Selasa, 27 Desember 2011

Natal yang Hambar


Meski Natal sudah lewat dua hari, tetapi tidak ada salahnya saya membuat catatan tentang Natal. Natal saya tahun ini terasa hambar. Suasananya tidak tercipta sedemikian rupa sehingga selama masa adven hingga hari raya natal, suasanya begitu-begitu saja. Tidak ada yang luar biasa.

Tidak ada hiasan natal di rumah. Tidak ada pohon natal yang menjulang lengkap dengan pernak perniknya serta kerlap kerlip lampu warna warni. Tidak ada bingkisan natal yang disimpan di bawah atau digantung di dahan-dahan pohon Natal. Apalagi kartu ucapan natal yang sudah lama hilang. Tidak ada pula lagu-lagu natal yang mengisi seluruh ruangan dan relung sukma.

Sesekali terdengar nyanyian-nyanyian natal dari televisi. Gebyar menjelang natal di televisi tidak sesemarak beberapa tahun silam. Entah apa yang terjadi. Jangan-jangan suasana natal tidak lagi menarik untuk dijual dan membangkitkan ekonomi di negara ini, seperti terjadi di seluruh dunia.

Bukan hanya itu. Ritual-ritual persiapan natal secara rohani tidak dijalankan. Pengakuan dosa sudah lama absen. Angkanya sudah belasan tahun. Masa-masa adven hanya dirasakan pada setiap hari Minggu. Itupun beberapa kali bolong.

Tetapi dalam kehambaran seperti itu, malam natal tetap disambut gembira. Saking gembiranya, kami sekeluarga datang empat jam sebelum misa malam natal di Gereja Santa Maria Regina (Sanmare) Sektor IX Bintaro, Tangerang Selatan, 24 Desember 2011.

Ini sebenarnya bukan disengaja. Jadwal misa yang didapat dari berbagai surat eletronik menyebutkan bahwa misa di gereja itu adalah pukul 16.00 WIB untuk umat Paroki Ciledug yang tidak punya gereja. Lalu untuk umat Sanmare misa malam natal diselenggarakan pada pukul 18.00. Supaya mendapat tempat di dalam gereja, kami lalu datang satu jam sebelumnya.

Pukul 17.00 WIB, kami sekeluarga sudah tiba di gereja. Misa yang jam 16.00 sudah memasuki lagu Bapa Kami. Beberapa saat kemudian misa kelar. Lalu, kami masuk ke gereja. Tetapi hingga 15 menit sebelum jam 18.00 WIB, situasi gereja masih sepi. Lalu kami coba tanya kepada petugas di situ dan ternyata misa baru berlangsung pukul 20.00 WIB. Maka tidak ada cara lain, selain menunggu misa jam 20.00 itu.

Kembali ke natal yang hambar. Suasana natal seperti itu sedikit terhibur oleh khotbah Romo Deshi Ramadhani, SJ pada misa malam natal tersebut. Menurut dosen Kitab Suci STF Driyarkara yang hadir sebagai pastor tamu pada kesempatan itu, Yesus lahir dalam setiap pengalaman paling kelam dan pengalaman paling buruk manusia. Apa pasal? Yesus sendiri lahir di dalam kandang hewan yang hina. Kemiskinan, kehinaan dan kehampaan adalah pengalaman paling kelam yang dialami manusia. Banyak hal yang dia katakan dalam khotbah itu. Tetapi hanya itu yang saya tangkap.

Karena itu bagi saya, meskipun suasana natal saya tahun ini hambar tetapi justru Dia hadir dalam situasi seperti itu. Bahkan, lebih dari itu. Lalu bagaimana pengalaman natal Anda yang merayakannya?? (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar