Kamis, 16 Agustus 2012

Kebayoran Park, Rekor Muri yang Tercedera


Kebayoran Park atau Taman Kebayoran terletak di Kebayoran Residences, kompleks perumahan elit Bintaro Jaya, Kota Tangerang Selatan. Kebayoran Residences sendiri terdiri dari empat klaster yaitu, Kebayoran Heights, Kebayoran Terrace, Kebayoran Garden, dan Kebayoran View. Keempatnya sudah dihuni, tetapi masih ada bagian yang sedang dibangun. Rumah-rumah di sini besar-besar dan dua lantai.

Di tengah-tengah klaster itu terdapat Kebayoran Park yang membelah dua jalur jalan utama di antara klaster-klaster itu. Kebayoran Park adalah sebuah ruang terbuka hijau yang dibangun di atas lahan seluas 3,4 hektar untuk memenuhi fungsi ekologis dan sarana aktivitas bagi warga Distrik Kebayoran Residences. Sebagian besar taman ini dilintasi kabel-kabel saluran tetagangan tinggi atau Sutet di atasnya.

Pada papan keterangan taman itu disebutkan bahwa Kebayoran Park adalah "Totally Green Park pertama di Indonesia yang tercatat dalam Rekor Muri". Dia dibangun dengan "konsep-konsep ecommunity sebagai gaya hidup warga Bintaro Jaya dan konsep taman ramah lingkungan".

Hal itu diterapkan dalam: Pertama, Green Planning and Design: Kedua, Green Open Space yaitu konsep taman dengan fungsi edukasi, ekologis, ekonomi/prosperity dan sosial. Ketiga, Green Water yaitu zero run off/ekodrainase dengan menyerap air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah, berupa sumur resapan, lubang biopori, dan polder daur ulang.

Keempat, Green Energy yaitu penggunaan solar cell atau energi matahari untuk lampu penerangan taman dan pompa air, sepeda converter untuk berolah raga dan sekaligus charging telepon seluler, dan Wi-Fi. Kelima, Green Waste yaitu tempat sampah terpisah organik dan anorganik, pengolahan sampah dengan komposter dan konsep zero waste (3R: Reduce, Reuse, Recycle).

Keenam, Green Transportation yaitu pencapaian ke taman secara ramah lingkungan, berupa trotoar untuk jalur pejalan kaki, jogging track di taman, rute sepeda (rambu dan marka sepeda), dan parkir sepeda di taman. Keenam, Green Bulding yaitu bangunan ramah lingkungan, bangunan pos-praktis, efisien, tidak ber-AC (sirkulasi udara terbuka, teduh pepohonan) kloset dual flash, keran air minum, dinding kaca (penerangan alami).

Kedelapan, Green Community yaitu sebagai sarana aktivitas dan interaksi warga berupa plaza untuk aktivitas olahraga, kesenian, rute dan parkir sepeda untuk komunitas sepeda berbagai jenis pepohonan dan satwa untuk komunitas fotografi/pencinta satwa dan lain-lain.

Konsep-konsep itu indah dan bagus. Taman itu memang ditanami begitu banyak pohon. Setiap pohon ada namanya. Ada Pohon Soga atau nama latinnya Peltophorum pterocarpum, Trembesi, Mahoni, Kecapi, Jambu Jamaika, Flamboyan, Biola Cantik, dan masih banyak lagi. Di bawahnya ditanami rumput.

Taman itu juga dilengkapi tempat-tempat sampah untuk sampah-sampah organik dan anorganik. Ada jogging track dan tempat parkir sepeda. Kamis, 16 Agustus 2012 sore, enam orang anak laki-laki baru gede berpakaian baju koko dan sarung datang dengan sepeda. Mereka masuk taman, mula-mula memarkir sepedanya di tempat khusus parkir sepeda lalu, duduk. Sejurus kemudian, mereka mengelilingi taman dengan sepeda-sepedanya terus pergi meninggalkan taman.

Dua kelompok anak muda juga datang ke situ hanya untuk duduk-duduk di kursi-kursi panjang yang terbuat dari pagar beton bekas di plaza. Sementara saya mencoba jogging track dengan enam kali putaran. Lumayan, keringat bercucuran. Sementara seorang pria yang kaki dan tangannya penuh tato melintasi jogging track dengan berjalan kaki. Begitupun seorang pria lainnya yang datang bersama anaknya.

Tak Berfungsi
Tetapi sayang, ada beberapa hal yang sudah tidak berfungsi di taman tersebut. Sepeda konverter yang merupakan satu-satunya, sudah tidak utuh lagi. Pedal sebelah kanannya sudah raib entah ke mana. Jadi sangat tidak nyaman mengayun sepeda itu hanya dengan pedak kaki kiri. Dringking stand-nya yang terletak di pos sollar cell juga tidak mengeluarkan air setetes pun. Begitupun fasilitas Wi-Fi gratis. Tidak berfungsi. Paling tidak terbukti ketika fasilitas Wi-Fi Blackberry difungsikan.

Sementara tamannya sendiri dilimpahi dedaunan kering. Rumput-rumput yang meranggas pada musim kering ini tampak tak mendapat cukup asupan air dan diselubungi dedaunan kering yang tidak disapu. Sedangkan water pond retention atau kolam resapan airnya nyaris kering dan kotor. Sedikit air yang ada, warnanya pun hitam dan butek. Sudah begitu, sampah plastik dan botol berserakan di mana-mana. Aroma tidak sedap pun menyebar. Pemandangan ini sangat mengganggu. Sollar cell belum tahu berfungsi atau tidak karena kami tidak menunggu sampai malam di ruang terbuka hijau tersebut.

Ya, Kebayoran Park memang sudah masuk Muri, tetapi sayang dicederai oleh ketidakmampuan untuk merawatnya dengan baik. Minimal daun-daun keringnya disapu, rumput disiram, dan fasilitas lain yang rusak diperbaiki. Kalau tidak segera diperhatikan, konsep-konsep yang indah dan bagus tadi dan sudah coba diterapkan akan menjadi sia-sia. Dan, tercatat di rekor Muri akhirnya dinilai hanya strategi promosi belaka. (Alex Madji)

Keterangan foto: Kebayoran Park diambil oleh Alex Madji

1 komentar: