Kamis, 03 Januari 2013
Antara Rasyid Amrullah Rajasa dan Apriani Susanti
Peristiwa pilu pada hari pertama 2013 terjadi di Jalan Tol Jagorawi. Di sana Rasyid Amrullah Rajasa yang mengemudi mobil mewah BWM X5 dalam kecepatan sangat tinggi menyeruduk Daihatsu Luxio yang berada di depannya. Akibatnya, dua orang korban tewas, termasuk seorang balita, serta tiga orang lainnya luka-luka.
Ini sebenarnya masuk kategori kecelakaan biasa. Menjadi luar biasa karena pertama, jumlah korbannya lebih dari satu. Kedua, dan ini yang terpenting, melibatkan seorang anak pejabat negara. Rasyid Amrullah Rajasa adalah putra bungsu Menteri Koordinator Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Bukan hanya itu, Hatta Rajasa adalah besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Keberadaan Rasyid sebagai anak Hatta Rajdasa yang adalah besan SBY membuat berita kecelakaan itu menjadi sangat seksi. Selain itu, berita ini tergolong baru dibandingkan berita gebyar pesta malam pergantian tahun di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin-Medan Merdeka.
Tetapi keesokan harinya, media-media cetak ternama seperti Kompas dan Media Indonesia mengangkat berita gebyar malam pergantian tahun sebagai head line halaman satu. Hanya Seputar Indonesia yang menempatkan berita kecelakaan di tol itu sebagai head halaman satu. Pada hari kedua, Kompas yang menjadi media "opinion leader" menempatkan berita itu di halaman 26 dalam format tiga kolom pada ujung bawah halaman dengan judul "Rasyid Amrullah Tersangka Kelalaian"
Hanya media online yang terus mengupdate berita ini. Tetapi saya kok merasa pemberitaan tentang peristiwa ini kurang gencar. Lalu muncul curiga, jangan-jangan memang ada ketakutan karena kasus ini melibatkan anak penggede di negeri ini sehingga media-media utama tidak mem-blow up berita seseksi ini.
Kecurigaan itu semakin menjadi-jadi, setelah ada pernyataan dari pihak kepolisian bahwa Rasyid diduga mengkonsumsi obat maagh sebelum berkendara. Obat maagh ini diduga menyebabkan Rasyid kantuk. Apalagi Rasyid baru saja melewati malam tahun baru dengan "ngobrol" bersama pacarnya di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, hingga jam 05.00 WIB, setelah pesta pisah sambut tahun baru di Kemang.
Tes urin polisi menyebutkan bahwa Rasyid tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Padahal, ada gosip yang beredar luas melalui pesan Blackberry Messanger sejak Selasa, 1 Januari 2013 malam hingga Rabu, 2 Januari 2013 pagi bahwa Rasyid baru habis pesta obat-obatan terlarang. Tetapi gosip ini langsung dibantah dengan hasil tes urin aparat kepolisian tadi. Maka muncul juga berita di media online seperti diberitakan Yahoo bahwa polisi ngeles dan terkesan sangat tertutup mengenai seluruh informasi soal Rasyid ini.
Beda sekali ketika kecelakaan serupa yang melibatkan Apriani Susanti, pengemudi mobil Xenia pada 24 Januari 2012. Ketika itu, mobil yang dikemudi Apriani menabrak gerombolan orang yang baru selesai olahraga dari Monas di Jalan Ridwan Rais, tepatnya di depan Kantor Pelayanan Pajak, Jakarta Pusat.
Dari sudut jumlah korban, kasus Apriani ini memang jauh lebih banyak. Tetapi penanganan polisi terasa berbeda. Ketika itu, polisi langsung mengatakan bahwa Apriani baru saja selesai pesta dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, setelah melakukan tes urin.
Pemberitaan media terhadap kasus itu pun sangat marak dan bahkan sampai memunculkan kebencian publik terhadap Apriani akibat pemberitaan yang massif. Tetapi dalam kasus Rasyid, hal itu sangat berbeda. Dari sudut informasi dari para sumber informasi, terasa ada informasi yang ditutup-tutupi. Sampai saat ini pun, wajah Rasyid tidak bisa diintip kamera baik foto maupun televisi.
Fakta-fakta ini memperlihatkan dua hal. Pertama, tampak sekali ada pengelolaan media yang berbeda dalam kasus Rasyid dan Apriani. Dalam kasus Rasyid, tampak sekali ada pengelolaan media yang rapi. Atau sangat mungkin hal ini disebabkan oleh aksi simpatik dari keluarga Hatta Rajasa sendiri yang menggelar jumpa pers pada Selasa, 1 Januari 2013 malam. Atau mungkin juga hal ini terjadi karena ada kontrol informasi yang dilakukan petugas berwajib.
Kedua, ada kecurigaan bahwa polisi takut-takut dalam mengusut kasus ini mengingat posisi orang tua Rasyid yang begitu penting di negeri ini. Dengan kata lain, ada diskriminasi baik dari sudut pemberitaan maupun dari penanganan polisi dalam dua kasus kecelakaan ini. Lalu kapankan hukum di negara ini berlaku sama bagi semua warganya? (Alex Madji)
Foto diambil dari Berita21.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar