Senin, 02 Juli 2012

Misa di Fatima


Pengalaman paling indah pada Minggu, 24 Juni 2012 adalah misa di Fatima, di tempat penampakan Bunda Maria. Ada dua misa hari itu. Pukul 09.00 misa di gereja baru yang dibangun dalam gaya modern yang terletak di depan gereja utama. Gereja utama ini dibangun pada 1918 atau hanya satu tahun setelah penampakan Maria kepada Lucia, Yacinta, dan Franceso. Gereja besar tersebut dibangun khusus atas permintaan Bunda Maria yang disampaikan kepada tiga gembala kecil dan sederhana itu. Di dalam gereja ini terdapat makam ketiga gembala yang di kemudian hari menjadi pastor dan suster itu.

Misa kedua pada pukul 11.00 dilakukan di lapangan yang sangat luas di depan gereja tersebut. Ribuan peziarah khusyuk mengikut perayaan ekaristi yang dibawakan dalam Bahasa Latin dan Portugis itu.

Misa diawali dan ditutup dengan perarakan patung Bunda Maria dari kapel penampakan ke depan Gereja Utama tempat altar untuk misa di lapangan itu berada. Di sinilah saya menitikkan air mata.

Pada perarakan penutup, umat melambaikan kain putih. Ada juga yang melambaikan tisu untuk menghormati Bunda Maria sambil menyanyikan "Ave Maria". Saya meneteskan air mata menyaksikan dan merasakan hal paling istimewa seperti ini.

Sebelum misa itu, saya diajak Flori, adik saya yang misionaris SVD di Portugal, melihat tempat pameran misi di ruangan bawah gereja baru tadi. Ada foto pembatisan putra kedua saya di situ, Enrique Paulo Vera Alleindra. Saya dan Flori berfoto di sana diambil oleh seorang suster SSPS asal Timor Leste yang sudah lebih dari 10 tahun berada di Portugal.

Beberapa suster lain yang menjaga dan bertugas menjelaskan pameran itu kepada pengunjung menyalami saya.

Seusai misa kami kembali ke hotel untuk makan siang. Menu hari itu adalah sup dan roti sebagai santapan pembuka lalu nasi, ikan, dan salad sebagai menu utama, dan dua buah jeruk. Tak ketinggalan wine. Kali ini di meja kami kebagian anggur putih. Setelah hampir seminggu tidak ketemu nasi akhirnya, makan nasi juga. Tapi anggurnya tidak diminum habis.

Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke tempat kerja Flori di Almodovar, sebuah kecamatan kecil di Portugal Selatan. Sepanjang perjalanan, pemandangan di sisi kiri kanan jalan tol adalah padang yang kering diselingi pohon-pohon cemara dan satu jenis pohon yang kulitnya bisa diambil dan diolah menjadi penutup botol anggur. Hanya sebagian kecil wilayah Portugal yang hijau. Selebihnya padang dan karang. Persis seperti Kota Kupang.

Dalam perjalanan ke Almodovar itu, kami sempat ditahan polisi. Kami mengira karena kecepatan mobil di atas batas maksimal di jalur non tol. Setelah disuruh minggir, polisi meminta surat-surat kelengkapan kendaraan dan lisensi mengemudi. Setelah diperiksa, kami dipersilahkan melanjutkan perjalanan. Jadi masalahnya apa? Tidak jelas juga.

Akhirnya tiba juga di paroki tempat Flori bermisi, setelah lebih dari tiga jam perjalanan dari Fatima. Saya diperkenalkan dengan Pater Falente yang asal Portugal dan satu pastor muda asal India. Ngobrol sebentar dengan pastor India yang juga baru pulang memberi misa, sebelum masuk ke kamar tidurnya Flori.

Rumah pastoran itu dua lantai dan mepet dengan rumah warga. Letaknya di pojokan dekat perpustakaan kecamatan. Di bundaran jalan, ada patung besi seorang pria sedang duduk. Kota kecamatan itu kecil sekali. Dikelilingi jalan kaki tidak sampai 30 menit selesai.

Kami mengelilingi kota kecamatan yang sangat sepi tapi asri itu pada sore harinya. Pergi ke semacam alun-alun kecamatan. Di sana sedang ada pesta peringatan hari pramuka katolik. Ada koor laki dan perempaun di atas panggung. Sedangkan di pojokan lain, sejumlah ibu sibuk membakar daging dan ikan untuk pesta tersebut. Di sana sempat bertemu dan berkenalan dengan umatnya Flori. Cipiki Cipika dengan ibu-ibu tua di situ. Saya diperkenalkan Flori. "Mirmao," katanya. Atau abang saya. Ibu-ibu itu pun berbicara Bahasa Portugis, tapi saya tidak mengerti. Yang penting tak kurang senyum.

Dari situ, kami mengunjungi gereja paroki. Ini adalah gereja kuno dari abad ke-16. Megah, Indah, dan artistik. Letaknya di tengah-tengah kota itu. Bagian dalamnya indah sekali. Kata Flori, kalau misa hari minggu umat yang datang banyak.

Di sakristi, sore itu, ada persembahan umat berupa pisang, daging, dan anggur. Kami mencicipi pisangnya. Karena, kata Flori, barang-barang itu nanti akan dibawa ke pastoran juga.

Di kota itu, ada sebuah gereja lain dan bekas biara Fransiskan. Tapi gereja itu sedang direnovasi dan biaranya tidak berfungsi lagi karena para fransiskan sudah lama pergi. Kami tidak melihat bagian dalam dari gereja tersebut. Setelah melihat-lihat sekilas kota tersebut, kami kembali ke pastoran. Istirahat sebentar, sebelum kembali ke Lisbon.

Perjalanan kembali ke Lisbon ini lebih cepat. Sehingga kami masih sempat menyaksikan pertandingan babak pertama perempat final antara Inggris versus Italia di sebuah rest area tidak jauh lagi dari Lisbon. Kami mampir di situ untuk isi bahan bakar dan istirahat sambil minum jus dan makan sepotong kue. Kami bertahan hingga babak pertama usai dengan skor sementara 0-0. Laga tersebut akhirnya dimenangkan Italia melalui adu tendangan penalti. Kami tahunya saat sampai di biara SVD di Lisbon diberitahu Pater Antonio.

Sesampai di Lisbon, kami hanya mampir memarkir mobil di biara lalu keluar lagi untuk makan malam di restoran Cina yang tidak jauh dari biara. Itu sebabya kami hanya jalan kaki. Di sini kami makan nasi goreng dan B2 plus bir satu botol kecil.

Habis makan kembali ke biara, Pater Antonio belum tidur. Kami masih lihat tivi bersama dan minum bir lagi satu-satu botol kecil. Kami saksikan cuplikan adu tendangan penalti Inggris vs Italia. Setelah sedikit lega, kami kembali ke kamar untuk istirahat malam. (Bersambung)

Keterangan foto: Ini adalah gereja utama di Fatima yang dibangun pada 1918 atau satu tahun setelah penampakan. Di depan gereja ini ada sebuah kapel tempat Maria menampakkan diri kepada tiga gembala. Di depannya lagi, di ujung lapangan luas itu ada gereja yang dibangun dalam gaya kontemporer. (Foto: Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar