Selasa, 27 Agustus 2013

Mengasah Ketajaman Pena Relawan Jokowi

Sebanyak 15 orang duduk lesehan di saung di halaman belakang sebuah rumah di kawasan Percetakan Negara, Jakarta Pusat Sabtu 24 Agustus 2013. Mereka terdiri dari laki-laki, perempuan, tua, dan muda. Bahkan beberapa di antaranya sudah beruban dan sepuh. Mereka adalah peserta pelatihan jurnalistik gratis yang diselenggarakan Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 atau yang disingkat Bara JP.

Rumah itu bisa masuk dari Pasar Genjing Pramuka. Bisa juga dari Percetakan Negara. Rumah milik seorang aktivis ini cukup luas. Meskipun bagian dalamnya kusam, beberapa kamarnya sudah disulap menjadi ruang kerja. Ada ruang tamu dan ruang rapat yang dilengkapi meja panjang dan beberapa kursi di sekelilingnya. Di antara ruang tamu dan ruang rapat itu ada dapur kecil. Di bagian belakangnya, ada beberapa kamar yang masih dipakai untuk tidur oleh para penghuni rumah tersebut dengan dipan seadanya. Bahkan ada yang siang itu tidur dilantai hanya beralaskan tikar.

Di belakangnya ada halaman luas. Halaman itu sudah dipasang konblok dan disemen. Di dekat pintu belakang ada sebuah pohon nangka yang besar dan rimbun. Tembok pembatas sebelah kiri tinggi sekali. Sedangkan di sebelah kanan hanya setengah, sehingga rumah tetangga sebelah masih bisa kelihatan. Tembok pembatas paling belakang juga tinggi. Di sana ada empat rumpun pohon pisang.

Saung itu menempel dengan tembok sebelah kiri tadi. Terbuat dari bambu dengan atap rumbia. Sebagai tempat nongkrong, sungguh asyik. Di situlah ke-15 orang tadi mengadakan pelatihan jurnalistik. Di sana ada sebuah papan tulis yang bagian-bagian ujung atasnya sudah patah. Sebenarnya ini bukan whiteboard, tetapi tripleks putih yang bisa ditulisi dan dihapus. Hari itu, tulisan-tulisannya dihapus dengan tisu karena tidak ada penghapus.

Di belakangnya terbentang sebuah spanduk berisi tema diskusi dari bulan Juli silam. Di pojok atas spanduk besar itu tertulis "SAKTI" (Serikat Kerakyatan Indonesia) dengan tiga bintang di atasnya. Di sebelah kanannya ada lambang dan logo KSPI. Spanduk serupa dengan warna hitam juga dipajang di tembok belakang, di belakang rumpun pisang tadi.

Menurut Ketua Umum Bara JP Sihol Manulang, peserta pelatihan ini tidak hanya berasal dari Jakarta, tetapi juga dari Bogor. Mereka berasal dari berbagai profesi. Ada wiraswastawan. Ada dosen yang sedang off mengajar dan sedang menekuni dunia tulis menulis. Ada pula karyawan dan mahasiswa. Mereka semua melebur menjadi satu di bawah saung tersebut mempelajari teknik dan tips menulis secara gratis.

Sabtu itu adalah pekan kedua kegiatan latihan menulis gratis untuk para relawan Jokowi, Gubernur DKI Jakarta. Pertama kali digelar pada Minggu, 18 Agustus 2013. Pada Sabtu, 24 Agustus 2013, ada sesi menulis budaya yang diberikan oleh wartawan dari Harian Sore Sinar Harapan yang juga penulis novel, Sihar Ramses Simatupang. Setelahnya ada sesi bagaimana menulis berita yang diberikan oleh Redaktur Pelaksana Suara Pembaruan Aditya L Djono. Saya sendiri kebagian menyajikan materi menulis dan mengelola blog. Saya hanya membagikan pengalaman mengelola blog ini selama hampir dua tahun terakhir.

Meski gratis, para peserta pelatihan itu sangat serius. Sama seriusnya dengan para pemberi materi yang tidak dibayar. Para peserta serius mencatat dan aktif bertanya serta berdiskusi. Salah seorang peserta bernama Rohma, misalnya, mengaku antusias mengikuti kegiatan ini. Padahal dia adalah seorang dosen di Universitas Islam Jakarta. Tetapi dia selama ini sedang off mengajar karena tinggal di Amerika Serikat. Selama tidak mengajar dia aktif menulis blog dengan berbagai tema di Kompasiana. Bahkan dia menyebut dirinya sebagai blogger. Dia mengikuti pelatihan menulis ini untuk semakin meningkatkan kemampuan menulisnya sambil mengisi waktu sebelum kembali ke Amerika Serikat.

Sebagai kegiatan gratis, para peserta menanggung sendiri makan siang. Menjelang makan, mereka disawer sebesar Rp 15.000 per orang. Sabtu siang itu, ketika saya dan dua pembicara lainnya datang, masih ada sisa tiga bungkus nasi padang. Saya pun ikut melahap nasi padang lauk ayam opor itu.

Selain menggelar pelatihan jurnalistik secara gratis, Bara JP atau yang di facebook bernama Relawan Jokowi Presiden sangat gencar mempromosikan Gubernur DKI Jakarta Jokowi menjadi presiden 2014. Di FB jumlah mereka sudah mencapai lebih dari 155.000. Targetnya hingga akhir tahun ini mencapai 1 juta orang. Gerakan ini pun diperluas ke sejumlah provinsi, bahkan hingga seluruh Indonesia. Gerakan ini berjalan beriringan dengan makin melejitnya popularitas mantan Walikota Solo ini dalam berbagai survei. Popularitas pria kurus ini melampaui tokoh-tokoh yang dalam beberapa pemilu terakhir spesialis calon presiden.

Popularitas Jokowi ini bukan hanya dalam survei. Ketika muncul di tempat-tempat publik, terutama di Jakarta, Jokowi bagai magnet bagi masyarakat. Ketika Jokowi berada di lokasi yang sama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seperti ketika acara Independence Day Run, Minggu 25 Agustus 2013, peserta yang hadir malah lebih menyoraki Jokowi dibanding SBY (bandingkan berita Kompas.com).

Pada malam harinya, Jokowi sebagai penggemar grup musik Metalica, dia datang menonton langsung konser grup musik asal Amerika Serikat itu di Gelora Bung Karno. Kehadiran Jokowi dengan gaya anak metal disambut meriah penonton lainnya. Bahkan ketika dia datang, teriakan-teriakan Jokowi for President menggema di seisi stadion (bandingkan berita Tribunnews.com).

Pelatihan menulis gratis ini adalah bagian kecil saja dari dari upaya mewujudkan Jokowi sebagai capres pada pemilu presiden tahun depan. Mereka diharapkan ikut membuat Jokowi semakin melejit melalui karya-karya jurnalistik mereka, sehingga tahun depan bisa maju sebagai capres dan akhirnya terpilih sebagai pengganti SBY. Tetapi kalaupun Jokowi akhirnya tidak jadi maju sebagai capres, paling tidak para peserta tadi sudah memiliki modal untuk mulai menulis gagasan atau apa saja yang mereka lihat dan saksikan minimal untuk blog mereka masing-masing. Mereka tinggal mengasahnya dengan terus menulis. Sebab, menurut Sihol Manulang, tulisan bisa merobohkan setiap pemerintahan yang lalim. Ya, sering kali ketajaman pena melebihi ketajaman peluru yang dimuntahkan dari bedil para serdadu. (Alex Madji)

Foto-foto oleh Ciarciar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar