Selasa, 10 April 2012

SBY Terjebak Permainan PKS


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali memperlihatkan superioritasnya atas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan menolak kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu. Sementara SBY tidak bisa berbuat apa-apa terhadap partai tersebut.

Padahal, PKS adalah bagian dari partai pendukung koalisi pemerintahan. Etikanya, PKS mendukung apapun kebijakan pemerintah termasuk kenaikan BBM. Tetapi PKS tidak. Dia menolak kenaikan harga BBM. Meskipun sejumlah kalangan menilai, PKS tengah memainkan politik citra. Karena pada bagian lain, PKS memberi kewenangan kepada pemerintah untuk menaikan BBM, bukan sekarang.

Menyusul keadian itu, elite politik Partai Demokrat mendesak Presiden SBY untuk mendepak PKS dari koalisi. Permintaan itu disampaikan ketika SBY tiba-tiba datang bertemu kader partainya di kantor pusat partai itu di Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Juru bicara Presiden Julian Pasha dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam kemudian menegaskan bahwa Presiden SBY akan melakukan perombakan kabinet. Maka pikiran publik langsung mengarah ke PKS yang mbalelo. Para menteri dari PKS di kabinet lalu galau. Mereka menunggu nasibnya.

Bahkan Menteri Pertanian yang asal PKS itu tidak mau ke mana-mana karena menunggu keputusan SBY menggantinya. Begitupun anggota kabinet dari PKS lainnya seperti Tifatul Sembiring dan Salim Segaf. Mereka menunggu dicoret dari kabinet. Sungguh galau.

Tetapi hingga kini, SBY tidak juga mengambil sikap. Padahal, soalnya sederhana saja. Dewan Pembina Partai Demokrat itu tinggal mencoret kader-kader PKS di kabinet dan merekrut orang-orang profesional untuk mengisi posisi yang ditinggalkan. Selasai.

Tetapi SBY memang tidak berubah. Dia tetaplah SBY yang peragu dan tidak mau frontal. Dia terlalu banyak berhitung dan melakukan kalkulasi politik hingga akhirnya tidak bisa mengambil keputusan. Tetapi sadar atau tidak sikap itu justru memenjarakan para kader PKS di kabinet. Mereka ragu dan tidak bekerja optimal karena di benaknya terpikirkan bahwa tidak lama lagi mereka akan diganti.

Atau mungkin keberanian PKS menentang kebijakan pemerintah karena mereka sudah paham betul watak SBY seperti itu. Apapun yang mereka lakukan, SBY pasti tidak berani bertindak. Sebab kasus BBM bukan yang pertama. Dalam kasus Bank Century, PKS juga bertentangan dengan sikap partai pendukung pemerintah lainnya.

Dengan kata lain, SBY sebenarnya terperangkap oleh permainan PKS dan SBY tidak berani keluar dari perangkap tersebut. Itulah yang membuat PKS menjadi liar di koalisi pemerintahan ini. PKS sungguh superior atas SBY. Hanya satu hal yang bisa membantah tesis ini yaitu, SBY segera mengambil sikap. Bukan malah lebih galau. Tetapi berani nggak? Mari kita tunggu. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar