Senin, 21 Januari 2013

Banjir dan Penguasaan Ruang Publik


Banjir dashat yang melanda Jakarta pada Kamis, 17 Januari 2013 menjadi cerita pilu untuk ibukota Indonesia ini. Bukan hanya karena dengan banjir wajahnya menjadi bopeng, tetapi juga dan lebih-lebih karena menelan belasan korban jiwa. Sungguh menyedihkan.

Belum lagi akibat banjir, banyak kerugian yang dialami olen negara maupun warganya. Banyak kendaraan mulai dari yang biasa sampai yang berkategori mewah rusak akibat terendam banjir. Dan, masih banyak cerita pilu lainnya.

Banjir ini tidak hanya melanda rakyat jelata yang tinggal di bantaran kali Ciliwung. Orang-orang kaya yang tinggal di perumahan-perumahan elite juga menjadi korban. Bahkan, Istana Presiden yang seharusnya steril dari banjir, tidak luput. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus gulung celana karena banjir menggenangi istananya.

Sebenarnya, ini bukan pertama kali Istana Presiden tergenang air. Pada 2007, Istana Pak SBY juga tergenang. Tetapi, reaksinya ketika itu tidak sedahsyat pada banjir tahun ini. Paling tidak hal itu terlihat dari liputan media massa terutama media televisi atas aktivitas SBY sejak Kamis 17 Januari 2013 sampai Minggu 20 Januari 2013.

Pada Kamis 17 Januari 2013, semua televisi menayangkan gambar SBY yang didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dengan celana panjang yang digulung hingga sedikit di bawah lutut beridiri di tengah genangan air di Istana Presiden.

Pada hari yang sama, media-media televisi menyiarkan secara langsung SBY berserta Ny Ani Yudhoyono melakukan tinjauan ke lokasi banjir di Rawa Jati. Dia rela celana necesnya terendam air banjir yang kuning. Tidak hanya itu. SBY, Ibu Ani, dan sejumlah menteri juga menyusuri Kali Ciliwung menggunakan perahu karet milik TNI AL. Aksi SBY ini mendatangkan decak kagum dari rakyatnya.

Sabtu, 19 Januari 2013, SBY menggelar rapat penanganan banjir di tenda pengungsian yang juga disiarkan secara langsung oleh sejumlah stasiun televisi. Dia mendengar dengan seksama pemaparan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto. Bahkan saking kritisnya, Presiden "menegur" Djoko Kirmanto untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Djokir, demikian sapaan Djoko Kirmanto di kalangan wartawan Istana Presiden, mencampuradukkan penggunaan istilah banjir kanal timur dan kanal banjir timur. Menurut SBY yang benar itu kanal banjir timur dan kanal banjir barat.

Hari berikutnya muncul gambar di media-media massa cetak yang memperlihatkan SBY mengaduk-aduk nasi di dapur umum.

Fakta-fakta di atas memperlihatkan bahwa penayangan SBY selama banjir ini sangat dominan. Saking dominannya, berita tentang banjir itu sendiri sama derasnya dengan penayangan tentang SBY di tengah-tengah banjir itu sendiri. Dengan kata lain, selama banjir ini, SBY sungguh menguasai ruang publik melalui penayangan media massa televisi.

Tokoh kedua yang cukup dominan adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi. Aktivitas mantan Walikota Surakarta ini juga menjadi sorotan media. Aktivitasnya terkait banjir ini menjadi objek liputan media massa. Dia meninjau tanggul Latuharhari yang jebol, proses evakuasi korban di Menara UOB, dan masih banyak lagi selalu diikuti wartawan. Tetapi, tampak sekali dia tetap kalah dominan dari SBY.

Ada juga tokoh lain yang mencoba "mencuri" perhatian publik yaitu mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Kemunculan tokoh ini sebenarnya patut dipertanyakan. Sebab, kalau ukurannya bahwa dia adalah mantan Gubernur DKI, kenapa mantan gubernur lainnya Fauzi Bowo tidak muncul dan tidak dimintai komentar atau pendapat. Padahal, apa yang terjadi saat ini sebenarnya tidak terlepas dari kebijakan Sutiyoso selama menjabat Gubernur DKI dua periode.

Yang saya mau katakan dengan tulisan ini adalah bahwa banjir ini membawa "berkah" tersendiri bagi SBY, Jokowi dan Sutiyoso. Lebih-lebih SBY yang menguasai ruang publik. Paling tidak popularitas mereka terangkat melaui pemberitaan media massa, terutama televisi yang begitu luas. Tetapi mudah-mudahan tidak selesai dengan popularitas. Diharapkan ada perbaikan dan perubahan dalam penanganan banjir di waktu-waktu mendatang, sehingga peristiwa pilu seperti ini tidak terulang lagi. (Alex Madji)

Foto: Diambil dari Kompas.com

1 komentar:

  1. Saya ucapkan Terimakasih kepada pembuat artikel ini, artikel ini sangat bermanfaat dan tentu saja
    berisi informasi yang sangat bermanfaat untuk semua pembaca di blog ini. Update terus dan tetap semangat gan.
    Sukses selalu untuk Anda kunjungi web kami untuk menambah ilmu Bandar Judi dan Casino Online Terpercaya
    Di Indonesia.www Salampoker.com Terima kasih

    BalasHapus