Kamis, 09 Juni 2011

Sebuah Siang di Copacabana (1)


Pengantar: Tulisan ini adalah pengalaman saya berada di Rio de Jeneiro, Brasil. Sudah dimuat di blog saya yang lain, tapi saya tampilkan lagi di sini. Saya bagi dua soal Pantai Copacana dan Patung Cristo Redentor. Selamat menikmati.

Rio de Jeneiro tiga tahun silam. Tepatnya, Kamis 20 November 2008. Pagi itu cuaca sangat cerah. Udara pun tak terlalu panas seperti daerah tropis umumnya, serasa seperti di Jakarta. Jas dan jaket penahan dinggin ditanggalkan. Cukup pakai kaus oblong. Sehari sebelumnya kota metropolitan dan industri Brasil itu mendung dan diguyur hujan, saat Pesawat Kepresidanan Garuda Indonesia Airbus A-330 mendarat di Bandar Udara Internasioanl Galeo Antonio Carlos Jobim.

Memasuki Kota Rio de Jeneiro, orang akan terpikat pada dua hal yaitu Pantai Copacabana yang begitu mempesona dan Patung Christo Redentor, pelindung kota itu. Keduanya masyhur. Patung itu terletak di atas gunung batu Corcovado di belakang Kota Rio de Jeneiro. Dari sana, pemandangan seluruh kota terlihat indah. Lekukan, kontur bukit, dan detali-detail kota, serta garis Pantai Copacabana transparan sekali.

Keindahan alam dan karya manusia itu langsung menutup pemandangan lain Kota Rio de Jeneiro yang di beberapa sudutnya masih kumuh, dinding-dinding rumah, kantor dan papan reklame yang penuh coretan orang iseng merusak pemandangan. Begitulah Rio de Jeneiro. Pemandangan itu mungkin sekaligus menunjukkan karakter ibu kota negara-negara berkembang, seperti juga Jakarta.

Dalam cuaca yang cerah di hari itu, pemandangan Pantai Copacabana sangat indah dan mengagumkan. Dia sangat cantik dan mempesona. Semakin mempesona karena sejak pagi, orang sudah memenuhi pantai yang luas itu serta sebagaian jalan yang memang sengaja ditutup bagi kendaraan sehingga warga bisa dengan leluasa ber-jogging. Kebetulan hari itu merupakan hari libur nasional bagi rakyat Brasil.

Hampir semua orang di sepanjang pantai dengan deburan ombak yang tinggi itu telanjang. Laki-laki dari yang muda sampai yang tua hanya mengenakan celana dalam. Beberapa di antaranya mengenakan celana pendek. Sedangkan perempuan, tua muda, lenggang kangkung berjalan maupun jogging di pedestarian yang luas dan median jalan hanya mengenakan bra. Tak ada yang terusik. Banyak pula yang membawa serta binatang kesayangannya, seperti anjing.

Di bibir pantainya, ditemukan sangat banyak lapangan bola voli yang dipakai baik untuk voli pantai, voli biasa atau bahkan untuk takraw menggunakan bola kaki. Makin siang, suasana pantai makin ramai. Ribuan orang berjemur di bibir pantai, seperti yang bisa disaksikan di Pantai Kuta Bali. Tetapi bedanya, di pantai itu baik pria maupun wanita atau gabungan pria-wanita bermain voli pantai. Sangat serius.

Tak ketinggalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menikmati indahnya Pantai Copacabana. Dia bersama sejumlah menteri dan pasukan pengamanan kepresidenan bermain voli di bibir pantai. Serius. Sementara Ibu Ani setia memberi semangat di pinggir lapangan. Hari itu, jarak SBY, Ibu Ani dengan rombongan kunjungan Presiden SBY ke Brasil sangat dekat.

Kata Ibu Ani, Pak SBY tidak bisa lagi optimal bermain voli karena permainan yang disukai SBY itu tidak lagi direkomendasikan dokter. Pasalnya, Presiden SBY mengalami gangguan lutut.

Setelah bermain voli di bibir pantai pada pagi yang indah itu, Presiden SBY, Ibu Ani dan para menteri kembali ke hotel. Sementara tim hore, termasuk wartawan, berwisata ke Patung Cristo Rendetor. Kebetulan jadwal dua hari Presiden SBY di Rio de Jeneiro tidak padat. Smangat! [Alex Madji]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar