Senin, 18 Juli 2011

Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata, Infrastruktur Masih Minim


Labuan Bajo sudah menjadi destinasi wisata. Terlebih lagi setelah Komodo masuk dalam perlombaan tujuh keajaiban dunia, meski sempat terancam dicoret.

Hal itu diperkuat oleh jumlah penerbangan yang hampir setiap hari ke Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Bahkan, pada hari-hari tertentu, ada dua sampai tiga penerbangan sehari ke Labuan Bajo.

Bukan hanya itu. Mayoritas penumpang pesawat ke Labuan Bajo adalah turis manca negara. Turis lokal dan warga setempat bisa dihitung dengan jari tangan.

Sampai ada lelucon dari seorang teman bahwa kita warga pribumi menjadi turis di tengah warga kulit putih yang memenuhi seluruh kabin pesawat.

Sayangnya, Labuan Bajo belum siap sebagai destinasi wisata. Mulai dari hal yang paling sederhana saja. Fasilitas toilet di Bandara Komodo sangat minim, dengan persediaan air yang hampir nihil.

Di terminal kedatangan, orang harus antri lama hanya untuk pipis. Bule-bule itu terpaksa harus mengernyitkan dahi menahan pipis, seperti yang saya saksikan pada Kamis 7 Juli 2011 lalu.

Di terminal keberangkatan lebih buruk lagi. Di samping pintu masuk ke ruang check in, ada dua toilet, masing-masing untuk pria dan wanita. Tapi bau pesingnya bukan kepalang.

Di situ ada bak air tapi kosong melompong. Kran air pun tak mengeluarkan setitik banyu. Maka tidak heran kalau toilet itu berbau. Repotnya, kalau kebelet pup. Tak terbayang jorok dan baunya.

Itu hanya potret kecil masalah utama di daerah itu, yakni masalah air minum. Sebenarnya daerah itu tidak kekurangan (sumber) air. Tetapi yang tidak becus adalah pengelolaan dan distribusi air.

Hal yang lebih besar dari itu, infrastruktur jalan. Jalan utama di pinggir pantai yaitu Jalan Soekarno Hatta buruknya minta ampun. Saat ini sedang ada penggalian got. Akibatnya jalan yang sempit itu makin sempit karena tumpukan pasir dan batu di pinggir jalan. Selain itu, jalan tersebut berdebu. Sungguh tidak nyaman melintas di jalan seperti itu, apalagi kalau jalan kaki.

Padahal, perhotelan bertumbuh subur di Labuan Bajo. Ada dua hotel berbintang empat yaitu Bintang Flores dan Jayakarta. Belum terhitung hotel non bintang dan melati yang bertebaran di ibukota kabupaten pemekaran itu. Belum lagi restoran berkelas yang mulai bertumbuh subur.

Pekerjaan besar pemerintah setempat adalah membenahi infrastruktur pendukung pariwisata seperti jalan-jalan, air bersih, dan listrik. Tanpa itu, cita-cita Labuan Bajo sebagai beyond Bali omong kosong.

Komodo tetap akan menjadi daya tarik yang memikat dunia, tetapi tanpa infrastruktur pendukung seperti itu, biawak raksasa bernama Komodo tidak membawa banyak manfaat bagi Labuan Bajo dan Manggarai Barat pada umumnya. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar