Selasa, 11 Desember 2012

Natal dan Diskon Belanja Gila-gilaan


Sisi lain dari natal adalah belanja dan pesta. Mungkin terlalu berlebihan bila dikatakan natal dan belanja ibarat sekeping mata uang. Tetapi memang faktanya demikian. Coba tengok pusat-pusat perbelanjaan, terutama “Department Store”, menjelang natal ini. Semuanya penuh sesak. Orang berbondong-bondong membeli pakaian baru untuk dipakai pada hari raya natal nanti. Bahan-bahan makanan dan minuman pun distok dalam jumlah yang cukup untuk pesta natal (dan tahun baru).

Sabtu, 8 Desember 2012 lalu, saya bersama keluarga mendatangi sebuah “department store” di sebuah mal di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang Selatan. Alamak, bukan main penuh sesaknya. Suasana natal memang sangat terasa di sana. Pohon natal ada di mana-mana. Lagu-lagu natal terus menggema. Terkadang saya pun ikut menyenandungkan lagu-lagu natal yang begitu akrab di telinga. Belum lagi, sebagian Sales Promotion Girls (SPG) mengenakan topi Santa Klaus membuat natal semakin semerbak.

Saya menyaksikan kesibukan para pengunjung. Mereka membolak balik tumpukan pakaian yang ada. Ada lagi yang keluar masuk kamar pas untuk mencocokan ukuran pakaian dengan tubuhnya. Setelah cocok baik ukuran, warna, dan modelnya, mereka kasih ke SPG di dekatnya untuk kemudian mendapat bon. Nanti bon ini dibawa ke kasir untuk proses pembayaran, sebelum pakaian dibawa pulang ke rumah.

Sore itu, saya hanya memilih sandal merek tertentu yang dijual dengan iming-iming "beli satu gratis satu". Harga sepasang sandal itu adalah Rp 99.900. Atau dengan "beli satu gratis satu", seharusnya harga per pasangnya adalah Rp 50.000. Karena sudah tidak punya sandal untuk bepergian, saya mengambil satu gratis satu.

Kemudian saya ke kasir. Saya mengantre di belakang seorang ibu muda. Saya bisa mengintip total belanja ibu itu, melalui struk belanjanya, pada sore tersebut. Jumlahnya bukan kepalang. Di atas satu juta rupiah. Begitu giliran saya tiba, saya menyodorkan lembaran Rp 100.000 untuk sepasang sandal dengan sepasang gratisannya.

Bayangkan kalau sebagian besar pengunjung datang dengan total belanja di atas satu juta seperti ibu di depan saya tadi. Berapa banyak duit konsumen yang disedot oleh “department-department store” dalam paket diskon gila-gilaan seperti itu? Tetapi masyarakat kita tidak peduli dengan itu. Buktinya, setiap kali natal dan lebaran tempat ini penuh sesak pengunjung, seperti diakui seorang SPG di sana. "Ramainya pas natal dan lebaran. Di luar itu sepi," ucap gadis dengan rok di atas lutut itu.

Hari raya memang identik dengan pesta. Sebelum pesta, orang berburu pakaian baru. Demikianpun menjelang natal. Keinginan dan hasrat untuk mengenakan pakain baru pada pesta natal seperti ini menjadi semacam tradisi natal. Meskipun sebenarnya ini salah kaprah.

"Tradisi" ini dimanfaatkan dengan sempurna oleh toko-toko penjual pakaian di pusat-pusat perbelanjaan. Mereka lalu membuat program diskon gila-gilaan. Semua jenis barang didiskon atau mendapat potongan hingga 70 persen. Bahkan ada trik lain yaitu beli satu gratis satu, seperti yang saya ceritakan di atas tadi. Bujuk rayu dalam bahasa diskon ini kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Jadi ada semacam sebuah lingkaran setan di situ.

Padahal kalau dipikir-pikir, tawaran diskon di hampir semua pusat perbelanjaan itu hanyalah sebuah trik dagang. Logika sederhananya, sesuai hukum ekonomi, menjelang hari raya seperti ini, para menjual pasti menaikkan harganya (bila perlu) dua kali lipat, menyusul meningkatnya permintaan. Kemudian mereka memberi diskon 30 hingga 70 persen dari harga yang sudah dinaikkan itu. Artinya, mereka tetap meraup untung 30-70 persen dari barang yang dijual. Tidak mungkin mereka memberi potongan 30-70 persen dari harga dasar.

Tetapi ini tidak disadari masyarakat. Konsumen hanya tergiur dan terhanyut oleh besarnya persentase diskon. Padahal angka-angka itu hanya pengelabu pembeli. Para penjual tetap meraup untuk di balik diskon gila-gilaan seperti itu. Tetapi itulah natal. Natal (dan juga lebaran) selalu diikuti oleh hal-hal seperti ini. (Alex Madji)

Foto: Ilustrasi diambil dari PressDesain/google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar