Kamis, 01 Juli 2010
Antara “O Jogo Bonito” dan “Total Football” (1)
Partai Brasil melawan Belanda di Stadion Port Elisabeth pada 2 Juli pukul 14.00 atau pukul 21.00 WIB cukup menarik perhatian publik dan sangat ditunggu penggemar sepak bola seluruh dunia. Pasalnya kedua tim ini terkenal dengan peragaan sepak bola menyerang yang indah, menarik, dan enak ditonton. Brasil terkenal dengan o jogo bonito-nya, sementara Oranye terkenal dengan total football-nya. Diharapkan, kedua tim akan memperagakan sepak bola indah masing-masing sehingga bisa menghibur penggemar sepak bola di bawah muka bumi ini.
Meskipun, selama Carlos Dunga menjadi pelatih tim Samba, pendekatannya lebih pragmatis. Dia menekankan efisiensi permainan demi hasil positif ketimbang menjaga dan mempertahankan o jogo bonito. Hasilnya memang cukup mencengangkan. Di bawah Dunga, Brasil sudah meraih sejumlah gelar seperti juara Copa Libertadores dan Piala Konfederasi. Mereka juga menjadi juara grup zona Amerika Latin Pra Piala Dunia 2010. Selama putaran final ini pun dengan pendekatan pragmatis itu mereka berhasil menjadi juara grup dari dua kali menang atas Korea Utara (2-1) dan atas Pantai Gading (3-) serta sekali imbang 0-0 atas Portugal.
Pendekatan Dunga yang pragmatis dan lebih mementingkan hasil daripada keindahan sepak bola itu dikritik tajam di dalam negeri Brasil. Kritik itu antara lain datang dari kapten Brasil pada Piala Dunia 1982, Socrates. Menurut dia, permainan skuad Dunga tidak enak ditonton. Dunga sudah mengkianati ciri khas sepak bola Brasil o jogo bonito. “Fokus Dunga hanya pada kekuatan daripada sepak bola yang indah. Ini merusak ciri khas permainan Brasil. Kalaupun nanti mereka memenangi Piala Dunia ini, penampilan mereka tetap saja tidak enak ditonton dan tidak patut dibanggakan,” kritik Sokrates pedas.
Tetapi Dunga dan para pemainnya seperti Maicon, Luis Fabiano dan Gilberto da Silva menekankan bahwa gaya sepak bola indah tidak terlalu penting. Yang penting adalah hasil pertandingan. “Saya ingin menjadi juara, apakah Brasil memainkan o jogo bonito atau tidak,” kata Maicon, pencetak gol pertama Selecao ke gawang Korea Utara pada partai pembuka. Hal yang sama diungkapkan Fabiano dan Gilberto Silva. “Kami ingin menjadi juara, apa pun caranya,” kata Silva.
Belanda pun setali tiga uang. Bert Van Marwijk yang mengambil alih kursi kepelatihan dari Marco Van Basten setelah Piala Eropa dua tahun lalu, total football ala Oranye tidak terlalu tampak. Sama seperti Dunga, Marwijk lebih mementingkan hasil daripada keindahan sepak bola. Prinsip ini memang membuahkan hasil. Selama babak penyisihan pra Piala Dunia, Belanda adalah tim pertama di luar tuan rumah Afrika Selatan yang lolos ke Afrika Selatan. Pada babak pertama putaran final ini pun mereka meraih nilai penuh (9) dari tiga kali menang atas Kamerun (2-1), Jepang (1-0), dan Slovakia (2-1).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar