Senin, 10 Mei 2010

Perjuangan

Sepotong senja di Gang Muhurin, Jalan Percetakan Negara Jakarta Pusat akhir Januari 2010. Kami tenggelam dalam keasyikan cerita pada sore yang panas itu. Banyak hal diceritakan, mulai dari yang tidak berguna sampai gagasan-gasan besar yang mungkin juga sulit dijalankan. Tiba-tiba, sebuah sepeda penjual ice cream Wals dengan musik yang khas seolah-olah memanggil-manggil calon pembelinya, lewat. Saya lalu keluar dan menghentikannya.

Pemuda berseragam merah itu, sebut saja namanya Cecep, turun dari sepedanya. Dia membuka peti tempat ice cream disimpan. Saya memilih ice cream kesukaan saya: Wals strawbery. Teman saya memilih yang coklat. Sambil menikmati ice cream, kami ngobrol dengan cecep.

Cecep bercerita bahwa pendapatan dia sehari dari pekerjaannya itu Rp 10.000, bahkan bisa kurang. Apa pasal? Dia hanya dapat 10 persen dari total penjualan dia sehari. Padahal, hasil penjualannya paling banyak Rp 100.000. Sepuluh persen dari Rp 100.000adalah Rp 10.000. Tapi hasil penjualannya lebih sering kurang dari Rp 100.000. Artinya, penghasilannya pun kurang dari Rp 10.000 per hari. Kalau dikalikan 30 hari, maka pendapatan Cecep sebulan Rp 300.000.

Untunglah Cecep tinggal di mes majikannya. Dengan penghasilan seperti itu, untuk sekali makan tetap saja kurang. Tetapi toh, Cecep tetap menjalani pekerjaan itu dengan semangat. Dia tetap tersenyum. Dia mengayuh sepedanya berkilo-kilo meter tanpa keluhan. "Harus dijalani Mas. Jaman sekarang cari kerjaan susah. Ini dilakukan sambil menunggu ada pekerjaan yang lebih bagus," ujarnya dengan dialek Sunda yang kental.

Cecep tidak sendiri. Banyak orang sepert dia di Jakarta ini, bahkan dengan penghasilan yang kurang dari Rp 10.000 per hari. Mereka hidup sederhana, tetapi menjalankannya dengan tabah dan penuh perjuangan. Sementara banyak orang hidup mewah karena korupsi dan hasil mencuri uang rakyat. Orang yang penghasilannya miliaran rupiah per bulan justru tidak membayar pajak, tetapi rakyat kecil seperti Cecep setia membayar pajak. Ironisnya, pajak rakyat kecil itu malah ditilep oleh orang-orang seperti Gayus Tambunan dan kawan-kawan.

Yah, hidup ini memang perjuangan. Pekerjaan sekecil dan sehina apa pun harus dijalani. Tidak ada yang mudah. Sebab, "barang siapa yang setia dalam perkara-perkara kecil, dia akan setia juga dalam perkara-perkara besar."

Tak terasa, ice cream dalam kotak bulat kecil itu habis dan terasa masih kurang. Cerita pun habis, dan Cecep pergi mengais rejeki ke perhentian berikutnya. Entah di mana. [Alex Madji]

1 komentar: