Jumat, 28 Oktober 2011

Mari Bermimpi Sejuta Dolar Bersama Merry Riana


Toko buku Kinokuniya Plasa Senayan Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2011 siang riuh. Sebuah ruang kecil di antara rak-rak buku diisi kursi-kursi berbalut kain putih dengan ikatan kain biru tua pada bagian punggungnya. Semua terisi. Belum lagi di sisi kiri, kanan dan belakang, manusia berdiri berjejal. Di depannya ada panggung kecil dengan dua sofa plus satu meja kaca kecil. Di atasnya ada beberapa botol air mineral.

Sekitar 400 orang ada di sana. Mereka sudah menyesaki space itu sejak pukul 12.30 WIB. Bukan hanya warga Jakarta. Ada yang datang dari luar kota seperti Lampung, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Pontianak. Mayoritas anak muda. Satu dua orang tampak sudah berumur, bahkan ada yang membawa serta anak kecilnya.

Mereka menenteng buku tentang Merry Riana, baik buku "Mimpi Sejuta Dolar" yang akan diluncurkan di situ maupun buku yang sudah diterbitkan sebelumnya, "A Gift From A Friend". Saya pun "latah" dan tidak mau ketinggalan. Saya beli juga buku "Mimpi Sejuta Dolar" Merry Riana karangan Alberthiene Endah seharga Rp 63.000. Padahal, kalau saya beli di Gramedia bisa dapat diskon dengan pakai ID card istri saya yang adalah karyawati Kelompok Kompas Gramedia. Makahnya saya bilang latah.

Siang itu, motivator muda nan cantik kelahiran Jakarta dan bermukim di Singapura Merry Riana meluncurkan bukunya "Mimpi Sejuta Dolar". Buku ini menceritakan perjalanan hidup Merry Riana berangkat dari orang yang tidak punya apa-apa menjadi memiliki segalanya yang ditulis penulis biografi ulung Indonesia, Alberthiene Endah. Acara itu dipandu wartawan senior, suami artis dan anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Nurul Arifin, Mayong Suryolaksono. Acara peluncuran itu semakin ramai karena lelucon peserta Stand Up Comedy Kompas TV, Raditia.

Acara peluncuran buku terbitan Gramedia Pustaka Utama itu sedianya dimulai pukul 14.00 WIB. Tetapi molor 25 menit dan baru dibuka Mayong pada pukul 14.25 WIB. Meski molor peserta tak beringsut dari tempatnya.

Sambil menunggu acara dimulai, seorang pemuda di belakang saya dimintai komentarnya soal Merry Riana. Bagi pria muda bermata sipit itu, Merry Riana adalah tokoh yang sungguh inspiratif. "Saya sudah baca buku-buku tentang dia. Saya pun mau seperti dia. Mimpi sejuta dolar saya adalah memulai mimpi saya untuk menjadi sukses, mulai dari nol," ucapnya semangat.

Partisipasi, Energi, dan Action
Tak lama berselang, tokoh yang ditunggu-tunggu datang juga. Merry Riana. Mengenakan kaus hitam bertuliskan "Mimpi Sejuta Dolar" yang dibalut blazer merah marun dipadu dengan celana bahan hitam dan sepatu hak tinggi merah, padu dengan atasannya. Kostum itu nyaris menutup perut buncitnya karena sedang hamil anak kedua 7,5 buan. Meski begitu, Ria - sapaan akrabnya - tampil energik dan menarik.

"Meski lagi hamil 7,5 bulan, saya tetap semangat menjumpai anda karena anda semangat, bahkan datang dari luar kota seperti Lampung, Yogyakarta, dan Banyuwangi," ucapnya penuh senyum.

Menurut Merry yang pindah ke Singapura pada 1998 itu, ada tiga hal yang diperlukan untuk sukses yaitu partisipasi, energi, dan action (aksi). Dia bagai menyihir peserta sehingga sungguh semangat mendengar paparannya. Padahal, jam-jam segitu adalah jam BBS alias bobo-bobo siang.

Caranya pun sederhana. Dia meminta partisipasi peserta cukup dengan mengangkat tangan. "Mana partisipasinya?" tanya Merry. Semua angkat tangan. Sedangkan untuk energi dia meneriakkan yel. "Dalam setiap pelatihan saya, saya selalu menggunakan yel. Kalau saya bilang Indonesia, jawabannya majulah, sambil mengepalkan tangan kanan dan meninju udara," ujarnya. Dan, yang paling penting adalah action atau aksi. Tanpa aksi seluruh mimpi kita tidak akan pernah terwujud.

Itulah yang dilakukan Merry. Dia mengisahkan tentang dirinya. Dia anak orang pas-pasan. Dia "terusir" dari Indonesia ketika negara ini dilanda kerusuhan pada 1998. Sebagai warga beretnis Tionghoa, orang tuanya khawatir akan keselamatan mereka sekeluarga. Maka pergilan dia ke Singapura dan menuntut ilmu di Nanyang Technologcal University, Singapura. Itu bukan rencana keluarganya. Tadinya dia hendak dikuliahkan di Universitas Trisakti, tetapi gagal karena kerusuhan.

Di NTU dia ambil jurusan teknik elektro dan lulus dalam tempo empat tahun pada 2002. Biaya kuliah diperoleh dari pinjaman bank Singapura. Selama kuliah dia hidup prihatin. Biaya hidupnya hanya dengan Rp 70 ribu rupiah per minggu. Makanannya pun sederhana. Mi instan. Makan siang di kampus selalu dibawa dari asrama, yaitu roti tawar. Makannya secara sembunyi-sembunyi di toilet. Seprihatin itu.

Berbagai pekerjaan dicobanya. Mulai dari bagi-bagi brosur di jalanan, menjaga toko bunga, dan pramusaji hotel. Dia lakoni itu semua dengan setia dan tekun. Tujuannya hanya satu, tidak ingin membebani kedua orang tuanya. Itulah fase hidup Merry dimana dia sungguh berkekurangan dalam hal finansial.

Pada hari ulang tahun ke-20, dia lalu membangun mimpi dan tekad dalam hati. Dia menegaskan bahwa sebelum umur 30 tahun, dia sudah harus mandiri secara finansial. Dan betul-betul terjadi. Bahkan, lebih cepat dari mimpinya itu. Pada umur 26 tahun, dia sudah mendapatkan 1 juta dolar pertamanya melalui berbagai usaha yang jatuh bangun, sebelum akhirnya sukses. Pencapaiannya itu membuat dia menjadi buah bibir di negeri Singa dan kemudian melebar ke negeri-negeri tetangga, termasuk tanah airnya sendiri Indonesia. Liputan tentang dia pun meluas hingga Vietnam.

Pencapaian itu kemudian membawanya, tentu saja menjadi seorang entrepreneur, dan juga model dan bintang iklan sejumlah produk. Dia juga menjadi motivator perempuan nomor satu di Asia. Dia sudah menyemangati ribuan orang. Kini Merry hidup berecukupan dan berkelimpahan. Tetapi dia tidak berhenti bermimpi. Mimpinya sekarang adalah mempengaruhi satu juga orang di kawasan Asia, terutama di tanah air tercinta Indonesia. Itulah Mimpi Sejuta Dolar Merry Riana berikutnya. Lalu Anda? Apa mimpi Sejuta Dolar Anda?? (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar