Jumat, 07 September 2012

Diplomat Perlu Cepat Tanggap


August Parengkuan sudah ditunjuk dan dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh Indonesia untuk Italia, Malta, dan Siprus serta perwakilan tetap Indonesia untuk lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang berbasis di Roma pada Senin, 3 September 2012 lalu di Istana Negara Jakarta.

Pengangkatan ini menghantar August ke sebuah jenjang karier yang baru sama sekali dari dunia yang digelutinya selama ini. Maklum, sebagian besar hidup August habis di dunia jurnalistik. Sebagai jurnalis, August sudah tentu memiliki pengetahuan yang luas dan paham banyak hal, termasuk untuk urusan diplomatik. Meskipun, dia bukan birokrat dan diplomat karir. Seorang jurnalis adalah orang yang terus belajar.

August Parengkuan adalah wartawan Kompas yang menjalan profesi itu hingga pensiun. Bahkan saking pentingnya August, setelah pensiun pun tetap “dipakai”. Dia adalah wartawan generasi pertama Kompas. Kesetiaan dia pada profesi tersebut membuat jaringannya begitu luas. Hal inilah yang pada akhirnya menghantar dia ke Roma.

August memang bukan wartawan pertama yang ditunjuk sebagai Duta Besar. Sebelumnya juga ada beberapa wartawan yang memegang jabatan tersebut, seperti Sabam Pandapotan Siagian dari Suara Pembaruan dan The Jakarta Post yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Australia periode 1967-1973. Atau Hazairin Pohan, SH. MA, mantan wartawan harian Waspada Medan yang menjadi Duta Besar Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik Polandia pada 2008 lalu.

Setelah dilantik SBY sebagai Duta Besar, August Parengkuan kebanjiran ucapan selamat. Di salah satu grup milis yang diikutinya, August aktif menjawab semua ucapan selamat dari sesama rekan wartawan dan penulis. Meskipun dengan jawaban-jawaban pendek, August tetap memerlihatkan sisi kewartawanannya yang cepat tanggap.

Saya sampaikan segelintir contoh. "Terima kasih Romo Markus atas perhatiannya. Saya sudah berkomunikasi dengan Pak Budiarman Bahar, Dubes RI untuk Vatican. Sampai jumpa di Roma awal Oktober. Tuhan Yesus memberkati," tulis August Parengkuan dalam sebuah milis wartawan menanggapi ucapan selamat dari seorang pastor yang bekerja di Roma.

Hari lain, August menanggapi ucapan seorang pastor dari Kalimantan dengan kalimat singkat ini, "Terima kasih Romo Bangun." Hari lain lagi, August merangkum ucapan terima kasih anggota milis dengan menyebut nama mereka satu per satu.

Bahkan dia menanggapi masukan peserta milis soal usulan perlunya makin banyak tenaga kerja Indonesia dari NTT pergi ke Italia. Dengan kelakar, pria berkumis tebal ini menulis bahwa dia akan memberitahu Perdana Menteri Italia untuk menerima TKL (tenaga kerja laki-laki).

Anggota milis lain sedikit usil mengusulkan agar kumisnya dicukur sebelum ke Roma. Dengan enteng pria keturunan Manado itu menjawab bahwa kumis tetap akan dipertahankan. Begitu juga ketika seorang rekan meminta supaya diajak ke Roma. "Ajakan itu (sebut nama wartawannya) boleh juga," tulis August.

Masih banyak jawaban lain yang diberikan seorang August Parengkuan. Tetapi semua itu memperlihatkan sisi jurnalis yang begitu melekat pada dirinya yaitu cepat tanggap. Tidak cuek.

Sisi ini penting, terutama dalam menyelesaikan berbagai masalah dan dalam menjalankan tugas. Bahkan sukses tidaknya sebuah tugas ditentukan oleh seberapa tanggap seseorang pada tugas dan tanggung jawabnya. Nah semoga sisi ini tetap melekat pada saat secara resmi bertugas di Roma. Cepat tanggap terhadap berbagai persoalan dan berdiplomasi dengan hubungan baik kedua negara dan tentu saja kebaikan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. (Alex Madji)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar