Minggu, 13 November 2011

Komodo Masuk Tujuh Keajaiban Dunia, Benahi Air di Bandara di Labuan Bajo


Kadal raksasa Komodo akhirnya masuk dalam salah satu tujuh keajaiban dunia bersama enam obyek wisata lainnya yaitu Hutan Amazon (Brasil), Pantai Halong Bay (Vietnam), air terjun Iguazu Falls, Jeju Island (Korea Selatan), sungai bawah tanah Puerto Rico, dan Table Mountain (Afrika Utara) yang diumumkan Yayasan New7wonders, pada Jumat, 11 November 2011 sore di Swiss atau Sabtu, 12 November 2012 dini hari WIB.

Kemenangan ini patut disambut gembira. Sebab ada pengakuan resmi dari dunia akan keajaiban binatang dari zaman dinosaurus yang berada di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu. Meskipun tanpa pengakuan itu, Komodo tetap ajaib.

Pengakuan ini diharapkan diikuti oleh makin banyak turis dari dalam dan luar negeri yang mengunjungi Komodo. Pintu masuk ke Komodo adalah Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Tidak ada yang lain.

Tetapi melihat infrastruktur di Labuan Bajo, harapan itu serentak juga menimbulkan sebuah kecemasan. Dikhawatirkan, pemerintah daerah setempat gagap menyambut pengumuman Komodo masuk tujuh keajaiban dunia. Meskipun Bupati Manggarai Barat Agustinus CH Dula mengaku gembira bukan kepalang mendengar Komodo masuk dalan tujuh keajaiban dunia (Kompas, Minggu 13 November 2011).

Mengapa cemas? Infrastruktur dan fasilitas di sana masih minim. Jalan-jalan di ibukota Labuan Bajo masih buruk. Dan, yang paling krusial adalah persoalan air bersih. Pemerintah daerah setempat seakan buta akan persoalan paling mendasar ini.

Bayangkan di tempat-tempat vital seperti Bandara Komodo saja air tidak menetes. Toilet yang ada kosong air. Akibatnya bau pesing menyebar ke mana-mana. Belum lagi jumlah toilet yang sangat-sangat terbatas membuat wisatawan harus mengantri untuk membuang hajat.

Padahal, kalau pemerintah setempat cerdas, masalah ini harus diatasi pertama. Sebab kesan pertama itu akan selalu menentukan padangan orang tentang sesuatu/seseorang secara keseluruhan. Itu kata ilmu psikologi. Dan masalah air ini semakin mendesak ketika jumlah turis ke kota itu terus meningkat menjelang masuknya Komodo dalam tujuh keajaiban dunia. Apalagi setelah dia masuk tujuh keajaiban dunia.

Seperti dikatakan Duta Komodo yang juga mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Jumat 11 November 2011 di Jakarta bahwa kalau Komodo masuk tujuh ke ajaiban dunia maka Manggarai Barat dan NTT umumnya harus siap kebanjiran wisatawan.

Maka kalau masalah air ini tidak segera dibenahi, sepulang dari Komodo turis hanya akan membawa cerita buruk dan ini berdampak buruk bagi seluruh dunia pariwisata Komodo dan Labuan Bajo. Marketing mouth to mouth akan mengancam ketenaran Komodo itu sendiri. Maka, benahi dulu masalah "kecil" ini.

Kalau masalah air saja tidak bisa diatasi, bagaimana bisa mengatasi masalah-masalah lebih besar seperti infrastruktur jalan yang masih berlubang dan berdebu?. Mari kita sambut Komodo masuk tujuh keajaiban dunia dengan berbenah dari hal-hal yang paling kecil seperti air. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar