Jumat, 28 Desember 2012
Keistimewaan Dagadu Yogyakarta
Kalau Bali punya Joger, Yogyakarta memiliki Dagadu. Masing-masing menjadi bagian dari wisata di dua kota pariwisata tersebut. Setiap orang yang ke Bali, pasti menyempatkan diri mampir di Joger untuk membeli suvenir kaus khas Joger yang mendeklarasikan diri sebagai pabrik kata-kata. Begitupun kalau ke Yogyakarta. Orang-orang pasti menyempatkan diri ke Dagadu untuk mendapatkan suvenir kaus Dagadu yang asli.
Senin, 24 Desember 2012 lalu kami ke Toko Dagadu yang terletak di Jalan Pakuningrat, Yogyakarta. Menurut salah satu sales promotion girl (SPG) di toko itu, Titi, inilah toko utama semua barang merek Dagadu di Yogyakarta. Masih ada tiga toko lainnya, tetapi semuanya ada di dalam mal di kawasan Malioboro dengan ukuran lebih kecil. Sedangkan rumah produksinya, kata Titi, ada di Bantul.
Dibandingkan ketiga toko lainnya itu, dan sebagai yang utama, toko Dagadu di Pakuningrat paling ramai dan paling besar. Dia menjadi tujuan utama bagi siapa saja yang memburu kaus atau produk-produk Dagadu.
Toko ini terletak di kompleks perumahan tua. Kiri-kanan dan di depannya masih sebagai tempat hunian. Toko Dagadu itu pun masih serupa sebuah hunian. Bukan toko. Bekas-bekas kamarnya masih sangat jelas. Baik kamar tidur maupun ruang tamu. Toko ini terdiri dari beberapa kamar. Dan di setiap kamar ada berbagai jenis barang yang dijual. Semuanya produk atau merek Dagadu. Selain kaus sebagai produk utama, toko ini juga menjual produk-produk dagadu lainnya seperti tas (baik kecil maupun ransel), sandal, buku catatan atau notes, kartu, gantungan kunci, dan mug.
Dari sudut penataan kaus, tempat ini terkesan lega, tidak sumpek, dan rapih. Kaus-kaus ditata bagus dalam rak-rak besi. Kaus-kaus dalam berbagai ukuran dan warna dalam kemasan plastik disusun seperti buku di rak-rak perpustakaan. Hanya ada beberapa yang digantung pada tempat di depan rak-rak itu sebagai sampel.
Selain itu, ada juga kaus yang dibungkus dalam sebuah gulungan kertas bulat warna merah dan diberi sumbu tali. Di luarnya ditulis mercon. Ya, memang menyerupai mercon besar atau petasan. Kaus-kaus ini ditempatkan pada dinding bundar pada ruangan paling belakang yang juga menjadi pusat keramaian toko itu.
Dagadu menjadi salah satu dari keistimewaan Yogyakarta karena dia hanya berada di sana. Sama seperti Joger yang menjadi keistimewaaan Bali. Berbeda dengan Joger yang memproduksi untaian kata yang lucu, usil, geli dan mengundang orang tertawa, Dagadu lebih banyak membuat plesetan. Inilah keistimewaan Dagadu. Misalnya, YouTube diplesetkan menjadi Yog Tugu. Atau lagu "topi saya bundar" diplesetkan menjadi "kopi saya bundar" dan masih banyak lagi plesetan lainnya.
Keistimewaan lainnya, semua SPG di toko ini adalah para mahasiswa dan mahasiswi yang masih kuliah dengan jumlah lebih dari 80 orang. Mereka bekerja dalam tiga shift, dan memilih shift kerja sesuai jadwal kuliah masing-masing dengan jam kerja 4,5 jam per hari. Titi sendiri, misalnya, adalah mahasiswi Akutansi Universitas Gajah Mada yang masuk shift pagi pada Senin 24 Desember 2012 itu. Rekannya, Ani, adalah mahasiswi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Keistimewaan berikutnya adalah mereka hanya digaji Rp 400.000 per bulan. Untuk ukuran seorang mahasiswi, jumlah ini lumayan, sambil menunggu kiriman dari orang tua. Apakah ini di bawah upah minimum regional? Tentu saja ya. Tetapi kan jam kerja mereka juga tidak hanya setengah dari ketentuan pemerintah.
Keistimewaan yang lainnya lagi adalah mereka dipasang target penjualan. Setiap shift dipasang target penjualan Rp 10,5 juta per hari pada hari-hari biasa dan Rp 50 juta per hari pada akhir pekan dan pada hari-hari libur. Artinya, penghasilan toko itu sehari Rp 31,5 juta pada hari biasa dan Rp Rp 150 juta pada per hari akhir pekan dan musim liburan. Lalu berapa penghasilan sebulan toko itu? Ya, tinggal kali sendiri saja....Di atas Rp 1 miliar.
Itulah beberapa keistimewaaan Dagadu versi Ciarciar berdasarkan wawancara dengan beberapa SPG di Toko Dagadu di Jalan Pakuningrat, Yogyakarta. Nah, Anda punya pendapat lain? Silahkan ditambah pada kolom komentar di bawah artikel ini. (Alex Madji)
Keterangan foto: Situasi toko dagadu di Jalan Pakuningrat Yogyakarta oleh Alex Madji
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar