Selasa, 06 Agustus 2013

Mudik

Sekarang lagi musim mudik. Sebagian besar warga Jakarta sedang berada di kampung halamannya masing-masing. Berkurangnya warga ibukota ini dalam jumlah yang sangat signifikan menyebabkan Jakarta yang akrab dengan kemacetan lalu lintas menjadi lengang dan enak dilewati.

Tidak sedikit orang yang mengutak-atik kata "mudik" ini di media sosial seperti facebook dan twitter. Ada yang melihatnya secara etimologis. Ullil Abshar Abdalla, misalnya, mengatakan kata mudik berasal dari kata dasar udik yang berarti dusun, desa. Lalu saya cari di Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zain terbitan Pustakan Sinar Harapan 1994, kata "mudik" memang merupakan proses dari kata udik yang berarti ke udik, berjalan atau berlayar ke udik, pulang kampung.

Ullil yang tokoh Islam Liberal itu juga memplesetkan kredo filsuf eksistensialis Rene Descartes, cogito ergo sum menjadi "mudiko ergo sum". Hanya mau mengatakan, mudik menjadi alasan keberadaan atau rasion de etre.

Lalu saya mencoba melacak lebih jauh tentang makna mudik. Ensiklopedia online Wikipedia membuat definisi kata mudik sebagai sebuah aktivitas para migran atau pekerja migran kembali ke kampung halamannya. Di Indonesia, kata Wikipedia, menjadi tradisi tahunan yang dilakukan menjelang perayaan idulfitri. Pada titik ini ada kesempatan untuk berkumpul antara mereka yang merantau dengan keluarga yang tinggal di kampung atau sowan dengan orang tua. Tetapi, lanjut Wikipedia, mudik bukan hanya tradisi Indonesia, melainkan tradisi negara-negara Islam lainnya, termasuk Bangladesh.

Wikipedia mungkin lupa bahwa di masyarakat Cina, tradisi mudik ini juga ada. Menjelang tahun baru imlek, warga Cina dari perkotaan kembali ke kampung halamannya untuk merayakan imlek atau tahun baru Cina bersama keluarga mereka. Poin utamanya adalah juga berkumpul dengan keluarga yang sudah lama ditinggalkan. Modelnya pun sama dengan mudik di Indonesia. Seluruh jenis angkutan baik darat, laut, maupun udara penuh sesak oleh para pemudik.

Tetapi tidak sedikit juga yang mudik dengan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Ada pula yang mudik dengan roda tiga seperti bajaj. Karena itu, dalam arti tertentu, mudik bukan hanya aktivitas pulang kampung untuk bertemu keluarga atau sowan dengan orang tua, tetapi juga memindahkan kemacetan dari Jakarta ke kampung halaman. Sebab yang berkurang bukan hanya jumlah manusia di ibukota ini, tetapi juga jumlah kendaraan yang berkeliaran. Akhirnya selamat mudik. Salam untuk keluarga di rumah...(Alex Madji)

Sumber foto: www.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar