Selasa, 12 Februari 2013
Selamat Datang Paus Baru
Senin, 11 Februari 2013 pagi waktu Roma atau Senin sore WIB, Paus Benediktus XVI mengambil keputusan yang mengejutkan dunia. Dia mengundurkan diri sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik seluruh dunia. Mengejutkan karena ini untuk pertama kalinya dalam 600 tahun terakhir, seorang paus mengundurkan diri. Paus terakhir yang berhenti di tengah jalan adalah Paus Gregorius XII pada 1415. Setelah itu, paus selalu menjalankan tugasnya hingga menghembuskan nafas terakhir, termasuk Paus Agung Yohanes Paulus II yang digantikan Benediktus XVI ini.
Sebenarnya, peristiwa pengunduran diri ini bukan sesuatu yang baru terjadi dalam sejarah Gereja Katolik. Sudah ada preseden pada abad-abad sebelumnya dengan berbagai alasan.
Benediktus XVI mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Uskup Roma dan pengganti tahta St Petrus karena usia yang sudah uzur. Kekuatan fisik pria kelahiran Jerman ini 85 tahun silam itu menurun tajam. Padahal, kekuatan fisik juga dibutuhkan, selain kekuatan spiritual, untuk mengemban tugas kegembalaan yang sungguh berat ni. Paus secara resmi akan menanggalkan jabatannya pada 28 Februari 2013 pukul 20.00 waktu setempat.
Alasan pengunduran dirinya ini diterima baik oleh umatnya di seluruh dunia, terutama karena alasan kesehatan yang diajukannya. Benekditus XVI pun semakin dikagumi atas kerendahan hatinya itu yang sadar akan keterbatasannya. Selanjutnya dia mempersembahkan sisa hidupnya dalam doa tiada henti bagi gereja yang dicintainya dan tidak akan terlibat lagi dalam membimbing Gereja Kristus seperti yang diperankannya sejak April 2005 silam.
Yang ditunggu-tunggu saat ini adalah siapa penggantinya. Juru bicara Vatikan Romo Federico Lombardi SJ mengatakan bahwa Dewan Kardinal akan memilih paus baru 15 hari setelah Paus Benediktus XVI resmi mengundurkan diri. "Sebelum paskah, kita sudah memiliki paus baru," kata Lombardi yakin.
Konklaf
Paus dipilih oleh Dewan Kardinal yang jumlahnya tidak lebih dari 117 orang yang berumur di bawah 80 tahun. Tetapi jumlah ini kemungkinan akan berkurang menjadi 115 karena pada Maret 2013 karena ada dua kardinal yang memasuki usia 80 dan berarti tidak akan memilih dan dipilih. Kardinal-kardinal ini akan memilih paus baru dalam sebuah konklaf.
Konfklaf ini dimulai di Kapel Sistin. Pada pagi hari, Dewan Kardinal menyelenggarakan misa "Pro Eligendo Papa". Proses pemilihannya baru dimulai pada sore hari. Para kardinal memilih tiga orang di antara mereka untuk mengumpulkan kertas suara, tiga orang lain bertugas menghitung surat suara, dan tiga lainnya untuk melihat hasilnya.
Kertas-kertas suara kosong disiapkan dan dibagikan kepada para anggota Dewan Kardinal yang berjumlah 117 atau 115 pada Maret nanti. Pada pagian tengah atas kertas kosong itu tertulis dalam bentuk cetakan, bila memungkinkan, kata-kata ini, "Eligo in Summum Pontificem" yang berarti "Saya memilih sebagai Paus" lalu para kardinal menulis nama calon pada bagian tengah bawah kertas tersebut lalu melipatnya menjadi dua.
Setelah itu para kardinal itu naik ke altar lalu memasukkan kertas yang sudah diisi dengan nama pilihannya masing-masing pada sebuah disket kecil yang terbuat dari metal dan dimasukan dalam kalix. Lalu, surat suara itu dihitung dan hasil pilihan mereka dibacakan di hadapan Dewan Kardinal.
Bila ada satu dari para kardinal itu meraih suara dua per tiga plus satu, maka dialah yang akan menjadi paus baru menggantikan Paus Benediktus XVI. Kertas-kertas itu kemudian dibakar dengan dicampur sat kimia tertentu sehingga asal dari hasil bakaran itu menghasilkan asap putih yang keluar dari cerobong asap Vatikan untuk memberitahukan kepada umat yang menunggu di lapangan St Petrus bahwa paus baru terpilih. Bahasa simbol itu kemudian diikuti pengumuman, "Habemus Papam" yang berarti "Kita Punya Paus Baru".
Tetapi bila belum terpilih, surat-surat suara tadi dibakar dan dicampur dengan bahan kimia tertentu sehingga menghasilkan asap yang berwarna hitam pekat. Kemudian dilakukan pemilihan ulang dengan proses yang sama hingga terpilih seorang paus baru
Menurut ahli Vatikan yang juga koresponden CNN di Vatikan, John Allen, siapa pun paus berikutnya dan dari manapun dia berasal, sudah hampir pasti dia akan meneruskan kebijakan Paus Benediktus XVI dan akan melanjutkan tradisi konservatif yang dipelihara paus asal Jerman ini. Isu-isu tentang aborsi, KB, dan perceraian tetap akan menjadi prioritas utama paus baru.
Dan siapapun puas berikutnya, umat Katolik pasti akan menerima dan tunduk kepadanya. Akhirnya selamat datang paus baru. (Alex Madji/dari berbagai sumber)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dan siapapun puas berikutnya, umat Katolik pasti akan menerima dan tunduk kepadanya. Akhirnya selamat datang paus baru.
BalasHapusAmen...
Bro Vie, makasih atas kunjungannya dan komennya. Tetapi bukan "puas" tapi "Paus". Itu pasti salah ketik hehehehe
Hapus