Senin, 02 Juli 2012
Perut Kampung
Selama di Warsawa, saya sulit menemukan restoran Asia seperti Cina dan Thailand. Mungkin karena saya tidak mencari di pojok-pojok kota itu. Maklum saya hanya bergerak di sekitar Warsawa Pusat dan belum berani jalan ke pinggiran. Alasannya sederhana. Pusat aktivitas dan gema Piala Eropa 2012 ada di kawasan tersebut. Fa Zone ada di sana. Stadion Nasional Warsawa juga tidak jauh dari situ. Dengan jalan kaki saja sudah sampai. Sekalian olah raga.
Pada hari kedua saya di Warsawa, Kamis, 21 Juni 2012, saya pergi ke Kota Tua. Melihat sejumlah tempat menarik di kawasan itu. Di sana, saya juga bertemu dengan begitu banyak fans Portugal dan Ceko yang saling bertarung pada perempat final Piala Eropa 2012 pada malam harinya.
Sambil mengunjungi situs-situs bersejarah di kawasan itu, saya sebenarnya mengintip kalau-kalau ada restoran Asia dimana saya bisa menemukan menu nasi. Maklum perut ini adalah perut nasi. Bukan roti dan keju. Tetapi sepanjang hari itu, saya tidak juga menemukan restoran Asia.
Hingga jam 14.00, saya pun lapar. Di salah satu pojok Kota Tua ada restoran Polandia. Saya masuk ke situ. Di sana sudah banyak fans Republik Ceko. Saya potret mereka. Seorang di antara mereka, seorang anak muda, mendatangi saya. Ngobrol dengan Inggris terbata-bata. Saya pilih menu yang kemudian saya tahu sebagai makanan tradisional Poladia. Gambarnya menarik. Semangkuk sup kental berisi daging, empat tangkup roti, sebuah sosis agak panjang dan besar, dan setengah telur rebus.
Dalam hati saya bergumam, menu ini pasti cocok dengan perut saya karena ada sup. Paling yang kurang hanya nasi. Apalagi harganya tidak terlampau mahal. Hanya 15 zlotych. Saya tidak pesan minuman karena saya bawa satu botol air mineral yang saya beli di sebuah toko di pom bensin dekat hotel tempat saya menginap di Mangalia 3, pinggiran Warsawa. Kalau dengan minuman, harganya sedikit lebih mahal.
Saya pun memesan menu yang bernama zurek ini. Tak terlalu lama saya menunggu dalam kedinginan karena hari itu hujan dan suhu sangat dingin, pesanan pun datang. Masih panas. Saya santap dengan lahap. Sup panas dan sosis panas cukup membuat badan yang kedinginan menghangat. Seperti biasa, saya tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan menu itu. Tidak sampai 30 menit, semuanya ludes. Cukup enak dan mengenyangkan.
Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan, mengais-ngais dan berpikir kira-kira apa yang bisa ditulis. Setelah senja tiba, dan setelah menemukan ide untuk ditulis, saya pulang ke hotel untuk mandi sebelum kembali lagi ke Fan Zone untuk ikut noton bareng laga Portugal versus Ceko di pusat keramaian selama Piala Eropa itu. Ingin sekali nonton di Stadion, tetapi apa daya, tiket sangat mahal dijual oleh para calo tiket. Sebenarnya uang kantor cukup untuk beli satu tiket, tetapi takut harganya tidak sesuai yang tertara dalam tiket. Dari pada kemudia saya nombok saat pertanggungjawaban uang kantor, maka keinginan beli tiket pun diurungkan.
Begitu sampai hotel, perut saya bergolak. Bunyi terus dan buang-buang air. Saya langsung menyimpulkan, wah dasar perut kampung yang panik dengan roti. Kebiasaan makan nasi, begitu diisi roti langsung berontak.
Saya makan nasi terakhir, Selasa 20 Juni 2012 malam, dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Amsterdam. Setelah itu, saya tidak berjumpa lagi dengan nasi. Sesampai di Warsawa pada Rabu, 20 Juni siang, sore harinya saya beli roti di toko di seberang Best Western Hotel Portos yang terletak di Jalan Mangalia 3 untuk makan siang dan malam. Toko ini adalah bagian dari pom bensi atau seperti Peramina yang lengkap dengan toko dan Circle-K di Indonesia. Di tempat ini dijual banyak hal, termasuk hot dogs, roti-roti kering, roti panjang yang di dalamnya berisi daging dan sayuran seperti burger.
Mangalia 3 ini adalah pertengahan antara Bandara Internasional Frederic Chopin dengan pusat kota yang berada di Fan Zone di lapanangan Palace of Culture and Science atau Pusat Budaya dan Ilmu Pengetahuan Polandia. Ini adalah gedung tertinggi di negara bekas komunis itu dan menjadi jantung kota tersebut. Dia sama seperti Monasnya Jakarta.
Selama Jumat, 22 Juni 2012 saya juga mengelilingi seluruh Kota Tua Warsawa dengan jalan kaki berjam-jam. Tetapi karena belum juga bertemu dengan restoran Asia dan karena perut masih berontak, saya lalu mampir makan ke McDonald. Yah, tetap saja bukan makan nasi. Tetapi paling tidak ada kentang dan ayam goreng. Dan di Jakart, jenis makanan seperti ini banyak. Ya, sedikit menghibur perut yang memberontak itu.
Saya baru bertemu dengan nasi lagi pada Minggu-Senin, 24-25 Juni 2012 ketika saya berada di Portugal untuk mengunjungi adik saya, Pater Florianus Jaling SVD di sana. Nah, cerita ked an selama di Portugal ini, akan saya ceritakan pada artikel berikutnya. (Alex Madji)
Keterangan foto: Inilah makanan tradisional Polandia. Namanya Zurek.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar