif. Ada sisi-sisi positif yang tidak terlalu di-blow up dan nyaris tidak diketahui dan memang publik tidak mau tahu.

Karena itu, kali ini, saya ingin mengangkat sesuatu hal kecil yang memperlihatkan sisi lain dari kehidupan Balotelli. Apa itu? Balotelli termasuk seorang pemain yang masih rajin ke gereja, minimal pada saat natal. Pada natal 2011, misalnya, seperti dilaporkan Manchester Evening News pada 28 Desember 2011, Balotelli mengikuti misa malam natal 24 Desember 2011 di Gereja St Yohanes, High Lane, Chorlton, Manchester, Inggris bersama pacarnya Rafaella Fico dan keluarganya. Bukan hanya datang misa. Dia pun memberi kolekte 200 pound untuk gereja tersebut.

Kehadiran Balotelli di gereja itu langsung menjadi pusat perhatian umat paroki. Mereka pun mengerubutinya dan berlomba-lomba berfoto bersama dengan anggota skuat Tim Nasional Italia ini.

Pastor paroki setempat Romo Patrick McMohan mengatakan, umat paroki sangat senang melihatnya datang ke gereja i, apalagi mendengar khabar bahwa pemain itu memberi kolekte sebesar 200 pound. "Dia duduk di sini sebentar dan berfoto bersama anak-anak. Para pendukung City sangat senang. Sesungguhnya saya tidak terlalu mengenal dia. Tetapi ada umat yang beritahu bahwa ada Mario di sini. Lalu saya tanya, siapa dia?" kata Romo Patrick.

Dia melanjutkan, "Ada begitu banyak umat yang menghadiri misa, tetapi dia sangat baik. Dia bilang, dia sangat senang ada di sini untuk perayaan natal. Kelihatannya ada banyak teman dan keluarganya ada di sekitar dia."

Peristiwa yang sama dilaporkan oleh Metro.co.uk tertanggal 27 Demseber 2011. Menurut media ini, Balotelli datang ke gereja tersebut setelah membeli minuman di sebuah pub setempat. Dilaporkan pula bahwa setelah misa natal, Balotelli diajak untuk menghadiri acara anak-anak jalanan, penyandang tuna wisma di gereja tersebut. Tak disangka, Balotelli pun mau datang. Anak-anak sangat senang dengan kehadiran Balotelli untuk berbagi kegembiraan natal bersama mereka.

Jadi, ada sisi-sisi kemanusiaan di balik penampilan Balotelli yang begitu temperamental, yaitu seorang pria murah hati yang mau berbagi dan masih ingin ke gereja, meski bergelimang uang dan kemewahan. Dia masih mencari “sesuatu yang lain” di luar kenikmatan duniawinya. (Alex Madji)

Minggu, 10 Februari 2013

Mengkudeta Anas, SBY Perlihatkan Wajah Aslinya


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah mengambil langkah penyelamatan terhadap Partai Demokrat yang oleng dan hampir tenggelam. Pendiri partai berlambang bintang Mercy itu mengambil alih kepengurusan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP), menggeser posisi Anas Urbaningrum sebagai ketua umum. Alasannya agar Anas lebih fokus dan konsentrasi pada kasus hukum yang menjeratnya.

Tetapi langkah ini terbilang drastis dan kontraproduktif dengang nama "demokrat" serta slogan yang mereka propagandakan selama ini. Harus dibilang bahwa langkah pengambilalihan oleh SBY itu sama sekali tidak mencerminkan bahwa demokrasi hidup di internal partai itu. Jadi, hanya namanya yang demokrat, tetapi prakteknya sama sekali tidak demokratis.

Sebagai orang yang selalu mempromosikan demokrasi dan membanggakan demokrasi di Indonesia selama menjadi presiden Indonesia, SBY seharusnya mempraktekkan demokrasi itu mulai di internal partai. Sayang sekali, SBY hanya mempromosikan demokrasi ke luar, tetapi di internal partai dia mempraktekkan sebaliknya. Bahkan, cenderung otoritarian.

Dengan cara mengambil alih kendali partai secara keseluruhan dengan mendepak Anas Urbaningrum, bisa dibilang ini adalah praktek otoritarian dalam partai. SBY bisa saja menggunakan alasan bahwa itu dibenarkan oleh AD/ART partai, tetapi tetap saja bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi secara umum dari, oleh, dan untuk rakyat.

Apalagi Anas Urbaningrum tidak diangkat oleh SBY sebagai pemilik dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Anas dipilih melalui sebuah kongres. Kongres itu sendiri pun disebut berlangsung sangat demokratis, meskipun kemudian ada dugaan praktek politik uang dalam pemilihan itu seperti dituduhkan mantan bendahara Muhamadd Nazarudin selama ini.

Karena itu, bila Anas tidak becus memimpin partai, seharusnya SBY mendorong digelarnya kongres luar biasa (KLB) untuk mengganti anas. Ini cara yang lebih elegan dan demokratis dibandingkan menggunakan cara-cara militer yang mengkudeta Anas dari posisinya hanya dengan sebuah pertemuan di kediamannya di Puri Cikeas Indah.

Lebih tidak elegan lagi langkah SBY itu karea Anas belum ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam skandal pembangunan fasilitas olahraga Hambalang di Sentul Bogor. Padahal, kalau SBY sedikit bersabar menunggu keputusan KPK, mungkin langkah SBY itu ada sedikit pembenarannya.

Tetapi apapun, langkah SBY "mengkudeta" Anas sungguh memperlihatkan wajah aslinya sebagai tentara yang bisa melakukan segala cara untuk mencapai tujuan. SBY adalah seorag pensiunan jenderal bintang empat. (Alex Madji)

Kamis, 07 Februari 2013

Apa Agama David Luiz?


Banyak orang yang mengira bahwa David Luiz adalah seorang Katolik. Asumsi itu mungkin dilatari oleh sebuah fakta sosiologis bahwa dia berasal dari Brasil yang mayoritas rakyatnya beragama Katolik. Saya termasuk orang yang semula yakin bahwa David Luiz adalah seorang Katolik.

Tetapi saya kemudian ragu karena Luiz tidak seperti para pemain Brasil lainnya yang saat masuk dan keluar lapangan seperti saat masuk dan keluar gereja. Mereka selalu membuat tanda salib. Begitu juga setiap kali mencetak gol. Bahkan, nyaris mencetak gol saja diikuti tanda salib seperti yang setiap kali dilakukan oleh pemain terbaik dunia tiga kali dari Brasil, Ronaldinho. Praktek sepert ini juga jamak dilakukan para pemain Amerika Latin pada umumnya.

Tidak demikian dengan David Luiz. Setiap kali mencetak gol, Luiz hanya menengadah ke langit dan menunjukkan dua jari telunjuknya ke atas, tanpa tanda salib. Inilah yang membuat saya penasaran. Saya lalu mencari informasi soal agama pemain yang aslinya berposisi sebagai bek tengah ini, tetapi belakangan dipasang sebagai gelandang bertahan oleh pelatihnya di Chelsea, Rafael Benitez.

Dailymail.co.uk tertanggal 21 Oktober 2011 (ini linknya: http://www.dailymail.co.uk/sport/football/article-2051837/David-Luizs-healing-hands-gimmick.html#ixzz2KCTRvjfV) menjawab pertanyaan dan rasa penasaran saya itu. Dalam beritanya berjudul "Luiz's 'healing hands' are no gimmick: Brazilian's faith runs deeper than helping Torres" disebutkan bahwa David Luiz adalah seorang penganut kristen yang taat. Tetapi dia bukan seorang penganut Katolik.

David Luiz yang berabut gimbal itu adalah anggota gereja "Atletas de Cristo" atau Gereja Atlet-atlet Kristus. Gereja ini didirikan di Brasil pada 1984 dan diperuntukkan bagi para olahragawan. Sebagai seorang Kristen, dia bangga dengan imannya serta praktek keagamaan yang dipeluknya itu.

Gereja ini juga diikuti oleh pemain sepakbola terkenal Brasil lainnya yang kini merumput di Real Madrid Ricardo Kaka dan mantan bek tangguh Tim Nasional Brasil, Lucio. Kaka adalah idola David Luiz baik di dalam maupun di luar lapangan.

Saat masih bermain di Portugal bersama Benfica pada 2011 lalu, sebelum ke Chelsea, David Luiz pernah berujar, "Segala sesuatu dalam hidup ini adalah milik Allah. Tujuan hidup kita sudah ditentukan oleh-Nya. Iman saya telah membantu saya untuk tampil lebih baik sebagai seorang pemain. Iman itu pula yang menguatkan saya dan menginspirasi saya."

Sebagai penganut gereja ini, David Luiz tidak canggung mempraktekkan agamanya di atas lapangan. Sebuah foto yang dimuat media Inggris tadi, seperti saya ambil di atas, memperlihatkan David Luiz sedang menumpangkan tangan kanannya di atas kepala rekan setimnya Fernando Torres, sementara tangan kirinya memegang pundak Torres. Pemain Nasional Spanyol ini sendiri memejamkan mata. Peristiwa ini terekam sesaat sebelum Chelsea menyikat klub Belgia, Genk, di ajang Liga Champions dengan skor 5-0.

Jadi, menjawab pertanyaan judul di atas tadi, Apa Agama David Luiz? Jawabannya pasti yaitu David Luiz bukan Katolik, tetapi penganut Gereja Atlet-atlet Kristus. (Alex Madji)

Foto: Dailymail.co.uk

Senin, 04 Februari 2013

Memaknai Bahasa Simbol Baru PKS


Ada sebuah bahasa simbol baru yang diperkenalkan oleh para politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam beberapa hari terakhir, sejak tertangkapnya matan presiden partai itu, Luthfi Hasan Ishaaq yang tejerat kasus dugaan suap impor daging oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Setiap kali disorot kamera, Luthfi mengangkat tangan kiri, lalu jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran kecil, sementara tiga jari lainnya tetap berdiri dan diacungkan ke atas. Semula, saya mengira ini kebetulan saja dan tanpa makna.

Tetapi kemudian, ini terus-terusan dibuat pria berinisial LHI itu. Apalagi ketika mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid pada Senin, 4 Februari 2013 setelah ditanya wartawan, dari dalam mobilnya juga membuat simbol yang sama. Tiga jarinya dibiarkan berdiri, sementara jari telunjuk dan jempol membentuk sebuah lingkaran kecil. Dan, dia mempertegas simbol itu dengan mendekatkan tangannya itu ke kamera wartawan.

Belum ada penjelasan resmi dari para petinggi dan kader PKS terkait bahasa simbol tersebut. Tetapi ini pasti memiliki arti dan pesan tersendiri. Seperti apa pesannya? Mari kita menduga-duga.

Saya menduga, lingkaran kecil yang dibuat Luthfi Hasan Ishaaq yang kemudian diikuti Hidayat Nur Wahid itu memperlihatkan kepada publik bahwa tuduhan KPK terhadap Luthfi Hasan Ishaaq, dan kemungkinan kader-kader PKS lainnya nanti, terlibat dalam kasus suap impor daging tidak benar. Dengan kata lain, sangkaan KPK yang membuatnya harus mendekam di tahanan itu salah alias nol.

Dalam dunia musik, terutama dalam dunia konduktor atau dirigen, tanda atau simbol yang diperlihatkan Luthfi Hasan Ishaaq dan Hidayat Nur Wahid itu dengan arah terbalik (bukan ke atas tetapi ke bawah, tentu dengan lembut) berarti bahwa anggota paduan suara harus "diam" atau "berhenti" bernyanyi. Tanda ini, umumnya digunakan pada ketukan terakhir setiap lagu.

Nah, apakah mereka mau meminta publik diam dan berhenti bersuara karena tuduhan KPK terhadap mantan orang nomor satu PKS salah, walahualam. Tetapi mari kita tunggu saja proses hukumnya lebih lanjut. Di sana nanti dibuktikan Luthfi Hasan Ishaaq bersalah atau tidak. Yang pasti, PKS saat ini sedang membangun perlawanan baik dengan kata-kata maupun dengan bahasa simbol, dan mungkin juga dengan gerakan nyata di lapangan. (Alex Madji)

Jumat, 01 Februari 2013

Skandal Daging Impor, "Perang Bubat" Jelang Pemilu 2014


Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq sudah ditahan menyusul penetapannya sebagai tersangka dalam dugaan suap impor daging oleh Komisi Pemberantasan Koroupsi (KPK). Stafnya tertangkap tangan menerima uang suap senilai Rp 1 miliar dari PT Indoguna Utama sebagai imbalan atas mulusnya proyek impor daging. Dua pimpinan perusahan itu pun sudah ditangkap dan ditahan bersama staf Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah.

Kasus ini bagaikan tsunami yang menerjang PKS, sebuah partai yang sejak pemilu 2004 silam mengklaim diri sebagai partai paling bersih karena merupakan partai dakwah dan diisi oleh para ustadz. Dengan adanya kasus ini, maka moral mereka sebagai "partai suci", runtuh total.

Tetapi, kasus ini tidak sekedar menghancurkan PKS sebagai "partai suci". Ini adalah perang politik menjelang pemilu 2014. Todung Mulya Lubis dalam akun twitternya @TodungLubis berkicau, "Heboh politik menjelang pemilu 2014 dimulai: Selamat menikmati."

Lantas PKS secara tidak implicit menuduh bahwa ini adalah permainan Partai Demokrat yang juga rekan PKS di Sekretaris Gabungan pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono. Paling tidak hal itu terlihat dari akun twitter @PKSejahtera mentwit pernyataan mantan Ketua MK Jimmly Asshidiqie yang dimuat Tribunnews.com yang menyebutkan, "Aneh, dalam hitungan menit Presiden PKS jadi tersangka tetapi Anas (Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum) tidak diapa-apain."

Kicauan di media sosial itu diperkuat oleh informasi dari seorang teman yang dekat dengan petinggi PKS. Sama seperti disampaikan Todung Mulya Lubis, informasi ini menyebutkan bahwa pengungkapan skandal daging ini adalah awal dari sebuah perang besar menjelang 2014. Kasus skandal daging ini akan meluas dan merembet ke mana-mana di dalam elite PKS.

Dan, yang akan mengalami nasib seperti ini bukan hanya PKS. Partai anggota Setgap lainnya seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi korban berikut. Dua partai ini, terutama ketua umumnya, syarat masalah.

Informasi tadi juga menyebutkan bahwa kasus yang menimpa PKS ini dan partai-partai lainnya nanti adalah aksi "balas dendam" dari skandal wisma atlet PON Riau dan kasus Hambalang yang menyandera Partai Demokrat selama ini. Dengan perang ini, semuanya menjadi busuk. Hanya saja, Demokrat sedikit beruntung karena masyarakat pemilih pasti akan melupakan korupsi yang dilakukan kader dan petinggi partai itu. Sebab ingatan masyarakat Indonesia ini sangat pendek.

Serangan dari luar ini diparah lagi oleh pertarungan antar faksi internal PKS, yaitu faksi Keadilan dan Faksi Sejahtara. Konon faksi sejahtera adalah kelompok-kelompok tua bekas elite Partai Keadilan sedangkan faksi sejahtera adalah kelompok-kelompok anak muda yang berpendidikan barat.

Skandal daging ini baru dibuka sekarang terutama karena pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Gubernur Jawa Barat (Jabar) sudah didepan mata. Jabar adalah miniatur Pemilu 2014. Jumlah pemilih di daerah ini disebut-sebut yang terbesar di Indonesia. Karena itu memenangkan pemilukada Jabar adalah langkah pertama untuk merebut kembali kemenangan pada pemilu 2014. Pada Pemilukada Jabar, PKS mendukung incumbent Ahmad Heriawan yang berpasangan dengan Dedy Mizwar. Sementara Partai Demokrat mengusung Wakil Gubernur Dede Yusuf yang dulu maju sebagai kader Partai Amanat Nasional yang sudah loncat pagar ke Demokrat.

Nah, untuk sampai ke kemenangan tersebut, kader-kader partai lawan dan partai mereka dihancurkan terlebih dahulu dan penghancuran ini akan berlangsung hingga menjelang pemilu 2014 serta dilakukan satu demi satu. Ketika kasus-kasus ini menyeruak, maka kasus-kasus lama yang melilit kader dan Partai Demokrat dengan sendirinya akan tenggelam dan dilupakan oleh masyarakat.

Pada saat itulah Partai Demokrat mulai berbenah diri, memoles, dan berdandan sana sini atas wajah bopeng yang dialaminya selama ini sehingga citranya di tengah masyarakat kembali positif. Dengan citra positif, masyarakat akan kembali memilih Demokrat. Tetapi apakah akan benar seperti itu? Mari kita tunggu saja hasil pemilukada Jabar bulan ini dan hasil akhirnya pada pemilu 2014 mendatang. (Alex Madji)