Rabu, 21 November 2012

Kirimlah Relawan Kemanusiaan ke Jalur Gaza, Bukan Laskar Perang


Israel sedang menggempur dan membombardir Jalur Gaza, wilayah Palestina yang dikuasai faksi Hamas. Tujuan serangn ini untuk melucuti roket yang ditembakkan kelompok militan Hamas ke wilayah Israel. Serangan udara Israel itu sudah memakan banyak korban. Jumlahnya sudah ratusan, sebagian besar rakyat sipil, terutama anak-anak, perempuan dan yang sudah uzur. Peristiwa ini sungguh mencabik-cabik rasa kemanusiaan siapa pun.

Maka tidak heran kalau aksi brutal Israel ini mendapat protes dari seluruh dunia. Masyarakat internasional menaruh simpatik terhadap rakyat Palestina pada umumnya, dan rakyat Jalur Gaza pada khususnya yang menjadi sasaran tembak Israel.

Indonesia tidak mau dan tidak pernah ketinggalan dalam aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina. Sebagai contoh, ada berita yang menyebutkan sekitar 300 orang kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah siap diberangkatkan ke Jalur Gaza, jika dibutuhkan. Mereka menggelar aksi di Semarang.

Hanya saja tidak disebut, apa maksud keberangkatan mereka ke sana. Apakah mereka mau berperang melawan Israel bersama rakyat Jalur Gaza? Juga tidak disebut dalam berita itu. "Yang kita persiapkan ya terutama fisik, jadi benar-benar kita ingin rakyat Palestina dibebaskan. Kalau memang dibutuhkan, relawan inisiap," kata Koordinator aksi itu, Amir Damanto seperti dilansir Kompas.com.

Berita lain menyebutkan, kelompok Hizbut Tahrir Indonesia di Makassar dalam unjuk rasa di kota itu meminta para kepala negara muslim untuk mengirim tentara ke Jalur Gaza guna melawan Israel. "Dengan cara itulah, rakyat di Jalur Gaza bisa diliundungi dan sekaligus serangan yang dilakukan oleh Israel bisa dihentikan," tulisa Kompas.com mengutip orasi dalam unjuk rasa di Makassar itu.

Dua kutipan berita di atas memperlilhatkan bahwa solidaritas kelompok-kelompok tertentu di Indonesia adalah ingin mengangkat senjata bersama rakyat Palestina melawan Israel. Solidaritas seperti ini, menurut saya, sangat tidak dianjurkan dan tidak perlu.

Kenapa? Solidaritas dengan sama-sama mengangkat senjata bukannya menyelesaikan masalah di Jalur Gaza, sebaliknya justru menambah persoalan baru dan bikin masalah yang sudah ribet itu makin pelik karena keterlibatan sukarelawan perang dari Indonesia.

Terlibat dalam perang berarti siap mengorbankan nyawa. Dan, begitu angkat senjata maka kelompok-kelompok dari Indonesia itu bukan tidak mungkin juga menjadi sasaran tembak Israel. Akhirnya korban nyawa justru semakin bertambah. Persoalannya akan makin pelik karena akhirnya masalah menjadi antar negara: Israel dan Indonesia yang selama ini tidak punya hubungan diplomatik. Pada akhirnya Indonesia sebagai negara yang menganut politik luar negeri yang bebas aktif terseret dalam arus konflik yang sudah berusia tua itu.

Yang perlu dilakukan dan digerakkan adalah kelompok-kelompok solidaritas kemanusiaan. Yaitu, tenaga-tenaga sukarelawan yang bersedia datang ke Jalur Gaza untuk membantu para korban perang baik korban tewas, maupun korban luka-luka yang dirawat di rumah-rumah sakit. Karena itu yang perlu dikirim adalah tenaga-tenaga medis, baik dokter maupun para medis.

Ini yang sangat dianjurkan. Mereka adalah pekerja kemanusiaan. Para relawan ini tidak peduli dengan perang. Mereka hanya peduli dan mengabdi pada nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun nyawa mereka juga menjadi taruhannya.

Seruan agar negara-negara Islam mengirim tentara guna menghentikan serangan Israel juga tidak tepat. Usulan itu lebih tepat disampaikan ke Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB. PBB yang perlu terus didorong dan didesak untuk mengambil tindakan guna menghentikan serangan Israel. Di sinilah peran Indonesia sebagai negara yang menjadi anggota PBB.

Jadi, hal terpenting yang ingin saya sampaikan adalah solidaritas untuk Palestina sebaiknya lebih menitikberatkan pada tenaga-tenaga sukarelawan kemanusiaan untuk mengurus para korban perang, bukan sukarelawan untuk angkat senjata berperang melawan Israel. (Alex Madji)

Keterangan foto; Seorang bocah korban kegasan serangan Israel. (Foto dari Kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar