Selasa, 21 Februari 2012

Gunakan Pajak Saya untuk Perbaiki Jalan Rusak



Saya baru saja pulang mengurus pajak mobil di Samsat Jakarta Timur, Kebun Nanas, Selasa, 21 Februari 2012 pukul 14.00 WIB. Ini adalah pengalaman pertama saya mengurus sendiri pembayaran pajak kendaraan bermotor. Selama tiga tahun terakhir, saya selalu menitipkannya kepada seorang teman yang biasa meliput di Polda Metro Jaya. Saya tinggal menunggu di kantor dan STNK yang hampir habis masa berlakunya sudah terurus. Mudah dan gampang.

Entah kenapa, tiba-tiba saya berpkir, "Ah saya coba mengurus sendiri." Maka, sejak Selasa, 21 Februari 2012 pagi, saya mempersiapkan STNK mobil dan KTP istri, sebagai pemilik mobil tersebut. Pukul 13.00 WIB, saya berangkat dari kantor. Pukul 13.45, saya tiba di kantor yang terletak di Jalan Ahmad Yani tersebut, persis di samping layang tol ke Priuk.

Di depan pos masuk, tertulis parkir gratis. Seorang petugas duduk di ruangan kecil pos masuk sore itu. Saya minggir sebentar. "Pak, kalau mau bayar pajak mobil di mana ya?" tanya saya.
"Di situ, yang ada tulisan, "Selamat Datang," ucapnya sambil menunjuk lobi utama gedung itu.
"Mau diurusin," tanyanya kepada saya.

Tapi saya tidak menjawab. Sambil mengucapkan terima kasih saya menarik gas motor lalu langsung belok kiri dan parkir di samping pos masuk bersama sejumlah motor di situ. Sejurus kemudian, saya masuk ke ruangan yang ditunjuk tadi. Seorang pria paruh baya tiba-tiba mendekati saya.
"Urus STNK mobil, motor," tanyanya pelan.

Saya tak peduli. Saya terus menghampiri sebuah meja di mana formulir berada. Seorang petugas berkemeja putih dan celana bahan hitam yang sudah cukup umur duduk di balik meja. Di depannya, seorang petugas security (Satpam) sedang menghitung uang. Jumlahnya cukup banyak.

Saya lalu ambil formulir pendaftaran yang hanya satu lembar itu dari tumpukan formulir pendaftaran di depan bapak tua tadi. Tiba-tiba seorang ibu datang dan menawarkan jasanya. Peremuan yang mengaku asal Ambon itu berjanji mengurus hanya dalam 15 menit dan STNK sudah jadi. Tetapi imbalannya Rp 15.000. Dia pun mengambil formulir yang saya pegang. STNK dan KTP istri saya diminta untuk mengisi formulir tersebut. Lalu dia bertanya tentang BPKB. "Tidak ada," sahut saya.

Dia minta tambahan jasa Rp 25.000 untuk "menebus" BPKB yang "hilang". Mendengar itu, serta merta saya batal menggunakan jasanya. Seorang pria di samping kanan saya lalu menawarkan jasa serupa. Saya acuh.

Saya kemudian memutuskan untuk mengurus sendiri. Saya ke loket pendaftaran. Petugas di sana, seorang pria, menyarankan ke loket 8 di lantai dua karena tidak membawa BPKB. Saya mengikuti arahannya. Sampai di lantai dua, loket delapan, saya memberitahukan bahwa saya tidak membawa BPKB. Dengan cepat petugas di situ mengambil formulir, membubuhkan tandatangan di atas formulir pendaftaran yang belum saya isi tersebut. Setelah tandatangan dan mencatat nomor polisi mobil di buku pendaftarannya, dia kembalikan formulir tersebut sambil meminta jasa Rp 25.000. Saya pun membayar.

Setelah itu, saya kembali ke lantai satu. Mengisi formulir lalu menyerahkan ke loket pendaftaran. Saya sempat salah, karena memasukkannya ke bagian mobil. Tak lama berselang, saya dipanggil dan menyuruh memasukkan formulir itu ke deretan loket di seberangnya atau di sebelah kanan ketika masuk melalui pintu utama. Di situ loket-loket untuk mobil.

Saya pindah. Saya memasukkan formulir itu dan mengambil nomor antrian. Hanya dalam 15 menit, saya sudah dipanggil. Struk pembayaran keluar. Saya ambil struk itu lalu pindah ke kasir yang ada di sampingnya. Saya lalu membayar sebesar yang tertera dalam STNK, setelah sebelumnya mengambil uang di ATM bersama Bank DKI. Tidak ada bank lain di sina. Kalau mau ke BCA, petugas di situ menyarankan ke Kampung Melayu.

Setelah bayar saya tinggal menunggu STNK dan bergeser ke loket paling ujung. Loket nomor 5. Baru saja saya membuka Blackberry untuk sekedar mengirim pesan BBM, seorang ibu dari balik loket sudah memanggil saya. Struk saya ditukar dengan STNK yang sudah diperbaharui. Pajak mobil pun sudah dibayar lunas.

Saya tidak membayangkan mengurus STNK begitu cepat dan gampang. Tetapi pada saat bersamaan, saya heran kok para calo berkeliaran begitu banyak di kantor ini. Bahkan mulai dari pintu masuk. Lebih heran lagi, masih ada saja orang yang mau menggunakan jasa mereka. Padahal pengurusan STNK sudah begitu mudah. Dan, hanya dalam tempo singkat STNK sudah jadi.

Sebelumnya, saya hanya membaca status facebook seorang teman yang memberi kesaksian serupa bahwa pengurusan STNK begitu cepat. Dalam pesan Facebooknya itu, dia salut kepada petugas. Saya pun mengamininya. Salut. Tetapi, saya hanya titip satu pesan. Semoga pajak yang saya bayar dipakai untuk memperbaiki kondisi jalan Jakarta yang berlubang. Bukan untuk Korupsi. (Alex Madji)


Sumber foto: http://edorusyanto.wordpress.com/2011/05/29/drive-thru-stnk-motor-di-samsat-jakarta-timur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar