Kamis, 29 September 2011

Antara Israel dan Batak


Presiden Palestina Mahmud Abbas mengambil langkah historis dengan mengusulkan keanggotaan Palestina ke Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Langkah Abbas ini menggetarkan Israel dan Amerika Serikat (AS). Sampai-sampai, Presiden AS Barack Obama, dalam pertemuan dengan Abbas sebelum Abbas mengusulkan secara resmi keanggotaan Palestina di PBB, meminta Abbas untuk mengurungkan niatnya.

Obama berpendapat, Palestina tidak boleh melakukan lompatan sejauh itu. Dia harus berdamai dulu dan melakukan perundingan dengan Israel sebelum Palestina merdeka dan menjadi anggota PBB. Tetapi langkah Palestina itu didukung oleh lebih dari 100 negara.

Sementara Israel bergeming. Pembangunan hunian warga Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah Palestina, terus dilakukan. Israel bertindak begitu karena didukung oleh AS. Ini adalah hasil lobi orang-orang yahudi di negara itu.
***

Rabu, 28 September 2011, saya makan siang di kantin Universitas Katolik Atmajaya Jakarta. Setelah memesan paket nasi dan ayam goreng seharga Rp 10.000, saya mencari tempat tempat duduk yang nyaris terisi penuh.

Untunglah, di sebuah meja ada seorang bapak yang mengenakan seragam seperti guru di kampung saya di Flores duduk seorang diri. Saya lalu minta ijin untuk duduk di depannya karena dia mengatakan bangku di depan dia itu kosong. Sebanarnya dia bersama temannya. Tetapi temannya itu duduk di meja sebelahnya. Keduanya bercakap-cakap dengan nada tinggi dan dalam bahasa daerah. Sungguh saya tidak paham. Tapi sambil makan, saya merekam.

Kata yang paling banyak diucapkan oleh bapak berseragam seperti guru di kampung saya itu tadi adalah "Batak" dan "Israel". Sesekali juga dia berbicara dalam Bahasa Indonesia. Sehingga, saya menyimpulkan bahwa kedua bapak itu berbicara Bahasa Batak dan membicarakan tentang Batak dan Israel.

Yang paling banyak bicara adalah bapak yang di depan saya. Sementara teman yang duduk di meja sebelah hanya menimpali sesekali.

Si bapak ini berbicara bahwa Batak harus meniru Israel. Mau hidup di manapun mereka tetap Israel dan berjuang untuk Israel. Bila perlu berbahasa Israel. Itu sebabnya, meski mereka hidup di AS, mereka tetap "bekerja" untuk Israel. Paling tidak lobi-lobi mereka membuat AS begitu mendukung Israel.

Batak juga harus begitu. Dimana pun orang Batak hidup, mereka tetap harus menjadi Batak, menghayati nilai-nilai Batak. Bila perlu berbicara Batak. Tetapi yang terakhir ini tidak mutlak.

Tetapi yang pasti, orang Batak tidak boleh tercerabut dari akar budayanya di manapun mereka hidup. Nilai-nilai Batak tetap harus dipegang teguh dan kebajikan-kebajikan Batak dijunjung tinggi. Jadi, dimanapun orang Batak itu berada, mereka harus menjadi Batak 100 persen.

Bapak itu berbicara dengan sangat semangat. Sesekali diselingi dengan derai tawa. Sementara saya yang duduk di depannya terus makan, seolah tidak mendengar apa yang dia sedang bicarakan.

Pernyataan si bapak tadi sangat boleh jadi mencerminkan rasa bangga yang begitu kental akan "kebatakannya". Batak bagi dia harus menjadi bangsa unggul karena memiliki nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diperjuangkan.

Yah, kira-kira seperti Israel yang juga merasa sebagai bangsa unggul. Atau dalam bahasa agama, Israel adalah umat pilihan. Nilai inilah yang membuat mereka tetap menjadi Israel dan berjuang untuk Israel di mana pun mereka hidup.

Nah, apakah ini bentuk sauvinisme? Silahkan Anda menilai sendiri. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar