Kamis, 30 Juni 2011

Pengabdian


Tak terasa, sudah 10 tahun saya bekerja di PT Media Interaksi Utama yang menerbitkan Harian Umum Suara Pembaruan. Tepatnya 1 Juni lalu. Saya resmi tercatat bekerja di perusahan ini pada 1 Juni 2001. Pada tanggal itu, saya dan beberapa teman menandatangani kontrak di lantai empat kantor Suara Pembaruan di Jalan Dewi Sartika 136 D, Cawang Jakarta Timur.

Sebetulnya saya pertama kali masuk di perusahan itu pada 1 Februari 2001. Satu minggu pertama kami menjalani pendidikan di kelas. Lalu mulai minggu kedua Februari 10 tahun silam, kami masuk ke ruang redaksi. Kami diroling setiap satu minggu ke desk-desk yang ada di Suara Pembaruan. Kami belajar menulis dengan praktek langsung di lapangan.

Saya masih ingat, desk pertama yang saya masuki adalah Desk Budaya yang antara lain membawahi Kesra. Berita pertama saya yang dimuat di koran pun adalah liputan kesra, terutama soal pendidikan. Liputan-liputan selama di Desk Budaya adalah menghadiri undangan jumpa pers dan acara dari berbagai instasi. Masa-masa ini dikenal sebagai masa magang.

Kami mengakhiri masa magang pada 1 Juni 2001. Selama masa magang, kami diberi uang transpor Rp 175.000 per minggu. Setelah lulus masa magang kami diikat sebagai karyawan kontrak untuk jangka waktu satu tahun.

Setelah tanda tangan kontrak, kami, anak-anak baru ketika itu, langsung ditempatkan di Desk Metropolitan. Saya ditempatkan di Balaikota DKI Jakarta sebagian bagian dari Desk Metropolitan. Tidak sampai setahun saya di sana, awal 2002 saya lalu dipindahkan ke Desk Politik. Mula-mula saya menjadi wartawan floating yang meliput di mana pun ada acara. Di situlah saya mulai mengenal banyak nara sumber dan kawan wartawan. Selama bertahun-tahun saya menjadi wartawan Desk Politik, saya pernah meliput di Departemen Dalam Negeri (2002-2003), KPU (2003-2004), DPR (Oktober-Desember 2004), Istana Wakil Presiden (2005-2008), dan Istana Presiden (2009-November 2010).

November 2010, saya dipindahkan ke Desk Luar Negeri. Bergelut dengan pekerjaan terjemah menterjemah berita-berita dari kantor berita asing. Lalu pada Maret 2011, hanya satu bulan setelah kantor Suara Pembaruan dipindahkan dari Cawang ke Aryaduta Suites, Semanggi, saya diangkat menjadi Wakil Koordinator Portal SP hingga hari ini.

Dalam perjalanan waktu 10 tahun itu, ada banyak pengalaman pahit dan manis. Pengalaman pahit yang paling tidak bisa dilupakan adalah ketika pengangkatan saya sebagai karyawan ditunda pada 1 Juni 2002. Ketika itu hati saya bagai teriris sembilu. Gara-gara seorang redaktur yang kini sudah keluar dari Suara Pembaruan.

Menurut dia, saya belum layak menjadi seorang wartawan Suara Pembaruan. Padahal penilaian redaktur-redaktur lain, saya dinilai layak. Saya sakit hati. Masa kontrak saya pun diperpanjang selama enam bulan. Saya ketinggalan dari teman-teman seangkatan saya. Pengen keluar ketika itu. Tetapi, saya memikirkan adik-adik saya yang harus saya tanggung. Saat itu saya masih membiayai adik perempuan saya kuliah di STKIP St Paulus Ruteng, Flores NTT. Hanya karena mereka saya kuat meniti jalan ini. Masih banyak kisah pahit. Tapi cukup itu dulu.

Kisah manisnya juga banyak. Salah satunya, ketika pertama kali saya ditugaskan ke Palu, Sulawesi Tengah pada 2002. Ini adalah pengalaman pertama saya naik pesawat terbang. Sebagai anak kampung, tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa suatu saat saya naik pesawat terbang. Setelah itu, tugas ke luar kota begitu akrab dengan tugas jurnalistik saya. Semua kota provinsi di seluruh Indonesia sudah saya kunjungi. Banyak kabupaten/kota juga sudah didatangi.

Pengalaman manis lainnya, ketika seusai pemilu 2004, saya ditugaskan ke luar negeri untuk pertama kalinya, yaitu ke Taiwan. Tugasnya adalah liputan pariwisata di Formosa. Setelah itu hampir setiap tahun saya ditugaskan ke luar negeri hingga Akhir Januari sampai awal Februari 2010 lalu ketika saya ditugaskan ke India. Hanya 2011 ini saya belum ditugaskan lagi ke luar negeri.

Pada pengabidan 10 tahun ini, saya diberi sebuah piagam penghargaan dari perusahan. Hanya secarik kertas bertuliskan kata-kata penghargaan. Selain itu ada bonus masa kerja 10 tahun yang secara nominal kecil. Tetapi, saya tetap bersyukur, meskipun nilainya tidak seberapa.

Tepat pada 10 tahun berkarya di PT MIU, per 1 Juni 2011 lalu dimutasikan dari PT MIU ke PT Jakarta Globe Media. Saya tidak tahu apakah ini juga sebuah penghargaan atau tidak. Hanya pimpinan yang tahu. Sebab pemutasian itu tanpa didialogkan sebelumnya.

SK Pemutasian itu berlaku mulai 1 Juni 2011, tetapi baru saya terima pada 15 Juni 2011. Meskipun sampai tulisan ini saya buat, saya masih bekerja dan menulis untuk suarapembaruan.com. Yah, setelah Suara Pembaruan diakuisisi Lippo, koran sore dari Cawang ini menjadi satu grup dengan grup media milik Lippo.

Maka pemutasian ini adalah sebuah siarah baru lagi, sebuah pengabdian baru lagi dengan pemaknaan yang baru pula. Apakah saya bisa mengabdi 10 tahun lagi? Hanya waktu yang akan menjawab. Mari mengabdi. [Alex Madji]

1 komentar: