Senin, 01 Oktober 2012

Pulihnya Kepercayaan Lembaga Survei


Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta sudah mengumumkan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) ibukota negara ini, Jumat, 28 September 2012 sore. Hasilnya, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) meraih suara terbanyak dengan 53,82 persen dari total 4.592.945 orang yang menggunakan hak pilih. Sedangakan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) hanya mengumpulkan 46,17 persen.

Angka ini tidak terlalu beda jauh dengan hitung cepat (quick count) semua lembaga survei pada hari pemungutan suara 20 September 2012. Semua hasil hitung cepat menempatkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemenang Pemilukada DKI Jakarta. Pasangan Foke sendiri sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Jokowi yang akan menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017, ketika hitung cepat semua lembaga survei hampir memasuki angka 100 persen.

Tetapi dari sekian banyak lembaga yang melakukan hitung cepat, ada dua lembaga survei yang nyaris tepat dengan hasil penetapan KPU Jakarta tersebut. Deviasi angkanya sangat kecil. Kedua lembaga itu adalah Lembaga Survei Indonesia dan Lingkaran Survei Indonesia yang sama-sama disingkat LSI. Yang paling mendekati hasil hitungan manual KPU DKI Jakarta adalah hasil hitung cepat Lembaga Survei Indonesia . Menurut hitung cepat lembaga ini, pasangan Jokowi-Ahok meraih suara 53,81 persen suara, sedangkan Foke-Nara 46,19 persen. Sementara menurut hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI), pasangan Jokowi-Ahok meraih 53,69 persen suara dan Jokowi Ahok 46,31 persen.

Sementara hasil hitung cepat Kompas menempatkan pasangan Jokowi-Ahok pada angka 52,97 persen dan Foke-Nara 47,03 persen. Kali ini, Kompas tergeser oleh dua lembaga survei tersebut. Pada putaran pertama, hitung cepat versi Kompas inilah yang paling mendekati hasil perhitungan manual KPU dibandingkan lembaga-lembaga survei manapun, termasuk dua lembaga survei di atas.

Tetapi Kompas tidak sendirian. Lembaga survei lainnya, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang juga melakukan hitung cepat mengunggulkan pasangan Jokowi-Ahok meraih dukungan 52,91% suara, unggul atas Foke-Nara yang memperoleh 47,09%.

Sedangkan menurut hitungan Indobarometer, pasangan Jokowi-Ahok meraih 54,11 persen dan Foke-Nara 45,89 persen. Hasil ini hampir sama dengan hasil hitung cepat Cyrus Network yang mengungguli pasangan Jokowi-Ahok dengan 54,72 persen dan
Foke-Nara dengan 45,28 persen

Hasil hitung cepat paling jauh dari hasil hitungan manual KPU DKI Jakarta adalah versi Indonesia Network Election Survey yang mengungguli pasangan Jokowi-Ahok dengan 57,39 persen dan Foke-Nara dengan 42,61 persen.

Bukan Uang
Ketepatan hitungan dua lembaga survei tadi yang sama-sama disingkat LSI cukup mengembalikan kredibilitas lembaga survei di negara ini, terutama bila melihat sepak terjang mereka selama proses Pemilukada DKI Jakarta. Pasalnya, sejak sebelum pemungutan suara putaran pertama, hampir semua lembaga survei menjagokan dan mengungguli pasangan Foke-Nara. Bahkan ada di antara lembaga itu yang meramal, pasangan Foke-Nara menang dalam satu putaran.

Hasil survei mereka ternyata meleset. Hasil Pemilukada putaran pertama memperlihatkan, pasangan Jokowi-Ahok unggul jauh atas pasangan Foke-Nara. Kemudian muncul dugaan bahwa lembaga-lembaga tersebut sudah dibayar oleh pasangan Foke-Nara sehinga hasilnya pun semuanya mengunggulkan Foke-Nara.

Entah belajar dari pengalaman tersebut, menjelang putaran kedua, tidak ada satu pun lembaga survei yang melakukan survei. Lembaga-lembaga ini baru muncul pada hitung cepat di hari pemungutan suara dengan hasil seperti yang sudah saya sampaikan di atas tadi.

Poin yang mau saya sampaikan adalah bawah seyogyanya lembaga-lembaga survei itu tidak tunduk pada lembaga/instansi/orang per orangan yang membayar. Untuk mendapat hasil yang objektif, mereka tetap harus tunduk pada prinsip-prinsip survei yang benar dengan menggunakan metodelogi yang bisa dipertanggungjawabkan. Hanya dengan begitu, mereka membangun lembaga intelektual yang terpercaya dan bukan tidak mungkin dibayar dengan nilai yang lebih fantastis daripada sekedar menghasilkan survei berdasarkan pesanan belaka. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar