Senin, 26 Maret 2012

Terimakasih BBM dan Tomcat


Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi berita utama berbagai media massa beberapa hari belakangan ini. Apalagi, reaksi mahasiswa di sejumlah daerah membuat berita terkait kenaikan harga BBM ini makin marak. Aksi unjuk rasa mahasiswa dan buruh menghiasi halaman depan media massa dan menjadi topik utama talk show media televisi. Lebih-lebih lagi, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) over acting ingin mengerahkan tentara guna mengamankan unjuk rasa mahasiswa dan buruh.

Di sela-selanya, ada berita tentang serangga Tomcat yang menyerang warga. Mula-mula dari Jawa Timur kemudian menular ke daerah-daerah lain, termasuk kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Media televisi paling gencar memberitakan serangga ini, termasuk memperlihatkan warga yang sudah terkena bisa serangga ini. Lukanya seperti luka gores. Bukan luka serius yang mematikan.

Tetapi anehnya, sejumlah wartawan di Jawa Timur tidak menemukan serangga Tomcat ini saat mereka melacak ke lokasi yang diberitakan media televisi. Lalu tersiar khabar bahwa berita serangga ini sengaja dibesar-besarkan. Bahkan, cerita serangga Tomcat ini adalah rekaan. Tujuannya untuk mengalihkan berita aksi unjukrasa mahasiswa dan buruh yang menolak kenaikan harga BBM.

Bila melihat pemberitaan media saat ini, sepertinya serangga Tomcat belum bisa menutupi berita aksi unjuk rasa mahasiswa dan buruh. Meski berita serangga Tomcat tetap ada, tetapi berita unjuk rasa juga tidak kalah serunya. Keduanya belum saling menutupi. Sementara Presiden SBY “lari” ke luar negeri, ketika unjuk rasa dalam negeri marak. Ya ini taktik lama SBY. Setiap kali Jakarta dilanda unjuk rasa, dia mengungsi baik dengan melakukan kunjungan ke luar negeri maupun ke daerah-daerah.

Tetapi yang pasti, dua berita itu menutup tuntas pemberitaan dugaan korupsi para petinggi Partai Demokrat dalam kasus pembangunan wisma atlet dan dan sarana olahraga Hambalang, Sentul, Jawa Barat, yang diduga melibatkan Ketua Umum Partai itu Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Pada satu minggu terakhir, pemberitaan tentang praktek korupsi partai penguasa ini tenggelam oleh hingar bingar pemberitaan kenaikan harga BBM dan serangga Tomcat. Para petinggi Partai Demokrat untuk sementara bisa menarik napas lega, setelah pemberitaan media massa yang begitu gencar. Dan bukan tidak mungkin, mereka melakukan operasi senyap untuk mempatieskan kasus tersebut karena sudah luput dari perhatian publik.

Tugas media massa seharusnya adalah terus mengawal dan menggonggong agar ingatan masyarakat pada kasus korupsi para petinggi Partai Demokrat ini tetap hidup. Tetapi memang, media di negara kita ini selau menerapkan taktik “hit and run”. Setelah sebuah isu diberitakan habis-habisan dan ketika tidak seksi lagi, karena ada isu baru, lantas ditinggal. Ingatan masyarakat pun sependek pemberitaan media massa seperti itu. Situasi inilah yang dimanfaatkan para koruptor untuk menyusun strategi menghilangkan jejak kasus tersebut.

Karena itu, para tersangka dan calon tersangka kasus korupsi dari Partai Demokrat harus berterima kasih kepada BBM dan serangga Tomcat. Keduanyalah yang menyingkirkan mereka dari ruang publik, sambil berharap masyarakat dan media cepat lupa pada kasus korupsi tersebut. Selanjutnya, mereka membangun citra diri sebagai orang paling bersih dari korupsi. (Alex Madji)

Sumber foto: http://www.bloginfonews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar