Kamis, 22 September 2011

Nikmati Soto Ayam Lamongan Pak Karnadi


Setiap hari, saya melewati Jalan Palmerah Barat kalau pulang kantor. Selalu ada yang menarik perhatian saya di jalan itu, yakni parkiran motor yang cukup ramai dan kerumunan orang banyak di sebuah warung tenda di pinggir jalan. Tepatnya di depan bengkel servis dan suku cadang kulkas dan mesin cuci yang terletak di samping gerbang Percetakan Tempo atau Temprint di Jalan Palmerah Barat No 8, Jakarta Selatan.

Sudah lama saya ingin mampir, tetapi selalu tidak kesampaian. Kamis, 22 September 2011, saya niatkan untuk singgah. Di situ ada sebuah warung tenda Soto Ayam. Tidak ada namanya. Pada sebuah kain putih yang sudah menghitam, tertulis Soto Lamongan. Itupun tidak kelihatan dan tertutup oleh motor yang berjejer di depannya.

Malam itu pengunjungnya penuh. Semua kursi sudah terisi. Beberapa orang antri sambil berdiri. Saya pun ikut. Tampak sekali, para tamu makan tergesa-gesa karena dipelototi tamu lainnya yang sedang menunggu giliran. Belum lagi mereka yang berdiri sambil menunggu pesanan mereka yang harus dibungkus. Setelah menunggu, sambil mengambil gambar, saya pun dapat tempat duduk.

Di tenda itu, hanya ada satu meja dengan 9 kursi plastik yang begitu rapat. Satu lagi meja yang digantungkan di tembok pagar rumah orang dengan tiga kursi plastik di bawahnya. Masih ada tiga kursi plastik lainnya yang dijejerkan di samping grobak. Kursi ini ditempati oleh pelanggan yang menunggu gilirin dapat tempat di meja.

Malam itu, saya pesan satu porsi soto ayam dengan nasi setengah. Tak berapa lama pesanan saya datang. Semangkok soto ayam berkuah kuning kental datang. Dua orang pelayan, termasuk istri Bapak Karnadi dengan seorang kerabatnya dengan lincah melayani para tamu, termasuk saya. Sementara Pak Karnadi sendiri sibu meracik pesanan tamu-tamunya.

Saya mencoba mencicip. Enak memang. Maknyus. Dagingnya empuk dan lumayan banyak. Kol dan mie putih serasi. Kuahnya kental. Minyaknya melumer. Tapi ya enak dan sedap di lidah.

Soto Pak Karnadi ini diberi variasi ceker. Tetapi hanya yang beruntung yang kebagian ceker. Jadi kalau Anda doyan ceker, sebaiknya pesan khusus. Itu pun kalau masih ada, kata istri Pak Karnadi. Di situ ada dua pilihan, soto campur atau pisah. Malam itu, saya memilih soto pisah. Yang suka kerupuk, jangan khawatir. Di situ juga tersedia kerupuk yang bisa diambil sendiri di samping gerobak. Sementara untuk minum, tersedia teh hangat, es teh manis dan es teh tawar. Soal harga? Untuk pesan saya cukup dengan Rp 10.000.

Setelah saya coba sendiri, baru saya mengerti, mengapa setiap hari di warung itu selalu ramai. Kata orang, salah satu tanda sebuah tempat makan itu enak adalah banyaknya kendaraan yang parkir di depannya. Dan, betul. Maka tidak heran, saban hari, antrian motor di warung tenda itu cukup panjang. Manusia pun berjubel. Bahkan untuk dapat kursi harus antri cukup lama, seperti yang saya alami. Selain dipesan untuk dimakan di situ, ada pula yang dibungkus.

Menariknya, mereka yang makan di situ bukan hanya orang-orang di sekitar itu. Orang-orag kantoran dengan penampilan cukup necis juga datang makan di situ. Ya, mereka memanjakan lidah sambil menunggu kemacetan terurai.

Warung soto Lamongan tanpa nama itu milik Pak Karnadi. Dia menceritakan, warung tenda itu baru dibuka pada pukul 17.00 WIB sampai habis. Sejak pagi hingga sore, tempat itu menjadi "etalase" kulkas dan mesin cuci reparasi pemilik lahan tersebut.

Sebenarnya, warung itu sudah ada cukup lama. Menurut pengakuan Karnadi, sudah hampir 22 tahun mereka jualan di situ. Sayangnya, tematnya tidak terlalu luas dan terlampau nyempil.

Nah, Anda mau coba? Silahkan datang sendiri. Anda bisa pakai motor (sangat dianjurkan karena jalannya kecil) dari arah Pasar Palmerah sampai Temprint sudah ada jejeran motor di pinggir jalan. Atau Anda bisa datang dari arah Binus atau Indopos, tetapi harus mutar balik.

Kalau Anda pakai mobil, Anda pasti kesulitan mencari tempat parkir. Satu-satunya yang bisa diparkiri mobil adalah Indomaret yang kira-kira berada 10 meter dari warung tenda itu. Selamat mencoba. (Alex Madji)

1 komentar: