Rabu, 01 Agustus 2012
Dimensi Sosial THR
Sebentar lagi hari raya lebaran tiba. Menjelang hari raya itu, THR alias tunjangan hari raya menjadi topik pembicaraan penting. Yang butuh THR bukan hanya karyawan kantoran, tetapi juga para OB atau office boy di kantor-kantor yang rata-rata tenaga out sourcing. Pegawai negeri sipil juga mengharapkan THR. Bahkan wartawan pun mencari-cari yang namanya THR. Kalau THR para pejabat lain lagi. Selain cara, jumlahnya pun lebih besar.
Tidak hanya mereka. Pembantu di rumah, tukang antar koran, tukang sampah di kompleks tempat kita tinggal, tukang sayur langganan dan satpam di kompleks perumahan juga minta THR. Bahkan, petugas kebersihan yang Anda jumpai tiap hari di jalan minta THR. Tetapi biasanya, para petugas seragam kuning ini minta THR tepat pada hari raya. Paling tidak, itu yang saya jumpai setiap kali hari raya idulfitri. Singkatnya, semua orang saat ini membicarakan dan membutuhkan THR.
Sebagian kantor sudah membagikan THR kepada karyawannya. Sebagian lain, akan membagikannya menjelang hari raya. Atau mungkin ada kantor yang sama sekali tidak membayar THR dengan berbagai alasan. Semoga hal yang terakhir ini tidak terjadi.
THR selalu memiliki dimensi sosial. Terutama karena dia diberikan menjelang hari raya. THR bukan hanya untuk dinikmati sendiri selama hari raya itu, tetapi juga untuk dibagikan dengan mereka yang selama satu tahun terakhir berada bersama dan membantu kita. THR tidak lain adalah berbagi kebahagian, keceriaan, dan kegembiraan dengan mereka yang telah membantu kita. Dalam konteks orang-orang di luar pekerja kantoran, terutama mereka yang saya sebut di atas tadi, THR lebih banyak mengandung unsur belas kasih dan kebaikan hati.
Itu sebabnya, di sejumlah kantor, karyawannya rela saweran untuk THR OB out sourcing yang tidak mendapat jatah THR baik dari perusahaan yang menaungi mereka, apalagi dari perusahaan dimana mereka bekerja. Sifatnya sukarela. Seberapa ada. Karena itu jumlah THR para OB ini tidak sesuai dengan upah mereka yang umumnya hanya sesuai UMR.
Begitupun di lingkungan rumah. THR yang diterima dari kantor itu masih juga dibagi-bagi kepada petugas keamanan kompleks yang besarannya juga sukarela, tukang antar koran, tukang sayur langganan, tukang sampah, dan pembantu. Mereka, termasuk pembantu, mendapat THR sesuai kebaikan hati Anda. Maklum belum ada aturan yang mengharuskan bahwa para pembantu rumah tangga, misalnya, harus diberi THR sebesar satu kali upah.
Yang saya mau katakan adalah bahwa hari raya ini adalah kesempatan untuk berbagi dengan THR yang diterima dari kantor masing-masing, berapa pun besarnya. Seberapa besar yang kita beri kepada orang-orang yang sudah membantu kita, tidak terlalu penting. Yang paling penting adalah semangat dan kesadaran berbagi. Berbagi keceriaan, kegembiraan, dan suka cita pada hari raya dalam wujud paling kecil berupa THR. Itulah dimensi sosial dari THR.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar