Kamis, 11 Oktober 2012
Diving, Aksi Para Striker Oportunis
Sudah lama sekali saya nggak menulis tentang bola di blog ini. Hari ini saya ingin selingi dengan menulis tentang sesuatu yang lagi ramai dibahas di media-media Inggris yaitu tentang diving alias aksi pura-pura jatuh di kotak penalti biar diberi hadiah tendangan penalti oleh wasit.
Ribut-ribut soal diving di Inggris ini berawal dari teriakkan pelatih Liverpool Brendan Rodgers. Menurut dia, wasit di Liga Utama Inggris tidak memperlakukan pemainnya Luis Suarez secara adil. Suarez seharusnya mendapat hadiah tendangan penalti dalam beberapa laga, tetapi wasit bergeming. Karena itu dia menulis surat untuk asosiasi wasit Inggris untuk memprotes keputusan para pengadil lapangan hijau itu.
Sementara wasit menilai, striker internasional Uruguay ini melakukan diving dan tidak layak diberi penalti. Bahkan, seharusnya Suarez diberi kartu kuning karena pura-pura sengaja menjatuhkan diri. Pernyataan seperti ini juga dilontarkan pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson. Menurut dia, Suarez terlalu gampang jatuh di kotak penalti dan bahkan Suarez dijuluki sebagai "raja diving".
Seakan membela Suarez, striker Manchester City dari Argentina Sergio Aguero mengaku bahwa perlakuan wasit terhadap pemain-pemain asing di Liga Utama Inggris lebih ketat dibandingkan pemain lokal. Pemain-pemain asing yang jatuh di kotak penalti dinilai melakukan diving dan tidak mendapat tendangan penalti. Sementara pemain-pemain Inggris yang jatuh di kotak penalti langsung diberi hadiah tendangan penalti. Sungguh tidak adil, kata Aguero.
Tetapi angin dukungan tidak sedang bertiup kepada Luis Suarez. Dia malah mendapat sikap antipati dari publik sepakbola Inggris. Entah apa yang terjadi dengan pemain itu. Mungkin karena mereka menilai Suarez benar-benar diving.
Diving bukan sesuatu yang baru. Ini praktek lawas dalam sepakbola. Liga Seri A Italia, ketika menjadi liga terbaik di dunia - sebelum diambil alih oleh Inggris - terkenal dengan aksi diving-nya. Para pemain Italia paling jago membuat drama pura-pura jatuh di kotak penalti lawan dan berbuat sedemikian rupa agar wasit memberi hadiah tendangan penalti.
Sebutlah Filipo Inzaghi yang bisa jatuh di kotak penalti lawan tanpa berbenturan keras dengan bek lawan, dan bisa mendapat tendangan penalti. Tidak semua pemain bisa melakukan ini. Butuh keahlian khusus agar aksi diving bisa berbuah hukuman tendangan penalti.
Diving adalah trik dan kerap dilakukan para striker untuk mendapat hadiah tendangan penalti. Simaklah kesaksian mantan striker Tim Nasional Inggris, Michael Owen. Kepada media Inggris, The Sun (thesun.co.uk) edisi 11 Oktober 2012, Owen mengaku bahwa pada Piala Dunia 1998 di Prancis, saat melawan Argentina, dia melakukan diving meski tidak dilanggar oleh bek Tim Tango saat itu, Roberto Ayala. Begitu juga pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang, Owen lagi-lagi melakukan aksi diving ketika Mauricio Pocchetino mengganjalnya dan "The Three Lions" mendapat hadiah tendangan penalti untuk membawa Inggris menang 1-0 atas Bionceleste.
"Saya melawan diving, tetapi saya harus katakan bahwa 75 orang ingin mendapatkan hadiah tendangan penalti. Saya akui saya merasa bersalah pada Piala Dunia 1998. Saat itu saya sedang lari, tiba-tiba sedikit benturan dan saya menjatuhkan diri. Apakah saya tetap bisa berlari? Ya, mungki," kata Owen yang kini bermain untuk Stoke City.
Begitulah diving, sebuah trik para striker agar bisa dengan mudah menjebol gawang lawan dari titik 12 pas. Padahal tidak semua tendangan penalti juga berujung gol, meskipun peluangnya sangat besar. Diving adalah aksi para striker opurtinis di mulut gawang. (Alex Madji)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar