Selasa, 23 Oktober 2012

Menyongsong Kematian Media Cetak


Senin, 22 Oktober 2012 saya tidak ke kantor. Tepar karena flu berat sampai suara hilang. Itu sebabnya saya alpa mengisi blog ini. Selasa, 23 Oktober 2012 ini saya aktif kembali dan ingin menulis tentang perkembangan dunia media massa saat ini.

Perkembangan media cetak di dunia sekarang ini mengalami stagnasi, menyusul munculnya media televisi dan, terutama, internet. Kemajuan teknologi komunikasi membuat bisnis media massa cetak kelimpungan. Pekan lalu diberitakan bahwa majalah bergengsi Newsweek akan segera menghentikan edisi cetaknya. Dia memulai terbit online (digital), setelah 78 tahun terbit secara off line.

Bukan hanya Newsweek. Banyak media besar dunia yang mencoba melakukan penghematan, menyusul macetnya sirkulasi yang berbuntut pada semakin berkurangnya pendapatan dari iklan dan juga dari sirkulasi itu sendiri. Penghematan itu antara lain dilakukan dengan cara mengubah ukurannya atau resizing. Stagnasi ini berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawan. Bahkan tidak sedikit media yang akhirnya gulung tikar sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan perkembangan new media.

Lalu untuk survival, media-media itu kemudian membuat strategi baru dengan membuat digitalisasi atau versi online. Tujuannya untuk menjaring pembaca lebih banyak dan diharapkan iklan pun kembali naik. New York Times sudah melakukan itu, juga Newsweek.

Kondisi Indonesia
Kondisi di dalam negeri, setali tiga uang. Media-media cetak mengalami stagnasi. Sirkulasi tidak beranjak naik, bahkan cenderung menurun. Pendapatan dari iklan juga menurun. Beberapa media massa cetak terancam gulung tikar, karena pemasukan kurang, sementara beberapa lainnya sudah mati terlebih dahulu, seperti Sinar Pagi dan Berita Buana. Meskipun, beberapa media cetak baru bermunculan seperti harian Jurnal Nasional dan Seputar Indonesia di Jakarta, Harian Jogja dan Warta Jateng di Jawa Tengah, sertai berbagai tribun terbitan Kelompok Kompas Gramedia.

Stagnannya media cetak dan maraknya pertumbuhan media online sekaligus memunculkan pemain-pemain baru dalam bisnis media. Orang yang tadinya hanya wartawan biasa atau bahkan bukan siapa-siapa tiba-tiba menjadi pemilik media dan langsung menyodok ke pemain media papan atas. Sebut saja sebagai contoh, Detikom yang meraih sukses di pasar sejak berdiri 1998. Apalagi setelah Detikom dibeli CT Group dan berada di bawah Tranc Corporation.

Setelah Detikom, muncul berbagai media online baru. Sebagian tidak bertahan lama, tetapi sebagian lagi langsung mendapat tempat di pasaran seperti Vivanews.com (Kelompok Bakrie), Inilah.com (Inilah Group), Okezone.com (MNC) atau Merdeka.com (KapanLagi Grup).

Bahkan ada media online yang bermula dari blog dan melejit menjadi media yang disegani dunia. Sebut saja yosefardi.com yang bermula dari yoserardi.blogspot.com. Blog ini kemudian menjadi newswire atau semacam kantor berita berbayar khusus dalam bidang analisis ekonomi. Dia menjadi acuan bagi para pebisnis dan pengambil kebijakan keuangan di seluruh dunia.

Menghadapi perkembangan seperti itu, para pemilik media massa cetak mulai mengembangkan versi digitalnya seperti yang dilakukan Kompas.com yang terhitung sukses dan menjadi media berita online nomor dua di Indonesia setelah Detikom. Kemudian muncul Tempo.co, mediaindonesia.com, republika.co.id yang perkembangannya lumayan bagus.Jawa Pos Grup mengembangkan JPPN dan koran daerah KKG mengembangkan Tribunnews.com.

Apa yang dilakukan para pemain media cetak utama di Indonesia ini adalah antisipasi tren umum menurun tajamnya oplah media cetak. Banyak pihak yang meramal bahwa cepat atau lambat media cetak akan mati. Tanpa proses digitalisasi, maka media-media cetak yang akrab di telinga Anda selama ini kemungkinan hanya akan tinggal nama.

Nah, bagi Anda yang ingin menjadi pengusaha, ini adalah peluang untuk berbisnis yaitu bisnis media online. Banyak orang sudah menangkap peluang ini. Tetapi tidak ada salahnya kalau Anda juga memulai dari sekarang. Siapa tahu, Anda akan menjadi salah satu pemain media massa di luar mereka yang menguasai pasar saat ini. Ayo, selamat mencoba. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar