Selasa, 15 November 2011

Manjakan Diri Anda dengan Pijat Refleksi


Pijat, khususnya pijat refleksi kini menjadi kebutuhan warga ibu kota. Pada akhir pekan tidak sedikit orang yang mendatangi tempat-tempat seperti itu. Bahkan, pada hari-hari kerja, ada saja warga yang memanjakan diri di tempat-tempat pijat. Mereka dipijat hingga lelap tertidur.

Tetapi pijat refleksi sesungguhnya lebih dari sekedar memanjakan diri. Dia berkaitan dengan kesehatan. Sebab ada titik-titik tertentu di telapak kaki yang berkaitan dengan organ-organ lain pada tubuh manusia. Penyakit pada organ tubuh tertentu bisa terdeteksi dari titik-titik pada telapak kaki itu. Diyakini pula bahwa sentuhan pada titik-titik itu bisa membantu menyembuhkan.

Maka jangan heran kalau tempat-tempat pijat refleksi menjamur. Di sanalah warga ibukota memanjakan diri dan mendeteksi dini penyakit yang diidap sebelum selanjutnya ke dokter dan rumah sakit.

Di rumah-rumah toko (ruko) Boulevard Graha Raya Bintaro, Kota Tengerang Selatan, misalnya, ada beberapa tempat pijat refleksi keluarga yang jaraknya berdekatan. Ada Bensehat. Ada D&B. Keduanya dibuka untuk pria dan wanita. Bahkan di B&D bisa untuk anak-anak. Tawaran harganya sama, Rp 35.000 untuk 90 menit. Di sini ada ruangan VIP khusus untuk dua orang dengan tarif Rp 100.000 per 90 menit.

Dua tempat pijat itu sama-sama dua lantai. Pelanggan bisa memilih mau pijat di lantai bawah atau lantai atas. Sama saja. Semua ber-AC. Satu tempat pijat hanya dibatasi kain transparan dengan sinar lampu temaram. Situasinya dibikin senyaman mungkin agar pelanggan bisa tidur terlelap saat dipijat.

Sekitar empat kilometer dari situ, pada ruko Graha Bintaro ada juga tempat pijat. Tapi yang ini menggabungkan antara pijat tradisional, pijat refleksi, pijat keseleo, dan pijat pegal-pegal untuk pria dan wanita. Tetapi saya belum mencoba pijat refleksi di tempat ini. Sementara di dua tempat lainnya saya termasuk sering, terutama di Bensehat.

Menu pijat refleksi di dua tempat itu serupa. Sebelum dipijat, dua kaki pelanggan direndam dalam air hangat di basi. Kemudian ritus pijat dimulai. Mula-mula telapak dan kaki ditepuk-tepuk. Ketika satu kaki dipijat, kaki yang lain dibungkus handuk biar hangat. Pijat dimulai dari telapak kaki, jari-jari kaki, betis hingga lutut, tangan, punggung, lalu ditutup dengan pijet kepala.

Tidak semua menu itu dilakukan. Tetapi tergantung pelanggan. Ada pelanggan, terutama perempuan tidak mau dipijet pada bagian punggun dan kepala. Sebaliknya, ada pelanggan, umumnya laki-laki, yang minta punggungnya diinjak. Kalau saya, paling suka pijet kepala. Rasanya setelah itu segar.

Kesamaan
Kesamaan lainnya, para pemijet di Bensehat dan D&B semuanya laki-laki. Ada hal yang unik. Di Bensehat, semua pemijatnya berasal dari satu kampung di Bogor, Jawa Barat. Jadi mereka seperti saudara di situ.

Kesamaan yang lain lagi adalah rata-rata penghasilan mereka kecil. Satu orang hanya digaji Rp 300.000 per bulan. Penghasilan mereka sedikit bertambah dari tips pelanggan yang besarannya bervariasi, tergantung kebaikan hati pelanggan.

Juga, di dua tempat pijet itu, setiap selesai pijet, pelanggan disuguh minuman jahet hangat. Lumayan, bisa semakin segar setelah urat-urat tegang direnggangkan. Tetapi di D&B ada kelebihannya. Jahe hangat ditemani sepotong kue kecil yang disirami madu. Lumayan, yang belum makan siang bisa sedikit mengganjal perut.

Dua tempat pijet itu, terutama Bensehat, ramai dikunjungi pelanggan. Pada Sabtu-Minggu, pelanggan di Bensehat harus antri. Bahkan hingga dua jam. Pernah suatu hari Minggu awal November 2011, saya dan istri datang ke situ pukul 12.30 WIB. Tetapi, harus diminta bersabar dan antri selama dua jam. Kami lalu memutuskan pindah ke D&B yang relatif lebih sepi. Setiba di sana, kami hanya butuh istirahat sebentar kemudian di dipijet.

Dua minggu sebelumnya, kami datang ke Bensehat jam 16.00 WIB. Kami harus menunggu 45 menit hingga satu jam sebelum ditangani. Alhasil, kami baru keluar dari sana pukul 18.30 WIB ketika gelap tiba.

Keterangan para pemijet di sana menyebutkan, para akhir pekan, jumlah orang yang datang ke Bensehat membeludak. Setiap terapist menangani lima hingga enam orang. Itupun karena jumlahnya dibatasi. Sementara pada hari biasa, mereka hanya menangani dua sampai tiga orang per hari.

Hal yang sama diakui terpist di pijet refleksi D&B. Meski pada hari Minggu awal November tempat itu agak sepi, tetapi terapist di situ menginformasikan bahwa kalau hari Minggu masing-masing mereka bisa melayani empat sampai lima pelanggan. Sementara pada hari biasa, paling banyak satu orang terapist menangani dua atau tiga pelanggan.

Banyaknya peminat pijat refleksi itu menunjukkan bahwa makin banyak orang ingin menyegarkan tubuhnya di tempat-tempat seperti itu. Mereka ingin dimanja dan merenggangkan otot-otot yang tegang. Lebih dari itu, mereka ingin sehat dengan sentuhan refleksi. Ini kemudian menjadi tren masyarakat perkotaan. Memanjakan diri dengan pijat refleksi. Selamat mencoba. (Alex Madji)

2 komentar: