Jumat, 25 Januari 2013

Belajar dari Seorang Megawati


Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) merayakan ulang tahunnya yang ke-66 pada 23 Januari 2013 lalu. Semua media massa online menurunkan berita tentang perayaan ulang tahun perempuan yang lahir di Yogyakarta 23 Januari 1947 itu yang sederhana.

Para pejabat teras partai yang diwawancara mengaku, memang tidak ada perayaan khusus pada perayaan ulang tahun putri proklamator, Ir Soekarno tersebut. Hanya ada acara makan siang bersama yang dihadiri keluarga dan sejumlah fungsionaris partai moncong putih di kediamannya. Meskipun ada beberapa pejabat seperti Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, Duta Besar Indonesia untuk Italia Agust Parengkuan, dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang datang ke Teuku Umar, tempat tinggal Megawati setelah pensiun dari presiden.

Kebijakan Megawati untuk tidak merayakan ulang tahunnya secara berlebihan patut diacungi jempol. Sebab, Jakarta baru saja dilanda banjir hebat yang menelan belasan korban jiwa. Dan, sejumlah bagian lain wilayah kota ini masih digenangi air dan bahkan terisolasi seperti wilayah Penjaringan, Jakarta Utara.

Megawati yang bernama lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri itu memilih untuk solider dengan para korban banjir. Megawati, kata seorang teman aktivis partai itu juga tidak menerima karangan bunga ucapan selamat ulang tahun.

Masih kata teman itu, dia hanya mau terima kalau karangan-karangan bunga tersebut diberikan dalam bentuk sumbangan sembilan bahan pokok atau sembako untuk kemudian disalurkan kepada para korban banjir di wilayah ibukota ini.

Pilihan untuk tidak berpesta bagi orang semampu Megawati, apalagi seorang mantan presiden, barangkali tidak mudah. Ada unsur pengendalian diri di sana. Selain itu, ada unsur senasib sepenanggungan dengan para korban banjir. Megawati memang tidak turun ke genangan air seperti para tokoh lainnya seperti Presiden SBy dan Jokowi. Tetapi barangkali dengan tidak berpesta pada hari ulang tahun adalah cara Megawati untuk solider dengan para korban banjir. Lebih bagus lagi kalau (ada) dana untuk pesta itu dialihkan untuk membantu meringankan beban para korban banjir.

Tidak banyak orang seperti itu. Ada orang berduit yang tidak mau melihat situasi sekitarnya. Tidak mau peduli pada apa yang terjadi di luar lingkungannya. Yang terpenting, dia dan kelompoknya “happy” dan senang. Megawati tidak mau berlaku seperti itu. Dia memilih untuk solider. Tidak bermegah dalam kemewahan. Ini adalah salah satu kualitas kepribadian.

Tetapi, apakah ini bagian dari pencitraan menjelang pemilu 2014? Walahualam. Terlepas dari pencitraan politik, pilihan Megawati itu patut ditiru dan diacungi jempol sambil berharap ini adalah kualitas kepribadian, bukan hanya karena menjelang pemilu 2014. (Alex Madji)

2 komentar: