Selasa, 2 Januari 2011. Ini hari kedua pada tahun baru. Tidak ada hal luar biasa yang saya mau ceritakan, selain cerita detik-detik peralihan tahun dari 31 Desember 2011 ke 1 Januari 2012.
Tahun ini, kami merayakan malam pergantian tahun di rumah saja. Tahun sebelumnya, kami merayakan peralihan tahun di Puncak, Bogor bersama saudara-saudari sekampung. Ketika itu acaranya seru. Doa, nyanyi-nyanyi sampai pagi, dan bakar ayam kampung sambil menikmati dinginnya udara daerah pegunungan kami lakukan saat itu.
Sementara pada peralihan tahun ini, acaranya sederhana. Kami, 21 orang, menggelar acara di rumah saya, Graha Bintara GR 41 No 3. Meski tidak seseru tahun lalu, kami upayakan agar momen-momen peralihan tahun ini berkesan. Sejak Sabtu, 31 Desember 2011 pagi, kami sudah siapkan sejumlah hal, terutama berkaitan dengan makanan.
Istri saya, Susi Berindra sudah belanja daging babi 4 kilogram, ikan kakap 6 ekor, udang, sosis dan bakso. Karena tanpa kordinasi yang baik, sepupu saya, Ino Jemabut juga beli tiga kilogram daging babi. Jadilah jumlah daging babinya sangat banyak.
Belum lagi, ada tambahan ikan dari adik ipar saya, Caecilia Rilis yang rumahnya hanya berselang satu rumah dari rumah saya. Rencananya, babi akan dipanggang, sementara ikan, udang dan sosis dibakar.
Tetapi tidak semua barang itu “diselesaikan” malam itu. Kami hanya bakar ikan kakap. Sementara udang dan sosis yang sudah ditusuk menjadi sate udang urung dibakar karena takut tidak bisa dihabiskan. Dan, yang paling penting, sudah keburu lapar.
Selama proses itu, kami isi dengan tetabuhan gendang dan nyanyi-nyanyian. Nyanyian daerah asal kami tentu saja; Manggarai, Flores, NTT. Sampai anak-anak satu kompleks menonton kami. Saking hebohnya. Maklum, acara di rumah itu mengalahkan acara bakar-bakar yang digelar RT di tempat yang tidak jauh dari rumah kami. “Kami juga terhibur,” kata ketua RT saat bertemu pada detik-detik setelah pergantian tahun.
Setelah tenaga habis dipakai untuk bakar ikan dan nyanyi-nyanyi, kami makan malam pukul 22.00 WIB. Agak terlambat memang. Menunya, babi panggang, ikan bakar, dan sayur daun singkong. Sederhana, tetapi cukup nikmat.
Sayangnya, setelah makan sejumlah orang pulang ke rumah masing-masing yang kebetulan dekat. Sementara istri dan anak-anak saya sudah ngantuk berat persis pada detik-detik peralihan tahun.
Akhirnya, yang tersisa untuk melantunkan doa syukur dan permohonan pada ujung dan awal tahun itu hanya enam orang. Dalam kekhuskan, kami berenam, mewakili 15 orang lainnya tadi bersyukur atas hikmat dan nikmat yang sudah diterima pada 2011. Sambil melantunkan permohonan agar diberi kesehatan yang prima, kesuksan dalam pekerjaan, dan kemampuan mewujudkan niat dan harapan pada tahun baru ini.
Kami juga berdoa bagi mereka yang sudah berpulang agar mereka diterima di sisi Tuhan Yang Mahakuasa dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan penghiburan. Itulah doa kami pada peralihan dan awal tahun 2012. Smoga Tuhan berkenan mendengar.
Kami tidak mengakhir tahun dengan pesta kembang api. Apalagi petasan. Di tempat lain, bakar kembang api dan petasan ramai dilakukan. Nah, tahun baru Anda seperti apa? (Alex Madji)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar