Senin, 14 Januari 2013

Menunggu Hasil Konflik ARB vs AT


Senin, 14 Januari 2013, saya melihat sebuah baliho dalam ukuran sedang dipasang di Jalan Panjang, Jakarta Barat, tepatnya di atas jembatan kecil di seberang Apartemen Permata. Gambar pada baliho itu adalah politisi senior Partai Golkar yang juga Ketua Dewan Pertimbangannya, Akbar Tandjung atau yang kerap disingkat AT.

Baliho ini menjadi menarik perhatian saya terutama karena muncul hanya satu tahun menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2014. Apalagi sebelumnya ada berita yang menyebutkan bahwa Akbar Tandjung "menggugat" elektabilitas Ketua Umum Partai Partai Golkar Aburizal Bakrie.

Dalam berita itu, Akbar yang pernah menjadi Ketua DPR (1999-2004) mengingatkan Partai Golkar tentang elektabilitas Aburizal Bakrie, atau yang disingkat ARB menjelang Pilpres 2014 ini, yang stagnan dan bahkan masih sangat rendah. Setelah saya melacak lebih lanjut, ternyata sebelum berita itu, sudah muncul banyak berita sebelumnya yang isinya tentang "gugatan" Akbar terhadap Ical. Jadi sudah ada konflik antara Ical dan Akbar menjelang Pilpres 2014.

Lantas, sejumlah pengurus teras partai yang pada masa Orde Baru menjadi penguasa tunggal itu pun mempertanyakan sikap Akbar yang mengeritik dan mempertanyakan elektabilitas ARB. Ada dugaan bahwa “ada udang di balik batu” kritikan pria yang memimpin Golkar pada masa-masa sulit zaman reformasi itu.

Akbar mungkin mau mengingatkan Partai Golkar agar tidak memaksakan ARB maju sebagai capres dari partai beringin pada 2014 nanti karena elektabilitas yang rendah. Tetapi peringatan itu, terasa basi. Sebab, rapat pimpinan Partai Golkar tahun lalu sudah menetapkan ARB sebagai capres. Menyusul itu, sosialisasinya pun gencar. Yang dicari sekarang adalah orang nomor dua yang bakal menjadi wakilnya.

Lantas siapa yang layak kalau bukan ARB? Dengan Baliho tadi, sulit dihindari cara baca bahwa AT masih memiliki keinginan untuk bertarung pada Pilpres 2014 nanti. Maka dia mencoba mencari peluang maju lewat Partai Golkar. Sayang, pintu itu sudah ditutup oleh kubu ARB.

Tetapi ada fakta yang harus dipertimbangkan yaitu bahwa AT masih memiliki kader militan dan loyalis di daerah-daerah, terutama di DPD Tingkat II. Bila AT bisa mengelola mereka ini, tentu saja dengan segala macam kelihaiannya sebagai seorang politikus senior, maka bukan tidak mungkin AT akan ikut bertarung pada 2014. Tetapi itu berarti bahwa akan terjadi pertarungan berdarah-darah di internal Golkar menjelang pencalon capres nanti antara kubu ARB dan AT.

Apakah benar seperti itu? Ataukah ini hanya riak-riak kecil sesaat, sementara perjalanan ARB menjadi capres 2014 akan mulus-mulus saja? Kita tunggu saja perkembangan lebih lanjut dari hiruk pikuk politik selama satu setengah tahun ke depan. Pasti seru. Hanya saja, Golkar terkenal karena memiliki kemampuan memanage konfliknya dengan sangat baik. (Alex Madji)

Foto diambil dari shnews.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar