Jumat, 11 November 2011

Jakob Oetama Itu Katolik


Saya pernah iseng mengetik kalimat ini di Mbah Google, "Jakob Oetama Islam?" Ternyata, pencarian dengan kata-kata serupa sudah mencapai 57.000. Dari jawaban yang diberikan Mbah Google, saya simpulkan bahwa pertanyaan itu sudah hidup bertahun-tahun. Paling tidak sudah satu dekade.

Di Forum Diskusi-Sharing phpBB, misalnya, ada pertanyaan yang diposting pada Senin 20 Februari 2006 pukul 12.23 pm seperti ini, (saya kutip apa adanya) “Apakah benar jakob oetama pimred Kompas pindah ke islam?”

Tiga tahun sebelumnya, tepatnya pada Senin 4 Agustus 2003 pukul 12.16 pm ditulis kalimat ini, “Mohon informasi apakah benar sekarang bapak Jakob Oetama pemimpin redaksi harian Kompas sudah pindah ke agama islam?”

Lalu seolah memberi jawab atas pertanyaan itu, di milis daarut-tauhiid ditulis, (saya kutip apa adanya) “Dari sebuah media Islam "ekstrim kanan" yang saya baca tadi malam diberitakan bahwa Jakob Oetama (Pemimpin Umum Harian Kompas) sudah masuk Islam dengan mengucapkan syahadat dibimbing oleh Nurcholish Madjid. Syukur Alhamdulillah kalau memang benar demikian. Publikasinya memang tidak luas karena ybs merasa rikuh dengan pimpinan Kompas lainnya yang yang mayoritasnya beragama Katolik. Mohon konfirmasi dari rekan-rekan lain yang mungkin lebih tahu. Wass. Wr. Wb.”

Ada lagi artikel yang diambil Mbah Google begini bunyinya, “Jakob Oetama Masuk Islam? Assalamu'alaikum wr. wb. Jumat pekan lalu JURNAL ISLAM kedatangan tamu istimewa dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Tentu saja dalam acara silaturahmi itu penuh canda, meski terkadang diselingi pertanyaan apakah memang benar Bos KKG Jakob Oetama telah memeluk agama Islam? Adalah Sukarman dan Haryadi sang "utusan" dengan pasti mengatakan bahwa Pak Jakob telah mengucapkan dua kalimah Syahadat di depan cendekiawan muslim Nurcholish Madjid. "Tapi untuk sementara ini Pak Jakob tidak mau tampil secara terang-terangan ke depan publik bahwa ia telah memeluk agama
Islam, soalnya nggak enak dengan teman-temannya yang Katolik," kata Sukarman
yang lebih dikenal sebagai Ketua Majelis Taklim KKG. Kami senang dengan apa yang diungkapkan Mas Karman, begitu kami menyebut sang "utusan". JURNAL ISLAM juga ditawari bekerja sama dalam bidang-bidang tertentu. Tentu saja tawaran itu dengan sangat menyesal tidak bisa kami penuhi. Biarlah JURNAL ISLAM berjalan dengan bantuan Allah. * end of quote- Sumber: Jurnal Islam, 28 Rajab - 4 Sya'ban 1421 H (27 Oktober – 2 November 2000).”

Masih Katolik
Sepulang misa di Gereja Santa Maria Regina (Sanmare) Bintaro Jaya, Minggu, 6 November 2011, saya membeli Majalah Hidup dengan gambar sampul depan Jakob Oetama yang berulang tahun ke-80 pada 27 September silam.

Saya termasuk cukup sering membaca majalah ini. Maka begitu lewat di depan gerbang gereja, saya membeli satu eksemplar mingguan katolik edisi ke-45 tahun ke-65, 6 November 2011. Seluruh halaman majalah itu saya baca. Hampir semua isinya mengulas tentang pendiri Kelompok Kompas Gramedia (KKG) tersebut yang diambil dari buku "Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama" yang diterbitkan dalam rangka ulang tahun ke-80 Jakob Oetama.

Yang menarik perhatian saya adalah foto setengah halaman pada halaman 10. Jakob Oetama yang mengenakan kemeja abu-abu bergaris tipis dan celana bahan gelap sedang duduk seorang diri di sebuah kursi panjang di sebuah ruangan yang sepi. Tak ada yang lain. Kursi-kursi serupa di belakangnya kosong. Dia tampak membaca secarik kertas. Tangan kanannya memegang secarik kertas itu sementara tangan kirinya sedikit mengangkat lensa kaca matanya. Foto itu saya repro seperti terlihat pada gambar di atas.

Pada caption foto itu tertulis, "Datang awal: Jakob Oetama di Gereja St Perawan Maria Ratu Blok Q, Jakarta Selatan." Tidak ada keterangan kapan foto itu diambil.

Kemudian pada halaman 11, pada box, ada tulisan berjudul "Jakob di Mata Romo Broto" lengkap dengan foto muka Romo F Subroto Widjojo SJ. Di aline ke-5 artikel itu tertulis, "Hampir setiap Minggu Pak Jakob mengikuti Ekaristi di Gereja Blok Q. Beliau tinggal di Lingkungan Lusia, Paroki Blok Q. Sebagai orang Katolik yang rajin ke gereja, pandangannya humanisme Kristiani. Semua orang mempunyai kepentingan bersama, tetapi juga kesukaran bersama. Di Kompas Gramedia dibangun masjid dan tempat untuk persekutuan doa. Penghargaan terhadap manusia sangat tinggi. Beliau menekankan kejujuran dan ketulusan."

Saya tidak perlu dan memang tidak ingin mengulas isi Majalah tersebut. Saya percaya laporan itu memenuhi prinsip-prinsip jurnalistik dengan check and recheck. Jadi, pertanyaan, “Jakob Oetama Islam?” terjawab sudah. Jakob Oetama masih dan tetap akan Katolik. (Alex Madji)

28 komentar:

  1. ngakak, sekarang pake pencarian yang sama keluarnya blog sampeyan wkwkw

    BalasHapus
  2. Wkwkwkwkwkwkw, matur nuwun sanget....

    BalasHapus
  3. jakob oetama itu yahudi.... berdasarkan pelacakan saya selama ini tentang yahudi di indonesia...berdasarkan apa yg saya baca di atas itu juga membulatkan pendapat saya..mungkinkah seorang katolik berpindah agama?sedangkan cerai pasangan suami istri di agama katolik itu paling susah...anda boleh cari tau sendiri sejarah katolik..kenapa memisah kan diri dari kristen...itu,dari tradisi2 kpercyaan katolik itu tidak berselisih jauh dengan budaya yahudi,karena katolik adalah agama buatan yahudi...

    BalasHapus
  4. buat yang penasaran anda boleh lacak di google tentang orang ini sebelum yahudi di indonesia di legalkan dia beragama apa..>>Rabbi yaakov baruch

    BalasHapus
  5. Kalau saya tahun 2003 dapat info dari sahabat dekat Jacob Oetama yang merupakan orang penting di Kompas bahwa Jacob Oetama sudah masuk Islam. Bahkan KTPnya pun Islam meski itu terjadi sebelum dia masuk Islam. Kenapa? Pak Lurahnya mengira Jacob/Ya'kub itu nama Islam jadi agamanya langsung ditulis Islam, ha ha....

    BalasHapus
  6. kasian banget orang yang dikit2 bilang...dia itu dajjal, dia itu zionis, dia itu yahudi, dia itu wahyudi (ups)
    dasar ajaran yang bikin otak dangkal...mudah2an pengikutnya bisa mayoritas bunuh diri pake bom supaya masuk surga (katanya)

    BalasHapus
  7. Ya kalo dia udah islam atopun masih katolik juga emg dimana masalahnya?? baik umat islam mau pun katolik, yg perlu diperhatikan dan diteladani ialah keuletan dan kegigihan beliau membesarkan sebuah media massa hingga tetap menjadi yg terbaik diantara membanjirnya media2 massa. Ga perlu itu dibesar2kan masalah agamanya. berlomba2lah dalam kebajikan!

    BalasHapus
  8. Pada pemahaman agama level tinggi seringkali seseorang menganalisa pandangan hidup yg selama ini dipegang,dibandingkan dg pemikiran baru,dan diambil kesimpulan.kalaupun pak JO pindah keyakinan itu bukanlah hal yg mengejutkan krn bukan sekali dua kali hal tsb terjadi.dan utk menjaga agar umat di keyakinan yg lama tdk kecewa,umumnya mereka merahasiakan hal tsb.krn memang keyakinan agama bukanlah Sesuatu hal yg harus ditonjol2kan.hal serupa terjadi pd paus yg bbrp bulan lalu mengundurkan diri dg berbagai alasan formal yg tidak menyinggung pengikutnya.hal yg sebenarnya terjadi kurang lebih sama dg kejadian bapak JO.pérpindahan keyakinan seeorang tidak perlu dihebohkan karena bisa terjadi kepada siapa pun.namun yg paling penting adalah,dalami keyakinan kita,berbuat yg baik kepada sesama

    BalasHapus
  9. yacob oetama sosok yang lembut,satu kali saya berjabat tangan dan di peluknya di depan hotel santika sby.apapun agamanya orangnya sangat bijak

    BalasHapus
  10. Jakob Oetama sebagai seorang pemimpin media besar kebanggan Indonesia, memang kadang jadi bahan perbincangan, komentar balasan ya ke blog saya www.goocap.com

    BalasHapus
  11. apapun agamanya, rasis adalah picik. dangkal!

    BalasHapus
  12. Terlalu dini memang beberapa sumber mengatakan bahwa Si Jakob jadi muallaf.. buktinya, Si Jakobus masih rutin ke gereja kok..

    BalasHapus
  13. kristen biadab,islam busuk,katolik laknat,budha kafir,hindu bajingan

    HIDUP KOMUNIS !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  14. Alhamduillah dia sudah mengucapkan syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji... Apakah kamu juga sudah haji?

    BalasHapus
  15. Boro-boro ndaftar haji... makan saja susah bro..

    BalasHapus
  16. hehe... yang mualaf malah sudah haji... yang islam sejak lahir... malah susah diajak shalat...

    BalasHapus
  17. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tak usah dipaksakan. Siapa yang memaksa, artinya Tuhannya bukan Yang Maha Kusa, karena memakai kekerasan untuk menjangkau manusia. Memang perlu siyar tapi dengan kasih, bukan kekerasan, memberitakan tentang kasih Tuhan akan ciptaanNya.

    BalasHapus
  18. Bukan urusan kita juga masalah agama.. Itu pribadi masing masing saja..

    BalasHapus
  19. Pantas saja.. Serdadunya banyak yg melencengkan akidah dan moral. Seperti Tribun, Kompas, dan semua besuta buatannya. Yang diangkata Feminisme, untuk membuat para perempuan menjadi brutal, dan akhirnya tergila,gila pada duniawi.

    BalasHapus
  20. Itu pas mati pake peti (Gak dibungkus kain lap) dan dibuatkan misa requiem (Doa utk orang Mati dlm Gereja Katolik). Gimana? Masih mau dibilang Islam? Kekurangan org sukses? Yaudah ambil aja. Org katolik masih banyak yg sukses. Diklaim semua juga gpp.

    BalasHapus