Rabu, 14 September 2011
Pria-pria Arab di Puncak
Jusuf Kalla (JK), dalam sebuah pidato di kantor Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ketika masih menjadi Wakil Presiden, pernah mengungkapkan keberadaan pria-pria Timur Tengah di kawasan Puncak Bogor.
Dalam pidato itu antara lain dikatakan bahwa di kawasan Puncak, banyak pria Timur Tengah yang menikah siri dengan gadis-gadis setempat. Hal ini, menurut Kalla, baik supaya makin banyak orang yang menjadi artis di Indonesia. Pasalnya, hasil dari kawin beda ras itu pasti akan melahirkan keturunan hidung mancung dengan kulit putih yang laku di dunia sinetron Indonesia. Pidato ini terkesan lucu saat mendengarnya.
Tetapi keesokan harinya, setelah menjadi headline di sebuah koran berbahasa Inggris di Jakarta, pernyataan JK ini mendapat protes dari para aktivis perempuan. Menurut mereka, pernyataan itu ikut melecehkan martabat perempuan Indonesia. Tetapi Kalla menanggapi kritik itu dengan enteng.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya Jumat, 9 September 2011 lalu saya menyaksikan sendiri betapa banyak pria-pria Timur Tengah yang lalu lalang di kawasan Cisarua, Bogor.
Ketika itu, kami sekeluarga pergi rekreasi di Taman Safari, Cisarua Bogor. Di tempat itu, kami menyaksikan begitu banyak pria Timur Tengah mengunjungi tempat rekreasi tersebut. Ada yang datang dengan teman lelakinya. Ada pula yang datang dengan teman perempuannya yang mengenakan cadar (penutup wajah) sesama warga Timur Tingah. Tetapi tidak sedikit yang datang dengan perempuan Indonesia.
Mereka antusias menyaksikan berbagai jenis satwa di Taman Safari dan menikmati berbagai fasilitas rekreasi di kawasan tersebut. Mereka berbaur dengan warga lokal yang hari itu tidak terlalu padat karena baru selesai libur lebaran. “Hari ini agak sepi karena baru selesai libur lebaran. Pada hari lebaran kemarin, jumlah pengunjung membeludak,” kata seorang pelayan Kafe Onta yang ada di kompleks Taman Safari.
Selepas itu, kami keluar dari Taman Safari menuju Puncak Pas. Selain untuk sekedar memanjakan mata dengan pemandangan hamparan kebun teh yang luas dan menikmati udara dingin, kami mencari tempat makan siang yang makannya sedap dengan harga terjangkau. Kami lalu memilih Restoran Rindu Alam di Puncak Pas. Di sana kami menikmati sajian sate kambing, sate ayam, sup ikan gurame, cah kangkung plus berbagai rupa jus. Udara dingin membuat sajian di atas meja sangat cepat dingin.
Dalam perjalan menuju dan dari Puncak Pas itu kami kami melihat begitu banyak pria Timur Tengah yang lalu lalang di sepanjang Jalan Raya Puncak. Ada yang dibonceng motor dengan atau tanpa helm. Ada pula yang pesiar di sekitar Cisarua dengan berjalan kaki.
Pun di Restoran Rindu Alam. Tidak sedikit dari mereka yang menikmati makanan Indonesia di tempat yang sangat strategis tersebut. Ada yang datang dengan teman lelakinya. Ada pula yang datang dengan pasangannya, perempuan Indonesia.
Senja itu, kami merasa seperti sedang berada di Timur Tengah, saking banyaknya pria Timur Tengah di kawasan tersebut. Maka benar kata JK, bahwa kawasan Puncak rupanya memang cukup menarik perhatian wisatawan Timur Tengah.
Tetapi, mudah-mudahan bukan karena teteh-teteh yang menjadi “objek wisata” mereka tetapi sungguh karena keindahan alam terutama Kebun Teh di Puncak dan Taman Safari di Cisarua, Bogor. (Alex Madji)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jalur Puncak Jawa Barat kini boleh dibilang sudah dikuasai atau dijajah Arab.
BalasHapusSesungguhnya imperalisme / kolonialisme Arab di Nusantara sudah berlangsung lama, mungkin sekitar abad-7, hampir bersamaan dengan gerak maju imperialisme / kolonialisme Arab ke seantero wilayah yang membentang dari Iberia (Eropa Barat) hingga ke Turkistan (Asia Tengah). Selain itu mereka menguasai pesisir Samudera Hindia dari Afrika Timur hingga Nusantara.
Walaupun kedatangan imperialisme / kolonialisme Barat sejak abad-16 berangsur-angsur mendesak imperialisme / kolonialisme Arab, namun pengaruh imperialisme / kolonialisme Arab tidak hilang sama sekali. Kadang 2 fihak imperialisme / kolonialisme tersebut berperang, kadang berdagang. Kadang bertanding, kadang bersanding.
Kini abad-21, imperialisme / kolonialisme Arab bangkit kembali dengan jargon / kedok / membonceng "Kebangkitan Islam Abad-15 Hijriyah", yang di canangkan sejak tahun 1400 H / 1980 M. Mereka berperan penting secara langsung maupun tidak langsung mengobarkan anarkisme, vandalisme dan terorisme di negeri yang kini disebut NKRI. Ini perlu disimak oleh setiap anak bangsa.
Bangsa ini sekian lama mengidap mental "Arab minded", segala yang dari Arab(i) dianggap Islam(i). Atau segala yang dari Arab dianggap halal - semisal kawin kontrak dan prostitusi di Jalur Puncak.
Harap diketahui, bahwa Jalur Puncak adalah jalur bersejarah. Terkait erat dengan riwayat perjuangan bangsa Indonesia melawan imperialis / kolonialis (Barat). Ruas tersebut termasuk ruas “De Groote Post” (Jalan Raya Pos) yang dibangun dengan korban besar rakyat atas perintah Gubernur Jenderal Hermann Willem Daendels (1808-11). Demikian pula pada masa Revolusi Nasional Indonesia 1945, Jalur Puncak termasuk zona pertempuran yang meminta korban warga dan pejuang.
Perlu diingat kembali bahwa sejumlah nabi dan agama – termasuk Nabi Muhammad SAAW dan agama Islam - hadir duluan di (dunia) Arab karena bangsa Arab dkenal (sangat) barbar. Contoh gamblang, mereka gemar menumpahkan darah sejak zaman batu hingga abad dua puluh satu. Yang tidak tahan, mengungsi ke luar negeri.
Nah, jika bangsa sebarbar Arab dapat dibina oleh nabi, in syaa Allaah bangsa lain relatif mudah dibina. Maka, ambil agama Islamnya, buang budaya Arabnya. Nabi diutus untuk mengislamkan orang, bukan mengarabkan orang!
Jagalah wilayah NKRI dari segala bentuk imperialisme / kolonialime.
Semoga info ini ada manfaatnya.
Salam "MERDEKA" dari seorang anggota keluarga Pejuang 1945.
Indra Ganie - Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia.