Kamis, 09 Juni 2011
Melihat Yesus yang Melangit (2)
Kami berangkat ke Patung Cristo Redentor di Gunung Carcavado dari Hotel JW Marriot yang terletak di bibir Pantai Copacabana - tempat Presiden Yudhoyono dan delegasi resminya menginap, menggunakan minivan hotel. Mobil itu hanya sampai di stasiun trem. Jaraknya hanya 15 menit perjalanan dari hotel. Sesampai di stasiun, kami mengantri membeli tiket masuk. Harganya 36 Real. Dalam tiket, tertera kami harus berangkat pukul 09.30. Tetapi 10 menit sebelum waktunya kami sudah meninggalkan stasiun. Dua gerbong trem itu penuh, bukan hanya oleh kami tetapi juga oleh wisatawan lainnya.
Kami berhenti sebenar di Estacao (stasiun) Paineiras, sebelum akhirnya turun di Estacao Christo Redentor, tempat tujuan terakhir. Jarak tempuhnya hanya 25 menit. Itu pun dengan kecepatan yang rendah karena harus mendaki gunung yang cukup tinggi. Di sisi kiri kanan jalan, hutan cukup lebat. Menjelang stasiun terakhir ada patung Bunda Maria dan Santo Yosef. Selain menggunakan trem, untuk sampai ke puncak juga bisa menggunakan mobil pribadi, tetapi parkirannya agak jauh dari puncak.
Turun dari trem, tiket kami diperiksa petugas sebelum diijinkan naik lift. Keluar dari lift, masih harus melewati dua eskalator untuk sampai ke Patung Christo Redentor yang berdiri kokoh di puncak gunung batu itu. Sebenarnya untuk sampai ke sana, bisa juga melalui tangga di samping kanan ekslator itu. Orang yang tidak tahan di ketinggian pasti gemetaran bila melihat ke bawah.
Sesampai di Puncak, kami tidak hanya mengagumi patung Yesus yang tinggi menjulang seolah menyentuh langit dan kokoh sambil merentangkan tangan melindungi Kota Rio de Jeneiro, tetapi juga menikmati keindahan kota itu. Tidak ada yang tersembunyi dari kota itu. Semuanya telanjang bulat. Sungguh sebuah keindahan yang menakjubkan.
Wisatawan yang ke sana tidak menyia-nyiakan momen itu. Semua berlomba-lomba berfoto baik dengan latar belakang Patung Christo Redentor maupun berlatar belakang Kota Rio de Jeneiro. Orang yang difoto dan pemotret sama-sama bergaya. Biar Patung Christo Redentor terekam utuh, pemotret rela mengambil gambar dengan berbaring. Yang difoto bergaya merentangkan tangan, meniru gaya Patung Christo Redentor di belakangnya. Di sana juga ada pemotretah langsung jadi. Tetapi kelihatannya mereka tidak terpakai karena semua orang membawa kamera.
Di bawah kaki Yesus ada sebuah kapel. ”Capela de Nossa Senhora da Apareida” namanya. Di dalamnya ada 22 tempat duduk dengan sebuah altar, mimbar, taber nakel, dan sebuah kotak kolekte. Setiap orang yang berdoa di situ dengan suka rela memasukkan uang kolekte ke kotak tersebut. Di pintu masuk, ada seorang penjaga yang dengan ramah mempersilahkan setiap pengunjung masuk dan berdoa sejenak di situ. Tidak jarang orang berdoa di sana sambil meneteskan air mata. Entah apa yang mereka alami.
Yang berwisata ke situ bukan hanya orang yang beragama Katolik, tetapi siapa saja yang ingin menikmati keindahan alam yang diciptakan-Nya dan keagungan karya cipta manusia dalam membangun tempat wisata tersebut.
Sebenarnya waktu satu jam lebih belum cukup untuk menikmati keindahan di sana. Tetapi apa mau dikata, waktu sangat terbatas. Kami harus segera turun melalui rute yang sama. Dua puluh lima menit kemudian, kami tiba di stasiun keberangkatan dan dengan bus kembali lagi ke hotel untuk berkemas meninggalkan Rio de Jeneiro dengan Pantai Copacabana yang eksotik dan Cristo Redentornya yang agung menuju Lima, Peru untuk mengikuti KTT APEC. Sampai jumpa di Rio de Jeneiro. [Alex Madji]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar