Selasa, 24 Januari 2012
Dahlan Iskan Masuk Demokrat?
Situs berita Vivanews.com menurunkan foto Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan di bawah berita “Dahlan Iskan Akan Benahi 20 Pabrik Gula” pada Selasa, 24 Januari 2012 pukul 15.11 WIB. Dalam foto itu, pemilik Jawapos Grup ini mengenakan kemeja putih lengan panjang. Jari telunjuk kanannya menunjuk sesuatu di depannya, hingga lengan kemeja itu tersingsing hingga hampir ke siku. Sementara tangan kirinya dialaskan entah di atas meja atau podium.
Tetapi yang menarik bukan gayanya. Tetapi sebuah lintasan garis warna biru di sepanjang kancing kemeja putih itu mulai dari leher. Ini bahasa simbol. Kecil tetapi memberi makna mendalam. Warna antara lain selalu terkait politik. Dalam konteks politik Indonesia, warna biru identik dengan Partai Demokrat. Maka apa yang dilakukan Dahlan Iskan tidak lain adalah politik identitas.
Melihat foto itu pikiran saya langsung teringat pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pendiri Partai Demokrat ini, setiap kali acara keagamaan di kediaman pribadinya, di Puri Cikeas, Gunung Putri Bogor, selalu mengenakan kemeja seperti ini. Kemeja putih atau baju koko, tetapi ada garis penanda. Biru. Garis ini meski kecil, tapi mencolok di tengah warna putih yang begitu dominan. Ini identitas SBY. SBY adalah demokrat. Begitupun sebaliknya.
Karena itu ketika melihat foto ini, batin saya bertanya jangan-jangan Dahlan Iskan sudah masuk Partai Demokrat. Sebab sejauh ini belum ada khabar terang benderang bahwa pria yang melakukan transplantasi hati di Cina itu masuk partai politik. Meskipun, media-media di bawah Grup Jawapos terang-terangan mendukung SBY sejak berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Dukungan itulah yang membuat Dahlan Iskan duduk pada pos-pos strategis Pemerintahan SBY. Mulai dari Dirut PLN hingga Menteri BUMN saat ini. Politik balas budi.
Kalaupun sudah masuk Demokrat juga tidak soal. Itu hak politik Dahlan Iskan. Hanya saja, ketika seorang pemilik media menjadi partisan seperti itu, independensi medianya terhadap pemerintah dan partai yang dimasukinya pasti luluh. Ada conflict of interest di sana. Meskipun, seperti kata Jurgen Habermas, filsuf Jerman, tidak ada hal yang bebas kepentingan.
Tetapi mudah-mudahan media-media Dahlan Iskan tetap membela kepentingan publik dan menjadi ruang dialog publik, lagi-lagi meminjam istilah Habermas, menuju masyarakat komunikatif. Bukan hanya menjadi corong Partai Demokrat yang (kalau betul sudah) dimasukinya dan corong pemerintah. (Alex Madji)
Sumber foto: http://bisnis.vivanews.com/news/read/282475-dahlan-iskan-akan-benahi-20-pabrik-gula
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar