Senin, 13 Juni 2011
Berperan sebagai Istri
Sejak Sabtu (11/6/2011) lalu hingga Rabu (15/6/2011), istri saya bertugas keluar kota. Tidak jauh. Hanya ke Surabaya dan Malang. Sejak hari itu saya berperan sebagai istri di rumah. Saya harus mengurus kedua buah hati kami; Carrol Houben Alleindra (2,5 tahun) dan Enrique Paulo Vera Alleindra (10 bulan).
Saya memang tidak sendiri. Ada dua orang pembantu. Tetapi praktis mereka hanya berperan pada siang hari, ketika saya bekerja. Begitu saya pulang, kedua pangeranku itu saya urus sendiri.
Malam pertama ditinggal maminya, si bungsu, Enrique rewel. Tiap dua jam nangis. Jam 22.00 WIB bangun dan menangis. Jam 24.00 nangis. Jam 02.00 bangun dan nangis lagi. Jam 04.30 bangun lagi. Ternyata dia minta susu. Praktis malam itu saya tidak tidur. Repot.
Parahnya lagi, begitu si sulung (Carrol) sadar dan tidak mendapatkan papi di sampingnya, dia pun menangis. Biasanya, saya tidur di sampingnya dan berpelukan. Mulai Sabtu itu saya tidur di kaki mereka. Tujuannya, untuk menghalangi Enrique agar tidak tiba-tiba turun dari tempat tidur yang agak tinggi.
Nah ketika keduanya menangis, saya pusing sendiri. Sambil gendong adik, saya ke samping kakaknya, mengelus-elus kepalanya sampai dia tertidur kembali. Sementara adiknya diam setelah digendong. Setelah itu baru bikin susu untuk adik.
Lucunya lagi, jam 02.00 Carrol bangun minta pipis, adiknya juga bangun. Saya dilema. Kalau bawa Carrol ke kamar mandi, saya takut adik jatuh dari tempat tidur. Untung di kamar ada ember untuk tampung air AC. Carrol pun saya arahkan pipis di ember itu.
Makin malam saya makin cemas karena belum tidur. Baru saja merem, eh jam 04.30 adik sudah menangis lagi. Saya pun keluar kamar dan ketok pintu pembantu. Saya minta mereka urus adik. Mereka kemudian membuatkan dia susu dan tertidur di kamar pembantu sampai pagi. Sementara saya tidur dengan kakak.
Minggu (13/6/2011) malam, suasana agak beda. Adik tidur nyenyak. Sempat tidur di kamar pembantu sampai pukul 22.00, tetapi kemudian karena menangis, saya ambil dan tidur bertiga di kamar kami. Dia baru bangun pukul 02.00 dini hari. Begitu menangis, saya langsung gendong dan membawanya ke dapur sambil bikin susu. Setelah minum susu sambil tiduran, dia pun terlelap dan baru bangun pukul 5.30.
Pengalaman Sabtu (11/6/2011) malam itu menyadarkan saya bahwa ternyata menjadi ibu itu tidak mudah. Dia harus menyediakan ASI setiap saat untuk anaknya. Dia rela tidur tidak nyenyak. Lebih luar biasa lagi saat menyaksikan istri melahirkan. Sungguh perjuangan hidup-mati. Maka, ketika ditinggal istri, saya tidak merasa terbebani mengambil alih perannya sebagai ibu. [Alex Madji]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar