Senin, 05 September 2011

Anak Orang Kampung Itu Kini Jadi PM Jepang

Yoshihiko Noda namanya. Umurnya baru 54 tahun. Tetapi dia sudah menduduki jabatan tertinggi di Pemerintahan Jepang. Yaitu menjadi Perdana Menteri (PM) menggantikan Naoto Kan. Dia terpilih pada Senin, 29 Agustus 2011 setelah mengalahkan lawan-lawannya, sesama Partai Demokrat yang menguasai majelis rendah negeri matahari terbit itu. Noda mengantongi 215 suara. Sementara pesaingnya, Menteri Industri dan Perdagangan Banri Kaieda hanya mendapat 177 suara.

Noda adalah PM ke-6 Jepang pada lima tahun terakhir. Kalau mulus, masa jabatannya akan berakhir pada September 2012. Noda dinilai sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan moderat untuk menghadapi krisis nasional saat ini.

Meski demikian, Noda melukiskan dirinya sebagai orang yang biasa saja. Anak orang miskin dan tidak kaya. Meski tampan, tetapi dia tidak mau menjual ketampanan. “Saya orang biasa. Saya tidak punya banyak sumber ekonomi. Saya tidak pentingkan penampilan dan saya tidak menjual tampang saya,” kata Noda saat mengumumkan pencalonanya menjadi PM Jepang beberapa waktu silam.

Sebelum menjadi PM negeri samurai itu, Noda menjabat sebagai Menteri Keuangan menggantikan Naoto Kan yang kemudian menjadi PM. Sebagai Menteri Keuangan, Noda berjuang keras memulihkan ekonomi Jepang yang masih dilanda resesi, tingginya utang negara dan menguatnya nilai tukar yen atas dolar, sehingga memukul pendapatan ekspor para eksportir Jepang.Selain itu, Noda juga menghadapi tingginya angka pengangguran di negeri itu yang menurut data bulan Juli 2011 mencapai 4,7 persen. Ini pulalah yang dihadapi Noda selama mengembang menjadi PM Jepang.

Orang Kampung
Yoshihiko Noda lahir 20 Mei 1957 dari sebuah keluarga miskin di Funabashi, Chiba. Dia putra seorang anggota Pasukan Bela Diri Jepang yang bertugas hanya sebagai pelayan di kesatuannya. Sementara kakeknya adalah petani lokal.Meski anak petani, Noda lulus dari sekolah prestisius di Jepang. Dia lulus dari Sekolah Ilmu Politik dan Ekonomi Universitas Waseda, universitas ternama di Jepang, pada 1980. Dia juga lulus dari Institut Pemerintahan dan Manajemen Matsushita, sebuah institusi prestisius yang didirikan pendiri Panasonic, Konosuke Matsushita. Institut ini juga terkenal dengan latihan seni Jepang Kuno, seperti pesta minum teh Jepang, pertarungan stik Kendo, dan meditasi Zen. Selama menempuh pendidikan di tempat ini, dia sekaligus bekerja paruh waktu sebagai pembaca meteran gas rumah tangga di Prefektur Chiba.

Dalam dunia olah raga, Noda adalah penggemar bela diri judo dan gulat. Bahkan dia mengantongi sabuk hitam dalam olah raga Judo. Noda kemudian menikah dan memiliki dua orang anak.

Sejak muda, Noda aktif di politik. Dia mula-mula menjadi anggota Partai Buruh Jepang pada 1992-1994. Baru setahun menjadi anggota partai ini, dia sudah terpilih sebagai anggota Majelis Rendah mewakili Distrik Chiba pada 1993 dalam umur 29 tahun. Inilah untuk pertama kalinya dia terjun ke pentas politik nasional.Setelah keluar dari partai itu, dia kemudian bergabung dengan Partai Demokrat pada 2000 (beberapa sumber lain menyebutkan sejak 1998). Karir politiknya di partai ini terus meroket. Di partai ini, Noda dikenal sebagai seorang reformis. Meskipun, dalam bidang keuangan dia cukup konservatif.

Pada 2010, PM Naoto Kan memilihnya menjadi Menteri Keuangan menggantikan dirinya yang naik menjadi PM Jepang. Gempa bumi dahsyat dan tsunami hebat yang melanda Jepang pada Maret 2011 lalu yang diikuti krisis nuklir ternyata membawa “keuntungan politik” bagi Noda.

Ketidakmampuan Kan menangani krisis itu membuat pamornya terus merosot dan muncul desakan dari internal partai untuk berhenti dari presiden Partai Demokrat Jepang yang juga berarti mundur dari PM Jepang.Kan memang akhirnya mundur dan Noda terpilih menggantikannya.

Selamat Tuan Noda. Mudah-mudahan Anda bisa mengemban amanat rakyat Jepang untuk memimpin negara itu baik untuk melewati krisis yang sedang terjadi di sana maupun dalam bersaing dengan negara lain, terutama tetangganya Cina. Lebih dari itu, bisa memberi contoh untuk pemimpin lain di Asia, terutama Indonesia. (Dari berbagai sumber/Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar