Selasa, 11 Mei 2010

Pulang Kampung

Seorang pengusaha rumah kos di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, suatu ketika pernah berujar bahwa tidak perlu pulang kampung. Kalau ada uang, lebih baik dipakai untuk kegiatan yang lebih produktif, yang menghasilkan uang kembali. Pulang kampung, kata dia, hanya menghabiskan uang. Itulah yang dia lakukan selama merantau ke Jakarta dari wilayah Sumatera bagian utara. Rupiah demi rupiah yang dia kumpulkan kemudian menjelma menjadi rumah kos tiga lantai. Per kamarnya disewa Rp 500 ribu per bulan.

Secara ekonomis, usulan ini ada benarnya. Tetapi pulang kampung adalah bagian dari kegiatan ekonomi itu sendiri. Uang yang dikumpulkan di Jakarta dialihan peredarannya di kampung. Coba bayangkan. Kalau pulang ke Flores, satu orang misalnya menghabiskan uang belanja di kampung sekitar Rp 1 juta untuk satu minggu. Kalau ada tujuh orang yang pulang kampung maka ada Rp 7 juta uang yang beredar di kampung itu selama seminggu. Makin banyak peredaran uang di kampung, makin bagus untuk warga kampung. Jadi uang yang dibawa ke kampung pas libur niscaya tidak dibuang-buang, tetapi menghidupkan dan menggerakkan ekonomi orang kampung.

Lebih jauh dari itu, pulang kampung bermaksud untuk menimba kekuatan baru, menimba nilai-nilai yang masih terlestari dengan baik dan sulit ditemukan di kota. Ketika kehidupan kota sudah sangat individualistik, konsumeristik, dan tidak peduli dengan sesama bahkan dengan keluarga sendiri, kampung masih menawarkan nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, saling menghargai, sikap ramah, cinta orang tua, dan masih banyak hal lainnya. Nilai-nilai kehidupan seperti itu tidak bisa dihargai dengan uang karena dia melampaui uang. Uang penting, tetapi dia bukan segalanya.

Apalagi Rousseaou, filsuf Perancis bernama lengkap Jean Jaques Rousseau (1712-1778) pernah bilang, kembalilah ke alam. Alam adalah tempat belajar yang baik. Alam yang sesungguhnya itu ada di kampung. Di sana masih ada ketulusan, kejujuran, kepolosan, tanpa basa basi. Selain itu ada sawah, kebun kopi, hutan, sungai yang bersih dan arinya bening, kerbau, ayam, sapi, udara yang bersih bebas polusi dan macam-macam hal lainnya yang anak-anak di kota hanya mengetahuinya dari bacaan atau melihat di televisi. Jadi, jangan enggan pulang kampung untuk menimba nilai, semangat baru, dan tempat belajar yang tepat, terutama bagi anak-anak. Jadi pulaglah ke kampung dan jangan sampai lupa kampung halaman. [Alex Madji]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar