Selasa, 20 Desember 2011

Konsistensi Bambang Widjojanto


Selasa 20 Desember 2011, fotografer Suara Pembaruan Ruht Semiono mengirim beberapa foto Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto sedang naik ojek dan turun dari ojek di depan kantor KPK di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Sebenarnya tidak ada yang luar biasa dari foto ini. Sebab, sudah menjadi kebiasaan seorang Bambang Widjojanto menumpang kendaraan umum baik kereta api, taksi maupun ojek. Ini dilakoninya selama bertahun-tahun.

Tetapi menjadi luar biasa, ketika dia melakukan itu pada saat dia menduduki jabatan publik sepenting KPK. Bambang bersama empat pimpinan KPK lainnya dilantik pekan lalu di Istana Negara, Jakarta.

Di satu pihak, Bambang memperlihatkan konsistensinya bahwa jabatan tidak serta merta mengubah pola dan gaya hidupnya. Tetapi di lain pihak Bambang tidak atau belum memikirkan risiko. Sebab bukan jadi rahasia lagi bahwa pejabat KPK itu menjadi musuh para koruptor. Saya hanya khawatir, BW, sapaan akrabnya, akan dicederai seperti dengan modus ditabrak oleh pembunuh bayaran para koruptor. Tetapi mudah-mudahan ini tidak akan terjadi.

Terlepas dari itu, konsistensinya memilih tetap naik kendaraan umum seperti rakyat kebanyakan patut diapresiasi. Dia tidak malu naik ojek, meski sudah menjadi pejabat publik. Saya berharap, BW bisa mempertahankan hal positif seperti ini dan tidak hangat-hangat tahi ayam. Bila perlu, BW sekalian menolak mobil dinas dari KPK.

Sikap seperti ini absen di kalangan pejabat publik republik ini. Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka berlomba-lomba mengadakan mobil dinas yang mahal dan mewah dengan berbagai alasan. Padahal mobil dinas sebelumnya masih layak digunakan. Maka patut diduga pengadaan mobil dinas seperti itu juga menjadi sarang korupsi.

Mestinya, KPK juga mengusut pengadaan mobil dinas di setiap kantor kementerian dan lembaga negara yang selama ini masih luput dari pantauan publik.

Maka konsistensi BW ini bisa menjadi teladan bagi pejabat publik lainnya. Bahwa tanpa mobil dinas pun tidak mengganggu bobot kerja. Justru dengan begini, seorang pejabat publik memberi teladan yang bagus bagi masyarakat. Pada saat bersamaan dia mendapat simpatik yang mendalam. Jadi, ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampau. Itulah yang dilakukan Bambang Widjojanto. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar