Kamis, 16 Juni 2011

Membaca Jurus Mr A Partai Demokrat


Kemelut yang dihadapi Partai Demokrat melahirkan jurus baru dari partai penguasa tersebut. Jarus itu bernama Mr A yang pertama kali meluncur dari mulut Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadan Pohan.

Pohan yang mantan wartawan itu hingga kini tidak mengungkapkan identitas Mr A. Tetapi jurus ini sedikit meredakan serangan bertubi-tubi kepada partai yang didirikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.

Salah satu petinggi partai itu yang juga mantan Ketua Ahmad Mobarok juga mengeluarkan pernyataan Mr A. Tetapi kali ini terkait dengan kemunculan Sri Mulyani Indrawati untuk menjadi calon presiden pada 2014. Mubarok mengatakan, Mr A ada di balik Sri Mulyani. Belum ketahuan apakah jurus Mr A ini bisa menghambat gerak laju mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani itu.

Kemudian, beberapa hari lalu, ada teman yang men-tag foto lucu. Almarhum Soeharto, seorang jenderal bintang lima sedang berdiri di depan kelas dengan papan tulis hitam di belakangnya, mengajar. Sementara seorang murid duduk dengan takjim mendengar penjelasan sang guru. Murid itu adalah SBY.

Entah apa maksud orang yang membikin gambar tersebut. Tetapi orang awam seperti saya membacanya begini: SBY adalah satu-satunya murid Soeharto (karena hanya dia siswa di kelas yang diajarkan Soeharto itu). Pembacaan itu didukung oleh fakta bahwa SBY adalah salah satu petinggi TNI ketika Soeharto masih berkuasa. Bahkan, seperti diakui SBY sendiri, SBY-lah salah satu otak di balik reformasi TNI sebelum akhirnya Soeharto turun.

Lalu apa kaitannya jurus Mr A dan gambar tersebut? Soeharto adalah ahli strategi. Juga dalam politik. Salah satu hal yang terkenal pada masa Soeharto adalah politik kambing hitam. Orang lain dituduh dan dijadikan korban demi sebuah tujuan penguasa. Pada 1996, misalnya, penyang kantor PDI-P di Jalan Diponegoro adalah TNI. Tetapi yang dituduh adalah Budiman Sudjatmiko dengan PRD (Partai Rakyat Demokrati)-nya. Budiman dan kawan-kawan kemudian dijebloskan ke penjara.

Saya melihat, strategi Soeharto itulah yang di copy paste dan dimodifikasi oleh Partai Demokrat dengan Mr A-nya. Penyebutan Mr A itu adalah hasil modifikasi. Modifikasi lainnya adalah pernyataan itu disampaikan oleh orang-orang sipil. Padahal, hal itu murni taktik dan strategi khas militer.

Strategi itu terbukti mampu meredam serangan terhadap Partai Demokrat. Publik disibukkan untuk mencari-cari sendiri siapa Mr A yang misterius itu. Publik kemudian lupa pada persoalan pokok yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh Partai Demokrat yaitu korupsi di Kementerian Pemuda dan Olah Raga. [Alex Madji]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar