Kali ini, saya ingin menulis tentang sebuah kegiatan pada Minggu 17 Februari 2012 lalu. Pada hari itu, saya menghadiri sebuah rapat credit union (CU) di Sentul, Bogor. Nama credit union ini adalah Wela Momang atau biasa mereka sebut Credit Union Wela Momang dan disingkat CUWM. Pelopornya adalah sekelompok orang dari sebuah kampung di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Wela.
CUWM memang belum berbadan hukum. Mereka sedang berusaha dan berjuang untuk mengurusnya. Itu sebabnya CUWM ini belum terbuka kepada orang luar. CU ini baru terbatas bagi semua perantauan dari Kampung Wela beserta istri atau suami dan keluarga mereka yang berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Ada juga satu dua orang yang tinggal di luar wilayah ini. Ada yang di Portugal, Brunai Darusalam, dan Kalimantan menjadi anggota CUWM.
CUWM berawal dari sebuah gagasan untuk membuat sebuah usaha bersama dalam sekala kecil beberapa tahun silam. Ketika itu disepakati bahwa setiap orang yang sudah bekerja mengumpulkan uang sebesar Rp 100.000 per orang per bulan. Pada satu tahun pertama, pengumpulan dana ini berjalan lancar. Memasuki tahun kedua, mulai mandek. Bahkan macet. Selanjutnya, uang yang sudah terkumpul dan berjumlah hingga belasan juta rupiah itu dipinjamkan di antara mereka yang mengumpulkan uang. Tetapi pengembaliannya pun lelet bahkan cenderung macet. Maka gagasan mendirikan usaha kemudian gagal total.
Lalu tiga tahun silam, muncul kesadaran dan gagasan untuk membentuk credit union. Dalam diskusi online dan off line gagasan itu mengerucut dan sepakat membentuk yang namanya CUWM. Kesepakatan ini kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang tentu saja masih jauh dari sempurna. Tetapi dalam ketidaksempurnaan itu mereka menjalankan aturan-aturan yang termuat di dalamnya.
Paling tidak aturan-aturan dasar credit union dijalankan, seperti simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Diikuti dengan pembentukan pengurus yang menjalankan CUWM. Pengurus yang terpilih lalu menjalankan tugasnya. Mereka mengumpulkan simpanan pokok dan simpanan wajib. Sementara uang yang terkumpul pada awal dijadikan simpanan sukarela masing-masing anggota karena jumlahnya bervariasi. Total dana yang terkumpul pada awal ini mencapai hampir Rp 30-an juta.
Sejak itu CUWM ini berjalan lumayan bagus. Paling tidak hal itu diukur dengan proses simpan pinjam yang berjalan lancar. Ukuran lainnya adalah jumlah aset yang dimiliki. Hingga tiga tahun kemudian, tepatnya pada 17 Februari 2013 lalu, jumlah aset CUWM ini mencapai Rp 71 juta. Bagi kelompok ini, dan bagi saya, angka ini luar biasa dan mencengangkan. Kenapa? Karena ruang lingkupnya masih sangat terbatas. Jumlah anggotanya baru 30 orang, tetapi akumulasi modalnya luar biasa. Dapat dibayangkan, bila terbuka secara luas, sesuai prinsip utama credit union dan koperasi pada umumnya, maka jumlah asetnya pasti akan berlipat ganda. Sejauh ini tiga per empat dari aset ini masih beredar di tangan anggotanya.
Lebih dari jumlah aset itu, keberadaan dan kehadiran CUWM ini terasa sangat membantu para anggotanya. Paling tidak hal itu terungkap dalam rapat tersebut. Dana-dana CUWM itu akhirnya bisa membantu memehuni kebutuhan para anggotanya untuk berbagai kepentingan. Ada yang meminjam dana ke CUWM untuk kredit motor. Ada pula yang meminjam untuk perbaikan rumah. Yang lain meminjam untuk investasi kecil-kecilan di bidang perkebunan serta untuk berbagai keperluan lainnya.
Dengan pengalaman kecil di atas saya hanya ingin berbagi dan mengajak ayo mari kita bentuk credit union. Orang-orang Wela itu sudah memulainya dan sudah berjalan bagus, meskipun masih sangat sederhana. Tetapi dari hal-hal sederhana seperti ini akan lahir hal-hal besar yang akan mengubah dunia. Mari mencoba. (Alex Madji)
Foto suasana rapat CUWM di Sentul, Bogor (Istimewa/Ciarciar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar