Kamis, 25 Agustus 2011

Yang Tersisa dari Kartu Ucapan


Dua perempuan itu, satu gemuk dan satu lagi langsing, datang dan langsung melihat-lihat kartu ucapan di pojokan bagian kartu-kartu ucapan lebaran Toko Buku Gramedia, Semanggi, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2011. Hanya sebentar. Lalu pergi.

Sebelum mereka, dua lelaki paruh baya memilih kartu-kartu ucapan lebaran di pojokan tersebut. Yang satu sibuk menelepon, entah dengan siapa. “Tiga puluh kan bu,” ucapnya melalui telepon genggamnya. Tak berapa lama, dia memungut tiga gepok kartu ucapan yang berisi 10 kartu dengan harga Rp 44.000 per gepok dan ngacir ke kasir. Sementara Bapak yang satu lagi, setelah membolak balik berbagai jenis kartu ucapan, lalu pergi sambil membawa beberapa. Tapi tidak langsung ke kasir.

Setelah mereka pergi, stan kartu-kartu ucapan lebaran itu pun sepi. Yang tersisa, hanya seorang perempuan berkemeja putih dengan celana panjang hitam yang menjaga empat rak di situ.

Yah, kartu ucapan, baik lebaran maupun natal, pernah menginjak masa keemasannya. Dia menjadi media favorit bagi siapa pun untuk menyampaikan ucapan lebaran dan natal hingga ke pelosok. Ada kebanggan, merasa dihormati, dan merasa ada ketika mendapat kartu ucapan.

Tetapi kini kerberadaan kartu ucapan itu tersisih oleh kemajuan teknologi. Ketersisihan itu terbaca dari minimnya orang yang menengok kartu-kartu ucapan yang dijual paling murah Rp 15.000 itu.

Kini orang memiliki banyak pilihan yang lebih mudah, murah, dan cepat untuk menyampaikan ucapan selamat pada hari raya ini. Bisa dengan pesan singkat, Blackberry Messanger (BBM), Facebook, atau Twitter. Ucapan bisa dikirim pada saat hari raya langsung ke ponsel orang yang dituju. Pada saat itu juga dia melihat dan membacanya, lalu dibalas. Sementara kartu harus menunggu waktu yang cukup lama untuk tiba di tangan orang yang dituju.

Meski demikian, kemajuan teknologi juga membuat kartu ucapan ini tetap eksis dan bisa dilayangkan secara online antara lain dengan cara ditempelkan pada dinding FB teman-teman yang ingin diberi ucapan.

Tetapi kartu ucapan (paper) tetap menyimpan sebuah nilai. Paling tidak, nilai sopan santun dan penghargaan terhadap orang yang dikirimi kartu. Itu sebabnya, di tengah ketersisihannya, masih ada yang melirik kartu ucapan. Terutama, perusahan yang ingin menyampaikan ucapan selamat lebaran kepada para mitra bisnisnya baik individu maupun institusi.

Itulah yang diucapkan perempuan penjaga stan kartu ucapan lebaran di Toko Buku Gramedia, Semanggi saat ditanya tentang masih adanya orang yang berminat pada kartu ucapan. “Masih ada lah Pak. Perusahan terutama. Kan tidak sopan kalau kantor kirim ucapan hanya dengan sms," ucapnya sambil menyunggingkan senyum manis dalam kesendirian. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar