Senin, 20 Februari 2012

Menungu Hancurnya PD


Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacoa akhir pekan lalu menegaskan bahwa tidak ada perpecahan dalam Partai Demokrat. Partai pemenang pemilu 2009 ini masih solid, kata Sopacoa.

Tetapi pernyataan ini tidak lebih dari basa basi belaka. Sebab, fakta perpecahan itu makin jelas. Partai Demokrat kini tersegmentasi ke dalam dua kutup yaitu, Cikeas di satu pihak (Dewan Pembina) dengan kutup Anas Urbaningrum (DPP) di pihak lain.

Isu ini sudah lama. Khabar keterpecahan dan faksi-faksi ini terbentuk setelah Kongres Bandung, dimana Anas Urbaningrum terpilih sebagai Ketua Umum, menyisihkan Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng. Calon dukungan Cikeas, ketika itu, Andi Mallarangeng, malah kalah di putaran pertama. Di partai final, Anas mengalahkan Marzuki Alie.

Tetapi setelah kongres, fakta ini ditutup-tutupi. Ibarat pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti jutuh jua, begitulah Partai Demokrat. Sepandai-pandai mereka menutupi fakta itu akan terkuak juga bahwa memang betul ada faksi dan kubu-kubuan dalam tubuh partai yang tiba-tiba besar itu.

Kesaksian bohong Angelina Sondakh di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pekan lalu, ketika bersaksi untuk terdakwa kasus korupsi Wisma Atlet, Muhammad Nazaruddin, dan akrobatik politik sesduahnya memperjelas dua kutub tadi; Cikeas dan Anas.

Dalam kesaksiannya, Angie, sapaan mantan orang tercantik di Indonesia itu, membantah keterangan di BAP, terutama terkait percakapannya dengan Mindo Rosalina Manulang di Blackberry Messenger. Kesaksian itu bermaksud untuk menyelematkan dirinya yang sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang sama oleh KPK dan Anas Urbaningrum.

Hanya selang sehari dari kesaksian yang oleh publik dinilai bohong itu, posisi Angie di DPR dipindahkan dari Komisi X ke Komisi III. Pemindahan ini menyebabkan KPK boikot rapat dengar pendapat dengan Komisi yang menangani hukum ini.

Cikeas pun geram. Sekretaris Dewan Pembina Andi Mallarangeng menegaskan, SBY sebagai Ketua Deawan Pembina marah besar atas pemindahan Angie tersebut. Langkah ini dinilai tidak cerdas. SBY, kata Andi, sudah meminta DPP untuk mengembalikan Angelina Sondakh ke posisi semula. Angie kemudian memang dikembalikan ke posisi semula.

Tidak Cerdas
Sementara Anas mengelak bahwa dia berada di balik pemindahan tersebut. Perpindahan Angie, kata mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu adalah wewenang fraksi. Dengan kata lain, Anas cuci tangan. Padahal publik tahu bahwa fraksi di DPR adalah perpanjang tangan partai/DPP. Jadi kalau Anas tidak tahu pemindahan itu, patut dipertanyakan. Jangan-jangan ini masih bagian dari penyangkalan Angie di pengadilan.

Sedangkan Ketua Faksi Demokrat di DPR, Djafar Hafsyah mengaku bahwa pemindahan itu tidak memiliki maksud tertentu. Tetapi sekedar refresing atau penyegaran. Alasan ini juga tampak tidak cerdas. Sebab, selain Angie tidak pernah sekolah hukum juga waktunya tidak tepat. Sama tidak cerdasnya dengan argumen Ketua Komisi III, Benny K Harman yang mengatakan bahwa Panda Nababan, anggota DPR dari PDI Perjuangan juga berada di Komisi III, padahal dia menjadi tersangka perkara cek pelawat. Benny K Harman lupa bahwa Panda sudah menjadi anggota Komisi III sebelum menjadi tersangka. Jelas sekali bahwa ini adalah alasan pembenaran yang dicari-cari, tetapi tidak logis.

Dari fakta-fakta di atas, maka faksi dan keterpecahan Partai Demokrat tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Ada faksi Dewan Pembina dan faksi DPP dibawah pimpinan Anas Urbaningrun yang sedang bertarung di internal partai. Pernyataan Max Sopacua seperti disinggung di awal adalah bagian dari kebohongan lain partai tersebut.

Konflik yang semakin terbuka dan tajam ini akan menghantar Partai Demokrat jatuh dan terbelah berkeping-keping seperti Partai Kebangkitan Bangsa, ketika DPP berkonflik dengan Dewan Syuro pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Maka sekarang kita tinggal menunggu kutup siapa yang kuat dalam konflik ini. Yang lemah akan tergusur dan bukan tidak mungkin akan mendirikan partai sempalan. Tenu ini sangat tidak produktif menjelang pemilu 2014. Tetapi mari kita tunggu saja seperti apa hasil akhirnya.

Foto: http://pontianak.tribunnews.com/2012/02/05/anas-aman-di-demokrat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar