Kamis, 15 November 2012
Rhoma Irama Mau Capres, Mimpi Kaleee...
Rhoma Irama berniat maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. Niat "si raja dangdut" itu sontak mendapat tanggapan dari media baik cetak, elektronik, online maupun media sosial.
Dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi pada Kamis, 15 November 2012 siang, Rhoma Irama menjelaskan alasan mengapa dia berniat maju pada Pilpres dua tahun mendatang.Menurutnya, sejumlah elite politik dan elite agama mendorong dia untuk maju dalam pertarungan perebutan RI 1. Bahkan dia bercerita bahwa pada Pemilu 2004 silam, dia sudah didorong untuk maju sebagai capres. Pada Pemilu 2009, ada capres yang meminangnya sebagai cawapres. Tetapi semua tawaran pada dua pemilu itu ditolaknya.
Kini dia merasa, Pilpres 2014 menjadi momen yang pas untuk maju menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak bisa maju lagi karena dibatasi konstitusi. Mengapa? Karena menurut dia, saat ini tidak ada lagi tokoh yang sungguh-sungguh memperjuangkan kepentingan umat Islam. Padahal Indonesia adalah negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia.
Tetapi dalam sejarah pemilu di Indonesia, partai-partai agama baik Islam maupun non Islam tidak pernah memenangkan pemilu. Selama Soeharto berkuasa, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hasil fusi partai-partai Islam, dimana Rhoma Irama menjadi anggotanya saat ini, hanya menjadi partai kedua di bawah Golkar.
Pada masa reformasi, sejak 1999, partai-partai Islam juga belum ada yang memenangkan pemilu. Sejak itu kelompok Islam juga terfrgamentasi, bahkan terpecah-pecah. Pada 1999 kekuatan PPP berkurang karena Nahdlatul Ulama memiliki partai sendiri yaitu Partai Kebangkitan Bangsa sebelum partai itu kemudian pecah berkeping-keping, meskipun sebagian orang NU tetap berada di PPP. Sementara Muhammadiyah guyup dalam Partai Amanat Nasional (PAN), lalu Masyumi berkumpul di Partai Bulan Bintang (PBB) serta masih ada Partai Keadilan. Yang berjaya ketika itu adalah PDI Perjuangan dan Golkar yang dicaci maki publik ketika itu masing-masing di urutan pertama dan kedua.
Pada Pemilu 2004, dari partai-partai Islam itu, hanya Partai Keadilan Sejahtera yang mendapat suara signifikan, tetapi tetap saja tidak tembus sebagai partai politik papan atas. Sedangkan perolehan suara partai-partai lain seperti PPP, PKB, PBB anjlok. Hanya PAN yang perolehan suaranya lumayan stabil.
Pada Pemilu 2009, perolehan suara semua partai Islam turun drastis. Bahkan PBB harus terlempar dari percaturan politik nasional karena gagal masuk parlemen akibat tidak memenuhi syarat parlementary treshold 2,5 persen.
Sementara menjelang Pemilu 2014, survei Lingkaran Survei Indonsia (LSI) yang diumumkan Minggu, 14 Oktober 2012 menyebutkan bahwa perolehan suara partai-partai Islam pada pemilu nanti makin melorot lagi atau lebih buruk dari 2009. Disebutkan, perolehan suara semua partai Islam ada di bawah lima persen. Tidak ada yang di atas itu. Dengan kata lain Partai Islam sedang menuju ke kematian. Survei ini tentu saja mendapat protes keras dari partai-partai Islam. Tetapi ini sebuah lonceng peringatan bagi mereka bahwa partai agama tidak laku dalam politik Indonesia.
Pemilukada DKI
Selain fakta sejarah di atas, ada fakta lain yang tersaji ketika Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta. Rhoma Irama yang mendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menyulutkan isu agama untuk menjatuhkan pasangan Joko Widodo atau Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang beretnis Cina dan beragama Kristen. Dia mengajak umat Islam untuk memilih pemimpin dari sesama umat Islam.
Terbukti kampanye ini tidak berhasil menggagalkan kemenangan Jokowi-Ahok. Pasangan ini tetap memenangkan Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua dan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, tepat sebulan silam.
Nah, dalam peta seperti itu, termasuk fakta sejarah pemilu di atas tadi, rasanya sulit bagi Rhoma Irama untuk bisa merebut kursi RI 1. Kalau perolehan suara partai-partai Islam anjlok tajam di bawah lima persen, lalu siapa yang akan mencalonkan dia? Belum lagi partai-partai seperti PKS dan PAN pasti memiliki jagonya sendiri. Sementara partai-partai nasionalis sudah pasti tidak mencalonkan Rhoma Irama. Lalu apakah suara PPP saja cukup untuk mencalonkannya? Rasanya sulit sekali.
Benar bahwa Pilpres bukan pemilu legislatif. Karakternya berbeda. Pilpres, seperti Pemilukada, lebih mengutamakan figur, bukan Partai Politik. Tetapi figur seperti Rhoma Irama juga belum atau tidak layak dijual. Masyakat Indonesia sudah cerdas dalam menggunakan hak pilihnya. Mereka mencari pemimpin yang mengayomi dan memperjuangkan kepentingan semua kelompok masyarakat, seperti dicita-citakan para pendiri bangsa ini. Mereka tidak mencari seorang pemimpin yang terang-terangan hanya ingin memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu.
Bangsa ini masih membutuhkan seorang pemimpin yang nasionalis. Atau kalau mau mengikuti distingsi Rhoma Irama sendiri, kita butuh seorang pemimpin Islam Nasionalis, bukan nasionalis Islam seperti Rhoma Irama.
Tetapi tidak ada salahnya juga bagi "Bang Haji" untuk mencoba mewujudkan mimpi menjadi Presiden RI. Siapa tahu dia bisa mengubah dan menciptakan sejarah baru dalam perpolitikan Indonesia. Selamat mencoba bang. (Alex Madji)
Foto diambil dari FB Muhamad Kardeni
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jadi atau tidak itu urusannanti, yang jelas kita butuh ssosok yang bisa meperjuangkan sapirasinya ummat Islam, gitu lhoo gitu aja repot. rhoma pun tidak berambisi. asal kamu tahu aja.
BalasHapusBang hajji, cuma dicalonkan, bukan atas kemauannya sendiri, tapi beliau tetap siap. jadi apa tidak itu bukan urusan kita. itu urusan Allah. wo yang menilai sukses tdknya itu bukan kita kok? kokkita bingung.UU porno aksi dan grafi yang diperjuangkan rhoma pun ndak mendapat dukungan dari tokoh lain, padahal mereka juga mengaku tokoh Islam. itu bukti. tapi saat ini mereka baru menyadari bahwa Rhoma memang benar dan konsisten.
BalasHapusjadi atau tidak itu urusannanti, yang jelas kita butuh ssosok yang bisa meperjuangkan sapirasinya ummat Islam, gitu lhoo gitu aja repot. rhoma pun tidak berambisi. asal kamu tahu aja.
BalasHapus